Putra pewaris Duke yang sakit setelah pesta, segera rumor tersebut menyebar bagai angin di kehidupan kota. Banyak para gadis bangsawan yang mengirim hadiah dengan embel-embel berdoa akan kesembuhan Aiden.
"Nona, Duke dan Duchess telah datang." Athena menunduk menyampaikan sebuah informasi penting.
Tilly yang mendengarnya, terdiam. "Apa? Mereka tiba-tiba datang?"
"Benar, Nona. Bahkan Duke dan Duchess telah berada di ruang Tamu."
"Tanpa memberi surat tiba-tiba datang, dan kini mereka memaksa masuk ke ruang Tamu? Benar-benar meremehkanku, ya." Tilly beranjak dari kursinya, "Aku akan menemui mereka."
Beberapa saat akhirnya berlalu, kini gadis pemilik rambut emas itu memasuki ruang Tamu dengan gaun yang lebih baik. "Salam kepada Duke dan Duchess.. "
Duke, lelaki itu terlihat lebih suram dari pada pertemuan terakhir mereka. Di sisi lain Duchess terlihat semakin cantik.
"Putraku sedang sakit, ya?" Tanya Duchess dengan kedua alis yang menurun.
Tilly tersenyum sopan, "Itu benar, Duchess ... Tetapi tabib mengatakan jika kita tak perlu khawatir untuk itu."
"Benarkah? Aku sedikit kecewa karena nona Tilly tidak mengirim surat saat putraku kesakitan."
"Ah, mohon maafkan saya. Saya terlalu fokus dengan suami sehingga tak memperhatikan hal lain." Tilly bersikap seolah sangat menyesal atas perbuatannya.
Duke tiba-tiba menyela pembicaraan sengit antara Duchess dan Tilly, "Kami kemari untuk menjenguknya."
Terkekeh manis, Tilly menutup mulutnya. "Tanpa surat? Oh, ya ampun, Duke ... Seharusnya anda mengirim surat sehingga saya dapat mempersiapkan tamu dengan baik."
"Tidak perlu begitu, kami di sini tidak akan lama."
Duchess menoleh cepat pada Duke, "Yang benar? Saya ingin berlama-lama dengan putra saya di sini...!"
'Apa sih yang wanita tua itu rencanakan?'
Tilly tersenyum lagi, "Ada kamar kosong di Kastil ini."
"Haa, baiklah." Pria dengan rambut hitam yang sama persis seperti Aiden, dia berdecak dan menatap menantunya. "Kami akan menginap beberapa hari."
"Oh, tentu, sebuah kehormatan bagi saya."
Dengan satu kamar yang disediakan, Duke berjanji akan kembali setelah 3 hari menginap. Walau alasan utama mereka untuk menjenguk Aiden, mereka sama sekali tak bertanya tentang keadaan Aiden.
'Bahkan tak bertemu dengan suami, dasar.'
Tilly berdecih di sela-sela gerutu panjangnya, dia meletakkan sebuah buah anggur di meja. "Suami, aku sangat kesal pada mereka."
Kini Tilly tengah berada di samping ranjang Aiden yang tertidur pulas. Tak ada lagi nafas yang tersenggal maupun ekspresi kesakitan, yang ada hanyalah pria tertidur.
"Kau tidak ingin anggur, suami? Ini manis. Omong-omong, kapan Duke dan Duchess mati, ya? Bukannya mengutuk mereka, tetapi aku hanya ... Tidak sabar saja, hehe."
Memijit lehernya yang lelah, Tilly mendongak menatap langit. "Di kehidupan sebelumnya, kenapa mereka bisa tiada, ya?"
***
"Anda yakin? Dengan senjata ini, saya bisa membunuh Duke dengan satu tembakan?"
Pria dengan tubuh yang besar, juga rambut berwarna abu-abu terang, dia menyeringai. "Tentu saja, aku menciptakan ini sendiri setelah awakening, kau tahu?"
"Wah, anda mengalami awakening?! Betapa berbakatnya..!"
Yang baru saja bicara adalah wanita dewasa, ia terus-menerus memuji pria yang berada di depannya itu.
"Tenang saja, Velocia. Setelah kau berhasil membunuh Duke, lalu kau tuduh menantunya sebagai pelaku, kita akan segera menghancurkan kekaisaran Abigail."
Wanita dewasa itu tersenyum lebar, "Setelah kau berhasil menghancurkan kekaisaran itu?"
"Apa lagi? Tentu saja kita akan menikah, sayangku. Kau akan menjadi permaisuriku yang agung."
(*just for information : Abigail adalah nama tempat yang kini dihuni oleh Tilly-Aiden. maaf baru muncul, novel ini juga berada di tahap revisi! )
KAMU SEDANG MEMBACA
[END-TERBIT] Get Married with Monster
FantasyPerjodohan Tilly dan Aiden adalah monokrom, bak air tenang hingga Julian datang. Tiba-tiba membuat Aiden mengusulkan proposal perceraian. Tilly dimabuk amarah, gadis itu yakin penyebabnya adalah Julian. Segala cara Tilly lakukan demi membunuh nyawa...