41. Berdansa berdua

36.6K 6K 104
                                    

Tok tok tok

Pintu terketuk, itu mengalihkan perhatian Tilly, Bianca, dan Athena.

"Istri?"

Mata Tilly berbinar, dia langsung berdiri dan berjalan secepat kilat menuju suaminya. "Ah, akhirnya kita bertemu!!!"

Tilly dan Aiden saling berpeluk erat, seolah dalam ruangan itu tak ada siapa pun selain mereka berdua.

"Istri, kau semakin kurus. Apa wanita itu terlalu menekanmu saat berlatih?"

"Tentu saja tidak, malah suami terlihat begitu kelelahan. Kasian sekali bayi pemalasku ini,"

"Iya, aku sangat kelelahan. Jadi aku membutuhkan bahan bakar untuk melanjutkan hari, Istri."

Paham akan maksudnya, Tilly menggeleng tegas. "Ada orang lain di sini."

"Bagaimana jika hanya di pipi? Dengan kata 'sayang', tentunya."

Tilly menghela nafas sekilas, lalu mulai mengecup pipi bagian kiri suaminya. "Kau sudah sangat bekerja keras, sayang."

Aiden tersenyum puas, "Aku langsung merasa segar."

"Suami, mulai hari ini kita akan berlatih dansa berdua. Bagaimana jika kita coba berdansa sekarang? Aku ingin terlihat sempurna di pesta debut nanti."

"Tak perlu sempurna, aku takut banyak orang tidak jelas yang akan terpikat olehmu."

"Tetapi aku ingin memamerkan suamiku dengan sempurna," Tilly mencubit gemas hidungnya.

Hidung Aiden seperti mainan lucu.

Memang hidung Aiden adalah yang terbaik, sangat menggemaskan! Saat Tilly mencubit hidungnya, Aiden akan mengernyit aneh. Di pandangan Tilly ekspresi itu sangat lucu.

"Kau sudah terlihat sempurna setiap hari, Istri. Jangan terlalu rajin." gerutu Aiden.

Tilly terkekeh, "Aku sudah memberimu bahan bakar, ingat? Jangan jadi bayi pemalas lagi."

"Tetapi kali ini bukan di bibir, maka dari itu hanya terisi separuh saja." Aiden cemberut dengan membuang muka.

'Aku ingin mencubit hidungnya lagi.'

Tilly menarik lengan Aiden. "Ayolah, sayang. Kita harus bekerja keras, kumohon?"

Lelaki yang lengannya ditarik itu menyeringai, "Coba ulangi perkataanmu."

"Kita harus bekerja keras."

"Sebelum itu."

Tilly mengedipkan matanya merasa bingung, lalu akhirnya menemukan jawaban yang serasa benar. "Hum... Ayolah, sayang.. "

Kini Tilly berjinjit sehingga tinggi mereka hampir sama. Wajah mereka berdekatan, dan Tilly mengecup singkat hidung suaminya.

'Astaga, astaga! Aku mencium hidungnya! Lihat bagaimana ekspresi suami... Menggemaskan, akhh!!!'

Tilly mundur beberapa langkah setelah melakukannya, wajah gadis itu merah padam karena malu akan apa yang ia sendiri lakukan. "B-bagaimana? Apakah bahan bakarmu sudah terisi penuh?"

Aiden menutup seluruh wajahnya dengan satu tangan, "Ya."

"Kalau begitu ayo kita mulai dansanya sekarang."

"... Oke, baik."

Di sisi lain, Bianca yang menjadi penonton, merasa kesal. "Barusan seperti adegan dewasa tetapi juga kekanak-kanakan."

Athena hanya tersenyum canggung menanggapinya.

Aiden dan Tilly mulai merekatkan kedua tangan mereka, melangkah ke depan, ke belakang, dengan iringan musik yang menyenangkan.

"Tolong jangan injak kakiku, Istri."

"Tidak akan, aku telah berlatih dengan serius selama ini."

"Istriku sangat hebat."

Tenggelam dalam alunan musik, menatap wajah satu sama lain, tersenyum, bahkan rasanya tubuh mereka bergerak dengan sendirinya.Seolah saling memberi tahu bahwa 'aku menyukaimu', tetapi mata mereka yang bicara.

Tatapan hangat Aiden melelehkan hati Tilly dalam sekejap, poninya yang disisir ke belakang dengan berantakan, bekas luka di matanya, dan tubuh kekar seperti seorang berumur 20an.

Beberapa kali Tilly menutup matanya, mendengar dan meresapi musik yang didengar. Memanjakan indra pendengaran, bahkan tanpa sadar tersenyum manis. Suasana yang menenangkan pikiran kalutnya bertahun-tahun, seolah kekhawatiran tentang masa depan hilang.

Apakah di masa depan, ia dan suaminya masih bisa saling tersenyum seperti ini? Apakah Aideh masih sudi menunjukkan sisi hangatnya?

Tilly takut.

Tetapi ia masih ingin berharap.

Sudah terlanjur nyaman, apabila dirinya pergi, itu akan membuat dunianya terombang-ambing tak tenang.

[END-TERBIT] Get Married with MonsterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang