44-Aksi Konyol?

9.4K 559 15
                                    

Satu hari penuh, pikiran Jani terus berpusat pada sosok cowok yang dijadikan kambing hitam oleh komplotan Lakapala.

Dia tidak bersalah. Dia juga tidak tahu menahu mengenai kejadian itu. Lalu dari sekian banyaknya orang yang mereka bisa jadikan sebagai orang yang menanggung perbuatan Lakapala, mengapa mereka memilih orang yang paling dekat dengan keluarga Dean.

Bukan hanya keluarga Dean yang kecewa, ibu dari sosok cowok itu pun tak jauh berbeda. Bahkan dia, lebih sakit lagi.

Menarik napas panjang, Jani meyakinkan diri untuk membantu orang tersebut agar bisa di bebaskan sebelum pengadilan memutuskan hukuman yang pantas pada cowok itu.

Langkah Jani tiba-tiba berhenti. Hatinya tertohok. Ia pun tidak mau jika Lakapala yang diberikan hukuman seperti itu. Sungguh, Jani tidak ingin itu terjadi.

Tapi sakit Jani pasti tidak akan bisa sebanding dengan rasa sakit dari ibu si cowok yang akan menerima hukuman tersebut. Terlebih, saat mengetahui bahwa putranya sama sekali tidak bersalah.

Sedangkan Jani, dia tahu betul bahwa Lakapala lah pelaku yang sebenarnya.

Mengabaikan cibiran siwa-siswi SMA Santana di sepanjang koridor, yang tertuju padanya. Jani terus berjalan sembari menundukkan kepala. Hingga langkahnya terhenti di depan pintu bertuliskan; RUANG OSIS SMA SANTANA.

Ketika Jani hendak mengetuk pintu ruang OSIS, pintu itu lebih dulu dibuka dari dalam. Menampilkan sosok cewek berambut sebahu, menatap Jani terkejut.

"Loh lo Jani, ya..?"

Jani mengangguk pelan, benar kata Jeana. Sofie semakin cantik dengan gaya rambut sebahunya.

Sofie tersenyum lebar, membuat Jani diam-diam semakin terpukau melihat senyuman itu.

"Ada keperluan apa sampai mau datang ke sini?" Sofie tertawa, seraya mengibaskan telapak tangan di udara. Dia meralat. "Maksud gue, tumben."

"Mau cari Fathur, dia lagi sibuk ya..?"

Muka Sofie mendadak berubah datar. Cewek berambut sebahu itu kemudian berdeham. "Lo ada perlu apa ya, sama dia?"

"Mau nanya soal Dean,"

Sepersekian detik, setelah Jani melontarkan kalimat barusan. Muka Sofie kembali menunjukkan keramahan. Cewek itu, tersenyum tipis. "Ciee, naksir sama Dean ya?"

Sontak Jani menggeleng. "Nggak.."

Sofie nyengir. "Hehe, yaudah. Lo masuk aja, Fathur di dalam."

Jani mengusap tengkuknya, cewek itu memandang Sofie sejenak sebelum kembali memusatkan pandanganya ke arah pintu berwarna cokelat itu. "Fathur sendiri..?"

"Tadinya banyak sih, tapi setelah selesai rapat. Mereka satu persatu kabur. Nggak tahu ke mana." Sofie melirik tumpukan kertas yang ia pegang. Kemudian kembali mengamati Jani. "Masuk aja, Fathur gak bakalan apa-apain lo kok, setelah antar ini ke ruangannya Buk Suharni gue bakal balik lagi."

Sofie menepuk bahu Jani. "Sukses ya, pdkt-nya sama Dean. Setahu gue, dia baik kok. Cuma ya gitu, agak miring dia. Kebanyakan becanda ketimbang serius." Setelah mengatakan itu, Sofie melangkah meninggalkan Jani, seraya bersenandung kecil.

TENTANG LAKAPALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang