50. Kematian Duke

28.5K 4.5K 147
                                    

"Nona Julian?!" Tilly beranjak dari ranjang dan lekas-lekas membuka pintu.

Julian yang menunggu dengan mata berbinar juga wajah mulus itu, berteriak girang. "Ayo pergi ke Taman!"

"Hah?"

"Di Taman ini ada sebuah kolam, aku ingin melihatnya!"

Tilly membuang nafas lelah, "Aku memang membangunnya 2 tahun lalu, kita bisa melihatnya. Tapi sekarang sudah malam, Nona ... "

"Saya juga mendengar dari pelayan, jika kolam itu akan bersinar jika dilihat di malam hari!" Julian melompat-lompat, "Ayo! Ayo pergi!"

'Bocah ini tidak akan berhenti sampai aku menurutinya ...'

"Huft, baiklah. Hanya sebentar."

"Iya!!!"

Kedua gadis itu berjalan beriringan menuju Taman yang jaraknya tak jauh dari Kamar. Tilly juga telah menghimbau pada para Ksatria untuk tidak perlu mengikutinya, sesuai dari keinginan Julian.

"Kita sampai,"

Julian melongo, matanya terbuka lebar, "Indahnya .."

"Waktu kita hanya semenit, lalu ayo kembali ke dalam."

"A-apa?! Cepat sekali?"

Tilly memasang wajah tegasnya. "Ini sudah malam, kita berdua bisa demam karena udara yang dingin."

"Hemm, baik- eh? Duke dan Duchess?" Gadis pemilik rambut merah muda itu tersentak dari langkahnya.

Apa? Kenapa tiba-tiba dan sangat kebetulan kita berpas-pasan? Ada yang mengganjal.

"Kenapa kalian berdua di sini?" Tanya Duke dengan wajah datarnya, ia tak repot-repot memberi ekspresi penuh formalitas seperti tadi.

Julian tersenyum ringan, "Berjalan-jalan!"

"Di malam hari begini?"

Tilly menunjuk sebuah kolam di belakangnya "Sebenarnya Nona Julian penasaran dengan kolam itu."

"Hoo, bagus juga. Kurasa dulu tidak ada kolam itu di Taman ini."

"Benar, saya yang meminta untuk membangun kolam tersebut. Saya pikir akan indah jika-"

DORR!!!!

"Aghh!"

Apa?

"Kerja bagus, Julian! Kau menembak dengan tepat!" Duchess yang sedari tadi diam kini tertawa lepas.

Ada apa tadi? Sebuah ... Tembakan?

Julian berpaling menatap Tilly, "Ayah mertuamu sudah mati. Kau juga harus dibunuh atau dituduh saja?"

Gadis itu melempar pistol di tangannya tepat ke arah Tilly, menatap ke arah Kastil, ia berteriak kencang. "KYAAA, TUAN KSATRIAA!!"

Deg deg deg

'Apa ini? Apa yang terjadi? Kenapa pistolnya di depanku?'

"TUAN KSATRIA, TOLONGG!! NONA TILLY, N-NONA TILLY MENEMBAK DUKE!"

'Hah?'

Pikiran Tilly kosong sekilas karena mencerna hal yang terjadi. Julian menembak Duke, dan Duchess tertawa lepas seolah mereka berdua telah bekerja sama.

"Aku harus kabur sekarang, kabur ... "

Deg deg deg deg

Tubuh Tilly bergetar hebat, apa ia akan dituduh sebagai pembunuh? Setelah itu akan mendapat hukuman, lalu .. Lalu ... Ia akan dipenggal lagi?

"TIDAK!" Gadis rambut emas itu berteriak kencang, "Bukan aku!"

Suara langkah kaki para ksatria mulai terdengar seiring detak jantungnya yang cepat, "Pergi- Aku pergi!"

"N-nona Tilly, anda tidak boleh pergi. Anda berbahaya!" Julian mundur dengan wajah ketakutan.

Duchess berlari memeluk Julian, "Astaga, astaga, menakutkan! Kau iblis, Nona Tilly! Wanita menjijikkan!"

'Iblis? Wanita menjijikkan? Aku?'

"Jangan bergerak, anda pembunuh! Tuan ksatria, cepat kemarilah! Tuan ksatria!"

Deg deg deg

Rasanya kaki Tilly lumpuh, badannya gemetar tak karuan. Apa begini lagi endingnya? Tilly takut, penggalan itu menyakitkan.

"Tidak, aku bukan iblis!" teriak Tilly sembari memegangi lehernya, ia merinding hebat.

Kenapa Tilly sepanik ini? Gadis itu bisa kabur atau menjauh dari pistolnya, tidak ada bekas sidik jari Tilly di pistol itu. Ia aman.

Tapi kenapa sepanik ini?

Ia takut dibunuh? Tidak, ia takut menghadapi tatapan penuh hinaan itu lagi.

"Bukan aku, bukan aku, aku harus kab-"

Dua tangan tiba-tiba menariknya dari belakang, aroma yang familiar yang tercium membuat Tilly tersentak kaget.

"Ayo pergi," Bisik suara serak itu dari belakang.

[END-TERBIT] Get Married with MonsterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang