Bruk.
Aiden terjatuh dari kursinya dalam keadaan tidak sadar, tubuhnya gemetar hebat.
"S-suami ...!"
Tilly harus bagaimana? Ia tak tahu harus melakukan apa saat ini.
"Nona, jangan terlalu khawatir. Saya ... Saya baru saja telah memanggil tabib kastil, dia akan segera datang!"
Tilly diam dan masih berfokus pada suaminya, tangan gadis itu bergerak menggenggam jemari Aiden yang sangat dingin.
"Kenapa tubuhnya dingin sekali? Apakah suamiku memiliki riwayat penyakit?"
Lea menggeleng keras, "Tidak ada! Ini ... sepertinya Tuan Muda memiliki trauma dari kejadian masa lalu."
"Kejadian apa?"
"Itu-"
Brak!
Pintu ruang makan terbuka keras, seorang tabib datang dengan peralatan medisnya. Pria tua yang cukup kurus, dengan jenggot putih yang lumayan panjang.
Penampilan tabib yang umum.
"Tuan Muda!" Tabib berteriak kaget, ia segera memeriksa tubuh mungil Aiden.
Tilly yang diam menonton aktivitas tersebut, matanya berkaca-kaca ketakutan. "Bagaimana keadaannya, Tabib?"
Setelah beberapa saat, Tabib menoleh ke arah Tilly. "Nona muda,"
"Iya?"
"Tuan Muda tidak sakit, tubuhnya juga dalam keadaan sehat. Namun ... Detak jantungnya sangat cepat, ini tidak normal."
Mendengar penjelasan dari tabib, wajah Tilly semakin menegang. "Apa maksudnya dengan itu?"
Tabib menunduk, "Nona, Tuan Muda memiliki trauma, sepertinya. Akan menjadi hal baik jika anda membawa beliau ke kamar sekarang,"
"T-tentu saja, aku akan segera menggendongnya. Tolong berikan obat penenang padanya."
"Ya, saya sedang menyiapkannya."
Tilly merenung menatap wajah Aiden yang sedikit biru, "Tolong bantu aku membawanya ke kamar."
Lea memainkan jarinya sambil berucap, "Tapi makanan anda?"
"Ah, sampaikan permintaan maafku pada para koki. Tolong bawa kembali sup ayam ini, aku akan makan saat suami telah bangun."
"Apa? Nona, anda bisa sakit jika makan terlambat!"
Tilly tersenyum, "Tidak apa, aku sudah terbiasa untuk tidak makan. Lagi pula tidak akan menyenangkan jika aku makan sendirian."
".... Baik."
Sejak saat itu, Aiden tak kunjung bangun. Hari ini adalah tepat hari kedua sejak Aiden tak sadarkan diri.
"Kenapa suamiku tak kunjung membuka mata, Tabib? Apa kau yakin benar-benar memeriksanya secara baik?"
Tabib tua itu mengusap keringat dan membalas, "Ada baiknya jika anda makan terlebih dahulu, lihat bibir anda yang memucat karena belum makan selama dua hari."
"Aku akan makan setelah suamiku bangun."
"Nona,"
"Jangan membantah, suamiku seperti ini juga salahku."
Aiden terbaring kini karena kesalahannya, andai ia tak mengajak Aiden ke ruang makan.
Ceklek.
"Apa ini, kenapa Tuan Muda terbaring seperti orang lemah? Padahal tak ada serangan sama sekali."
Oh, pelayan pribadi Aiden, Noel.
"Kau?" Tilly bertanya pura-pura tak tahu.
Pria itu menyeringai, menunduk pelan. "Saya Noel, pelayan pribadi tuan muda. Saya adalah pelayan yang memiliki surat rekomendasi dari 'Duchess'."
Noel sengaja mengatakan bahwa ia memiliki hubungan akrab dengan duchess, bajingan kecil yang sombong.
"Wah." Tilly menatapnya dengan berdecak keras, "Kau kemana saja selama ini?"
"Maaf?"
"Kemarin lusa, aku hanya melihat Lea untuk mempersiapkan perlengkapan pagiku dan suami. Kau kemana?"
"Saya, ada keperluan-"
"Keperluan apa? Bahkan kemarin saat suamiku tak sadarkan diri sehari penuh, kau sama sekali tidak terlihat."
Noel memijit hidungnya, "Nona. Saya memiliki urusan yang berkesangkutan dengan Duchy, anda tak akan paham. "
"Apa?" Tilly memberikan senyum mengejek, "Kau hanyalah pelayan. Bagaimana bisa sampai memiliki urusan sepenting itu?"
Wajah Noel mengeras, "Apa maksud perkataan anda adalah meremehkan saya di sini?"
"Iya." Gadis mungil itu menjawab terus terang, "Aku adalah nyonya kastil saat ini, dan kau hanya pelayan. Aku bisa saja 'memecatmu' sekarang juga."
Kini ekspresi yang ditahan Noel sedari tadi telah lepas, dia sangat marah sepertinya.
"Nona rendahan!""Tuan Noel, anda tidak sopan kepada Nona muda!" Lea menutup kedua telingaku agar aku tak mendengar sumpah serapahnya.
Tetapi bukan berarti aku tak bisa mendengar omongan Noel, tangan Lea yang menutupi telinga adalah hal sia-sia.
"Lea, tolong lepas tanganmu."
"Tapi, nona-"
"Aku masih bisa mendengarnya, ini hal sia-sia."
Lea menunduk malu, "Maaf."
Noel maju beberapa langkah mendekatiku, tangannya bergerak. "Butuh hukuman rupanya, Nona kecil harus dihukum dengan satu tamparan!"
Dia kira Tilly akan takut dengan gertakan kecil seperti ini? Tilly sudah mengalaminya beberapa kali di kastil marquis!
Tidak ada yang perlu ditakutkan, tampar saja pipinya.
Plak!
Apa? Tidak sakit? Tetapi dia baru saja mendengar suara tamparan.
"... Tuan Muda!"
Aiden?
Tilly membuka matanya, dia terkejut saat melihat suami kecil tengah berdiri di depannya.
Pipi suaminya memerah.
"S-suami!" Tilly bergerak menatap wajahnya, memeriknya pipi yang merah dan membengkak.
"Oh, tidak, ini memerah ..."
Aiden tersenyum, "Saat aku terbangun, aku malah melihat keadaan yang memuakkan."
Tentu saja Tilly sadar, Aiden memaksa senyumannya. Kini seluruh tubuh bocah itu gemetar hebat tanda merasa sangat ketakutan. Hati Tilly begitu sedih melihatnya.
Gadis itu memeluknya erat, seolah memberi kekuatan, kehangatan, sekaligus menyalurkan rasa rindu.
"Suami, pelayan pribadimu sangat gila."
"Apa?" Noel mengerutkan keningnya.
Tilly mengelus pelan pipi bengkak Aiden, "Aku akan melindungimu darinya. Jangan takut, jangan gemetar lagi. Aku ada di sini sekarang, dan akan selalu melindungimu darinya."
Dari situasi yang ada, sepertinya pelaku yang membuat Aiden seperti ini adalah Noel?
KAMU SEDANG MEMBACA
[END-TERBIT] Get Married with Monster
FantasyPerjodohan Tilly dan Aiden adalah monokrom, bak air tenang hingga Julian datang. Tiba-tiba membuat Aiden mengusulkan proposal perceraian. Tilly dimabuk amarah, gadis itu yakin penyebabnya adalah Julian. Segala cara Tilly lakukan demi membunuh nyawa...