Saat melihat mobil Azfan berhenti di samping mobil Saira, perasaan Jani belum kunjung lega. Hingga Azfan keluar, diikuti oleh Edwin dan Juan perasaannya tambah gusar. Namun, terasa lega saat melihat pintu mobil belakang samping kiri terbuka, menampilkan sosok cowok bertubuh tinggi keluar dari sana. Sesaat pandangan mereka bertemu.
Jani tersenyum hangat. Dugaannya salah, pria tadi bukan Lakapala. Sekarang Lakapala-nya berjalan menuju Jani. Tak peduli dengan teman-teman nya, cowok itu langsung memeluk Jani.
"Lo gak apa-apa?" tanya cowok itu. Raut mukanya menunjukkan kekhawatiran teramat sangat dalam. Berulang-ulang, ia mengecup kepala Jani.
Sampai, Edwin berdeham. "Pak buncin nya bisa di kondisikan dulu?"
Lakapala mengabaikan perkataan Edwin. Ia menangkup pipi Jani, diperhatikan wajah kekasihnya lamat-lamat. "Kenapa gak ijin dulu kalau lo mau keluar, hm?"
Jani menggeleng lemah. Ia menyusupkan kedua tangannya pada punggung lebar Lakapala. Membuat Lakapala kembali memeluk Jani, kali ini lebih posesif dari sebelumnya. Juan menjauhkan diri dari Lakapala dan Jani, cowok itu melirik Jeana yang berdiri di samping Adiba, tangan Jeana terlihat bergetar, meski cewek itu menyembunyikannya tapi Juan masih bisa melihat nya.
"Lo gimana?" tanya Juan, akhirnya. Membuat Jeana menoleh sekilas, lalu kembali memperhatikan Saira yang tengah berpelukan dengan Azfan. Sama seperti Lakapala dan Jani. Ia sendiri, menggenggam tangannya kuat-kuat guna menyembunyikan getaran tubuhnya karena masih merasa ketakutan.
"Ba, Ayok masuk mobil." Edwin menepuk bahu Adiba membuat Adiba mengalihkan pandang dari Lakapala dan Jani. Cewek itu mengangguk, lalu mengikuti Edwin untuk masuk ke dalam mobil Azfan lebih dulu.
"Je?" kata Juan lagi. "Masuk mobil."
"Oh, oke." Angguk Jeana mengikuti langkah Juan dari belakang. Saat beberapa langkah, Juan berhenti mengakibatkan kepala Jeana menabrak punggung Juan.
"Lo butuh pelukan gue?"
Jeana berkerut. Ia tidak langsung menjawab, melainkan mendengus. "Bisa sesuaikan gak mimik wajah lo, waktu nawarin hal baik ke gue? Muka lo datar gitu. Kayak orang malas idup, tau gak!"
"Oh. Perlu ulang?"
"Nggak!" Kesal Jeana. Ia menghentakkan kakinya kesal, kemudian melanjutkan langkahnya menuju mobil Azfan.
Juan tersenyum tipis, sayangnya Jeana tidak melihat itu. Cowok yang memakai kaos hitam polos itu melirik Azfan dan Saira, lantas Juan berdeham sebelum melewati kedua pasangan itu.
"Mobil Saira gimana?"
"Sopir gue yang bakal bawa mobilnya Saira ke bengkel..." Azfan menatap Juan. "Jun gak apa-apa kan, kalau kita antar mereka dulu sebelum ke Caffe Victoria?"
"Ke rumah mereka masing-masing?"
"Iya,"
"Itu akan memakan waktu lama...." jawab Juan sekenanya, cowok itu tidak memedulikan tatapan memelas Azfan. "Kenapa lo gak ajak mereka ke Caffe Victoria, habis itu baru kita antar mereka.."
"Lo gila?!" pekik Azfan. "Ini udah malam banget, Jun!"
Juan terkekeh. "Lo tau? Mereka pulang besok pagi aja, gak ada yang bakal cariin mereka. Kecuali Jani, mungkin cewek itu udah dicariin sama ortunya sekarang..."

KAMU SEDANG MEMBACA
TENTANG LAKAPALA
Genç Kurgu"Ganggu pacar gue, lo mati!" Lakapala Bramasta Gautama seperti Bintang. Ia merupakan gitaris kebanggaan band Legendaris SMA SANTANA membuat nama cowok itu bersinar. Parasnya, nyaris sempurna. Pun dengan gemilang prestasinya di segala bidang membuat...