6. Penjelasan Panjang

65.7K 9.3K 149
                                    

Astaga,"

Kini Noel telah keluar dari kamar dengan wajah masam, itu juga atas desakan paksa Tilly.

"Suami, pelayan gila itu sudah pergi."
Aiden masih diam di pelukannya seolah tak ingin pergi, "Iya"

"Jadi ayo lepas pelukan erat ini, Tabib harus memeriksamu."

"Tidak mau."

"Ap-"

"Kau tidak rindu padaku, Istri? Aku merasa sudah dua bulan tak melihatmu." Aiden memeluknya lebih erat.

Mendengar ucapannya barusan, Tilly tertawa perlahan. "Dua bulan? Haha, kau hanya tak sadarkan selama dua hari."

"Sesingkat itu? Di mimpi, rasanya begitu lama dan gelap."

"Tidak, tidak sesingkat itu bagiku." Tilly menggeleng tegas, "Melihatmu terbaring karenaku selama dua hari, itu menyesakkan."

Lea tersenyum menyesal dan memotong kemesraan dari dua bocah kecil itu, "Nona, apakah anda ingin makan sekarang?"

"Makan?"

"Tentu saja, sudah dua hari anda tidak makan."

Aiden tersentak, melepas pelukannya. "Dua hari?!"

Lea mengangguk cepat. "Benar, Tuan Muda! Nona sangat keras kepala dan menolak makanan yang dibuat oleh para koki!"

"... Saya melihat sekilas para koki bersedih atas itu." lanjutnya.

"Apa-apaan itu? Kenapa kau seperti tikus yang membangkang selama aku tidur?" Bocah lelaki ini merasa marah.

"Tikus? Adakah nama hewan yang lebih lucu dan baik untukku?" Tilly tidak setuju.

"Tidak ada hewan yang lebih bagus untuk saat ini, kau begitu keras kepala."

Tilly berdecih, "Jangan dianggap serius. Kalau begitu, tolong bawakan makanan untuk kami berdua, Lea."

"Baik, Nona."

"Juga tolong sampaikan pada para koki, aku akan mendatangi mereka secara pribadi nanti siang untuk meminta maaf."

"Baik, Nona."

Lea berjalan mundur setelah menunduk hormat, menutup pintu, dan tinggallah dua orang di kamar.

Tilly membuka suara memecah keheningan yang menghantui kamar beberapa saat. "Suami,"

"Iya, Istri?"

"Suami,"

"Ya?"

"Suami,"

Aiden membuang nafas sebentar, "... Ya Istri?"

"Aku merindukanmu." Tilly membuka kedua tangannya meminta pelukan.

Tanpa pikir panjang bocah lelaki itu memeluk istrinya, "Aku juga."

"Apakah dia pelakunya? Maksudku, Noel, si brengsek itu?"

Aiden terdiam, menjadi gugup. "Aku ..."

"Aku sangat siap menjadi tempat keluh kesahmu, Suami. Sungguh." Tilly meraih kedua tangannya.

Melepas pelukan dengan hembusan nafas besar, pada akhirnya Aiden membuat keputusan besar. "Aku akan menceritakannya"

"Benarkah? Suami bersedia? Aku baik-baik saja jika suami ingin menceritakan besok atau lusa."

"Aku bersedia sekarang."

Mereka duduk di ranjang bersebelahan, suasana kamar menjadi hening saat menunggu Aiden berbicara.

"Aku dipukuli, benar, Noel pelakunya."

Tilly mengangguk mendengarkan.

"Aku memang mahir dalam berpedang, aku memang pandai membuat strategi. Namun, aku memiliki sebuah luka yang membekas, membuat wajah ini menjadi cacat dan buruk rupa."

Sebenarnya Tilly ingin menyangkal kalimat terakhir dalam ucapan Aiden, namun ia memilih diam dan menjadi pendengar yang baik.

"Ibuku, Duchess, mengirim pelayan pribadi yang akan mengatur kehidupanku di kastil."

"Pelayan itu Noel, yang baru saja menamparku tadi. Katanya aku harus menutupi wajah buruk rupa ini dengan sikap sempurna, maka dari itu aku dipaksa belajar tata krama seperti para gadis."

"... Suami," Tilly akhirnya membuka suara, merasa kesal.

Alih-alih menjawab, Aiden malah melanjutkan penjelasannya. "Dia tak memanggil guru untuk pelajaran tata krama, namun Noel sendiri yang mengajariku."

"Saat aku salah sedikit saja, dia akan memukulku," Aiden terus bercerita seolah mengadu para orang tuanya, "Dia memukulku, Istri. Kadang mencambuk, atau melemparku dengan barang terdekatnya."

"Di kastil ini, hidup sendirian, sama saja seperti diasingkan. Ayah dan Ibu datang saat hendak memintaku berkontribusi dalam perang saja, selain itu tidak pernah menjenguk. Aku bahkan tidak tahu mengapa mereka membuangku seperti sampah."

Tilly menggeleng, "Kau tidak seperti sampah!"

Aiden tersenyum tiba-tiba menatap istrinya, "Terima kasih."

"Eum, lalu ... Ruang makan itu- " Tilly berucap ragu.

"Aku akan menceritakannya," Bocah lelaki itu memainkan jemarinya gugup.

[END-TERBIT] Get Married with MonsterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang