09-Gangland

25.3K 1.2K 11
                                        


Dunia itu sunyi. Seperti yang dirasakan Jani sekarang, kesepian. Satu-satunya penyesalan terbesar Jani adalah memiliki sifat pemalu. Seandainya bisa, Jani ingin memiliki sifat hiperaktif seperti Adiba.

Lihat, saja Adiba dikelilingi oleh banyak teman. Semua orang mengenal Adiba. Jani tersenyum miris, dia duduk selonjoran di tepi lapangan. Menyaksikan teman-teman kelasnya memainkan permainan bulu tangkis.

"Eh! Jani ayok, gabung!"

Jani spontan menggeleng sambil mengibaskan tangannya di udara, menolak."Gak Saira!"

Jani melihat Saira sempat mengangguk lalu kembali bergabung. Jeana sendiri asyik mengobrol bersama sekumpulan cewek di bawah pohong di tepi lapangan. Sedang Adiba ikut bermain bulu tangkis bersama Saira. Adiba terlihat cantik, dengan tawa lepasnya. Begitu pula dengan Saira yang bersorak kegirangan ketika menang.

"Halo, Jani!"

Suara itu menyebabkan Jani mengalihkan pandangan nya dari lapangan ke samping. Tau-tau Azfan sedang melempar senyum seraya melambaikan tangan ke arahnya.

Jani membalasnya dengan senyum tipis. Saat Azfan ikut mendudukkan diri di samping nya.

"Kenapa lo gak ikut main?" tanya Azfan, meminum air mineral milik Jani.

"Azfan juga kenapa gak main?"

Azfan melirik Jani sekilas, lalu menggelengkan kepalanya. "Gak suka permainan kayak gitu! Bulu tangkis itu permainan cewek!"

"Loh, bukannya atlit bulu tangkis kebanyakan laki-laki, Azfan?"

"Gak! Kebanyakan cewek, kan kemarin yang menang itu atlit cewek. Gak tau gue namanya, lupa."

"Iya, iya.." pasrah Jani, kembali mengamati teman kelasnya yang semakin heboh memainkan bulu tangkis. Terlebih, saat Edwin bergabung dan Juan menyaksikan mereka di pinggir lapangan, bersama Lakapala.

Cewek itu mengalihkan pandangan, ketika Lakapala sadar jika ia sedang menatap cowok itu. Jani bergerak salah tingkah, sebab Lakapala terus memandang nya seraya tersenyum tipis.

"PACAR GUE ITUUU WOIII!!" teriak Azfan heboh ketika melihat Saira meloncat tinggi.

Cewek itu mengikat rambutnya tinggi-tinggi. Apalagi, celana olahraga yang dikenakan Saira pendek. Suatu kenikmatan yang tidak boleh di sia-siakan oleh Azfan. Cowok itu berdecak kagum, matanya bergerak lincah menatap satu persatu bokong cewek-cewek itu. Namun, diantara cewek-cewek itu, hanya Tiffany yang paling menggoda.

"Tiffany!!! Semangat ayang!!!"

Mendengar itu, Tiffany memelototi Azfan. Tangan cewek itu terkepal di atas udara, seolah mengancam Azfan. "Mau gue bogem?!"

"Rela gue! Asal lo mau jadi pacar gue!!!"

Saira, yang cemburu melepaskan sepatunya lantas melempari Azfan. "DASAR BUAYA!!!!"

"BUAYA-BUAYA GINI! LO SAYANG, KAN?!"

Lalu terdengar sorakan heboh dari cewek-cewek yang ada di lapangan itu. Mereka menggoda Saira. Bukannya baper, Saira justru semakin kesal.

"AAA!! AZFAN!!!!"

"APA SAYANG APA?!!"

"FAN!! REVIEW SALDONYA DONGG!!!"

Entah siapa yang berujar demikian, membuat Azfan tertawa keras. Cowok itu mengeluarkan dompetnya dari dalam saku kemudian di tunjukkan ke cewek-cewek itu.

"TENANG SAYANG!! KALIAN GAK AKAN KELAPARAN KALAU SAMA GUE!!" Sombong Azfan, mengeluarkan black card-nya dari dompetnya. Belum lagi, dompetnya yang terisi penuh oleh uang cash.

TENTANG LAKAPALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang