29. Diundang ke Istana

55.3K 8K 295
                                    

Tilly menoleh, menatap suaminya. "Membuatnya takut?"

"Iya, aku baru saja mendapat surat dari Count, beliau akan menjemput Nona Julian secepatnya. Mari kita perlakukan ia dengan baik selama itu."

Tilly mengangkat alisnya bingung, "Ya?"

Aiden tersenyum, "Aku akan bicara di Kamar, ayo."

Julian tersentak, "Aiden.."

"Jangan panggil saya dengan lancang, dan saya harus pergi. Tolong silakan kembali ke kamar anda, Nona Julian." Aiden menunduk sopan lalu menarik tangan Tilly.

"Tunggu, suami. Obatnya-"

"Nanti saja."

Ceklek

Aiden menutup pintu dan duduk di samping kasur. "Count punya hubungan tersembunyi dengan Kaisar."

Tilly mengerut mendengar pernyataan mengejutkan ini tiba-tiba, "Count...?"

"Iya, Istri. Aku sebenarnya sudah mengirim beberapa mata-mata saat kembali dari perang. Nona Julian, yang aku tangkap, dia sangat mencurigakan."

Lagi-lagi alis Tilly semakin mengerut dalam, "Jangan-jangan.."

"Apa?" Aiden mendekat penasaran.

"T-tidak jadi."

'Jangan-jangan yang membuat Kaisar sampai turun tangan saat aku hendak membunuh Julian, karena ini? Kaisar memiliki hubungan dengan Count.'

Tilly menyandarkan tubuhnya ke bantal, "Mata-mata... Apa yang membuat suami merasa curiga pada Nona Julian?"

"Dia tiba-tiba ada di pembuangan sampah senjata.. Berkata jika diculik lalu kabur? Kerajaan barat tidak akan memiliki waktu untuk menculik gadis kecil sepertinya.."

"...Dan jika memang diculik, Nona Julian seharusnya tidak bisa kabur. Pertahanan kerajaan barat itu sangat ketat."

Tilly termenung, "Apa jadinya jika itu adalah rencana Kaisar dan Count? Mereka merencanakan sesuatu pada Duke Zionne melalui kita?"

"Itu masuk akal. Mata-mataku juga mengatakan jika Count bersikap aneh selama beberapa hari terakhir. Dia selalu berada di kamarnya, atau bahkan keluar Rumah hingga malam larut."

Count memiliki banyak Istri, jika Count tidak ada di Rumah, istri-istrinya pasti akan saling beradu.

Tilly membayangkan betapa berantakannya isi Kastil Count saat tak ada.

"Count dan Kaisar, sepertinya dia meremehkanku." Aiden memasang wajah kesal.

"Kau masih 9 tahun, Suami."

"Jiwaku sudah dewasa."

"Hei, kau meniru jawabanku!" Tilly mencubit gemas hidungnya.

Diam-diam ia juga bergumam, 'Apakah di kehidupan pertama, suami juga merasa curiga seperti ini? Tetapi dia mencintai Julian.. '

"Istri, aku ingin tidur. Ayo lupakan itu semua!" Aiden meregangkan tubuhnya, lalu tersenyum lebar.

"Tunggu, aku harus pergi untuk mengambil obat!"

Tok tok tok

"Siapa yang datang malam-malam begini? Lagi-lagi tertunda untuk mengobatimu, Suami."

Tiba-tiba suara pintu Kamar terketuk, Sora, kepala pelayan, datang dengan sepucuk surat.

"Permisi, Tuan Muda, Nona Muda, saya masuk."

"Silakan."

Sora memberikan nampan berisi surat itu dengan sopan, Aiden menerimanya. "Segel.. Kekaisaran?"

"Iya, Tuan. Saya baru saja mendapat surat dari yang mulia Kaisar sendiri. Jika bukan dari beliau, mungkin saya akan memberikannya besok pagi."

"Humm.." Aiden mengangguk, "Kau boleh pergi, Sora."

"Terima kasih, Tuan. Saya permisi."

Bocah itu membuka segel kekaisaran, lalu mulai membaca suratnya.

Tilly menunggu beberapa waktu dan akhirnya melihat sang suami telah membaca surat hingga selesai.

"Ada apa? Begitu penting kah sehingga Kaisar sendiri yang mengirim surat? Bahkan ada segelnya.." Tanya ia.

"Kaisar, dia mengundangku ke Istana untuk mendapat penghargaan atas pihak yang paling berkontribusi dalam perang."

"Oh? Baguslah, kita akan pergi bersama! Aku akan mencari gaun ya-"

Aiden menggeleng, "Tidak boleh membawa siapa pun. Di sini tertulis, hanya boleh membawa dua ksatria terbaik yang mengikuti perang kemarin."

"Apa... " Tilly merasa ada hal buruk yang akan datang di Istana, mengapa tidak boleh membawa orang lain?

"Istri, apa kau tidak ingin aku datang ke sana?"

--------

Julian libur dulu yaw, di komentar para pembaca ngegas mulu.

Kasian keyboard nya, bukan pembacanya 🙏😗

[END-TERBIT] Get Married with MonsterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang