"Hah? Pelayan?"
"Uhm, Saya harus memiliki kesan bagus walau di depan pelayan seperti anda!"
Tilly mundur beberapa kali dengan wajah marah.
Apa-apaan? Dia, istri Aiden, calon Duchess yang mulia, dianggap sebagai pelayan rendahan?
Aiden menatap tajam Julian. "Nona, gadis ini bukan pelayan saya!"
"Hee...? Tetapi gaunnya terlihat sederhana, dan rambutnya berantakan.. Dia juga tidak memiliki perhiasan satu pun di tubuhnya.."
Tilly tersentak, dia memang berantakan karena sibuk menjahit baju untuk suaminya. Dan saat mendengar berita pulang, gadis itu berlari cepat sehingga rambutnya berantakan.
"Benarkah?" Tilly menunduk, menutupi wajahnya dengan tangan. "Kalau begitu penampilanku sangat buruk sekarang, aku harus pergi."
"Tidak, Istri. Aku tidak peduli dengan penampilanmu yang berantakan atau rapi!" Aiden menarik lengannya yang hendak pergi.
Di sisi lain, kedua mata Julian membola. "I-istri...?"
Aiden meliriknya, "Benar. Istri saya, dia adalah Istri kecil saya. Dan anda baru saja telah membuat kesalahan buruk dengan mengcap Istri saya sebagai pelayan."
"I-itu..."
"Dan anda bahkan mengkritik penampilannya secara langsung? Benarkah itu tata krama yang diajarkan di keluarga Count?"
Air mata Julian jatuh, tubuhnya bergetar. "Tidak.. Saya tidak tahu tentang ini, hiks. Saya telah membuat kesalahan besar..."
"Anda memang telah membuat kesalahan besar." Aiden masih menatapnya tajam dan dingin.
Dari belakang Demian menatap Tuan Mudanya, "Hemm.. Nona Julian masih kecil, lihat dia ketakutan dengan anda, Tuan Muda."
"Aku tidak peduli, cepat hubungi Count agar menjemput anaknya. Kastil ini tidak cukup luas untuk menampung gadis pembuat masalah." Aiden berbalik memasuki kastil dengan Tilly di genggamannya.
"Tunggu, Aiden!" Julian mencekal tangan Aiden sehingga langkah mereka berhenti.
Plak!
Aiden dengan wajah jijik menepis tangan itu, "Jangan memegang saya tanpa alasan, Nona. Dan sejak kapan saya mengizinkan anda memanggil 'Aiden'? "
"Saya... Saya minta maaf.. Hiks, saya tidak tahu jika gadis sederhana ini adalah istri anda.."
"Ya, kalau begitu saya pergi dulu. Mohon jangan menghalangi jalan kami lagi."
Julian mengangguk, "T-tentu..."
***
Aiden memandang tiap sudut kastil dengan mulut terbuka.
Tilly terkekeh di sampingnya, "Cantik kan? Aku telah mengatur Kastil ini untukmu!"
"Humm.. " Bocah lelaki itu menoleh menatap Istrinya. Rambut emas gadis itu sudah lebih panjang, dan terlihat semakin cantik walau berantakan. "Iya, sangat cantik."
Entah kenapa Aiden teringat dengan mimpi yang dulu dialaminya saat berada di Medan Perang.
'Dia hampir membunuh Julian!'
'Itu harus dihukum dan hukuman dilaksanakan secara adil, karena dia hampir merenggut nyawa Julian.'
Kaisar di mimpinya terus mengatakan itu, dan gadis yang ditemuinya... Bernama Julian.
Entah kenapa Aiden merasa kesal dan waspada terhadap gadis itu. Ada yang aneh dengannya.
Tilly menghentikan langkahnya, lalu berjinjit. Ia mengelus kedua pipi Aiden, "Aku merindukanmu."
"...Aku juga."
Perasaan hangat ini, adalah perasaan yang selalu Aiden rindukan di medan perang. "Kau tahu betapa tersiksanya aku tanpamu saat berada di Medan perang, istri?"
Tilly terkekeh pelan, "Tidak tahu, apakah sangat menyiksa?"
"Iya, sangat menyiksa. Aku rindu untuk mencium pipimu seperti ini," Aiden bergerak mencium pipi bagian kirinya.
"Ah, hahaha.. Geli."
"Lalu aku juga merindukan rambut emas indahmu," Aiden mencium rambutnya.
"Aroma menyegarkanmu" Kini dia memeluk Tilly erat, "Dan pelukan hangat seperti ini."
Tilly tersenyum sedih dan merangkul Aiden kembali. "Pasti sangat menyiksa, Suami sudah bekerja keras."
Tubuh Suaminya sekitar sekali lebih besar dan tinggi dari sebelumnya, itu membuat Tilly terkesan lebih muda.
Hati Tilly entah kenapa juga merasa lega detik ini, karena dia melihat Aiden menolak mentah Julian, lalu bahkan membelanya.
Tetapi tak dapat dipungkiri dia masih cemas...
"Suami.."
Mereka duduk di sofa lembut yang panjang, Aiden berbaring dengan paha Tilly sebagai bantal. "Apa, istri?"
"Julian... Apakah gadis itu... Cantik?"
"Eh?"
Tilly tersentak melihat wajah bingung Aiden, "Itu.. I-itu, aku hanya merasa dia cantik...! Ja-jadi aku meminta pendapatmu, itu saja."
Aiden beranjak dari posisi berbaringnya, dia mendekatkan wajah ke arah telinga Tilly. "Hanya meminta pendapat? Bukankah istri cemburu?"
-------
Puaskah engkau wahai readers tak tahu diri? Udah boom up, tapi masih minta lagi.
Kasian juga si Julian lontong dihujat, tapi aku dukung kok 🙏😛
KAMU SEDANG MEMBACA
[END-TERBIT] Get Married with Monster
FantasyPerjodohan Tilly dan Aiden adalah monokrom, bak air tenang hingga Julian datang. Tiba-tiba membuat Aiden mengusulkan proposal perceraian. Tilly dimabuk amarah, gadis itu yakin penyebabnya adalah Julian. Segala cara Tilly lakukan demi membunuh nyawa...