59. Kaisar yang Kabur

21.4K 3.4K 76
                                    

"Gerbang barat Abigail dikepung oleh kerajaan barat, yang mulia!"

Kaisar, yang duduk di singgasana mewahnya, tekejut. "Apa?"

"Apa yang harus kami lakukan, Yang Mulia?"

"Yang Mulia, beri kami petunjuk."

"Warga desa ketakutan, Yang Mulia."

Mendengar informasi besar ini membuat Kaisar menjadi gugup. "Semuanya keluar."

Ksatria yang baru saja memberi informasi menjadi bingung, "Maaf?"

"SEMUANYA KELUAR!!"

Bentakan pemimpin negara mulai dipahami, seluruh insan yang berada dalam aula utama istana mulai menunduk pamit dan keluar. Baik itu ksatria, pelayan, atau para penasehat yang selalu mengekor Kaisar.

Di dalam aula, hanya tersisa Kaisar saja.

Ksatria pemberi informasi keluar dengan alis mengerut, kenapa Kaisarnya tiba-tiba memberi arahan aneh?

Selama ini, mereka, sebagai pengikut Kaisar tak pernah mendengar keputusan bijaksana. Paling-paling, Duke dan penasehat sebagai pemberi saran besar.

Melihat pengalamannya selama ini, ada kemungkinan jika Kaisarnya ...

Ksatria terkejut dengan pemikirannya sendiri. Ia berbalik dan membuka pintu besar aula, beberapa pengikut lain kebingungan.

Dan,

"KAISAR TIDAK ADA DI AULA!" Teriak Ksatria tersebut.

"Apa? Kaisar melarikan diri di tengah perang antar negara? "

"YANG BENAR SAJA?!"

***

Informasi perang tiba-tiba mulai menyebar ke seluruh Abigail. Dengan cekatan, Ksatria mengarahkan anak-anak dan wanita untuk bersembunyi di ruang bawah tanah. Para suami dimohon untuk berkontribusi dalam perang.

Aiden, Duke of Zionne, sudah siap dengan rencananya bersama para pangeran. Mereka meluncurkan mata-mata yang telah dilatih belasan tahun hanya untuk perang ini.

Mereka yakin akan kemenangan.

"Para mata-mata pasti bisa menggagalkan senjata rahasianya." Ixion Einer, putra kedua Kaisar, menghela napasnya menatap langit biru.

"Kita hanya perlu yakin." jawab Aiden yang sebenarnya ikut cemas.

Kemarin, istrinya muntah-muntah. Siapapun akan tahu jika itu adalah salah satu tanda kehamilan yang umum. Tetapi ini tidaklah pasti.

Aiden meninggalkan Kastil kala istrinya tengah diperiksa oleh tabib.

Tepat setelah membunuh Noel sebagai hukuman, mereka memang melakukan untuk pertama kalinya, dan itu tanpa pengaman. Hal inilah yang membuat asumsi Aiden semakin yakin.

Berita kehamilan memang sangat bagus, tetapi saat ini tidak tepat. Perang sialan.

Dia berharap istrinya tidak hamil.

Wushh!

Di tengah pikiran kalutnya, tiba-tiba sinyal hijau terlihat di langit sana. Tandanya, senjata rahasia kerajaan barat berhasil digagalkan. Kini mereka bisa maju dengan menunggu perintah resmi Kaisar.

"....." Caesar Einer yang sedari tadi diam, kini membuat ekspresi marah. "Bajingan! Kaisar kabur dari singgasana!"

"Apa?" Aiden dan Ixion menoleh terkejut.

"Aku baru saja mendapat informasi simbol dari ksatria." Caesar, sebagai putra mahkota, memasang wajah serius. "Aku akan menggantikan ayahku. Tanpa perintah resmi, ksatria tidak akan bisa maju."

Ixion mengangguk, "Aku akan memberi sinyal kepada warga untuk berkumpul. Sesegera mungkin."

Melihat semuanya mulai bergerak, Aiden merasa harus pergi. "Aku akan kembali ke kastil sebentar, lalu memimpin pasukan depan."

"Ya," Caesar tersenyum, "Tolong jangan mati."

"Kau mendoakan aku?" Aiden membalas dengan tawa singkat.

Tanpa menunggu balasan dari kedua pangeran, ia berteleportasi menuju Kastilnya.

Kastil yang menjadi rumah nyaman, Tilly adalah prioritas utama saat ini. Ia rela membiarkan negara kalah perang asalkan istrinya aman.

"Suami?"

Tepat saat Aiden memunculkan diri, ia melihat istrinya memasang wajah bingung.

"Apakah kau akan memimpin pasukan depan?" tanya Tilly secara tiba-tiba.

Istrinya begitu cantik, wajahnya terlihat khawatir. Rasanya ia lebih menawan dari apa pun di dunia ini, seperti memiliki daya tarik yang memaksa Aiden harus bersamanya.

"Tentang perang nanti saja, bagaimana hasil dari tabib? Kehamilanmu?"

[END-TERBIT] Get Married with MonsterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang