54. Persidangan

26.6K 4.5K 51
                                    

"Itu dia, pembunuh tuan Duke."

"Ya ampun, bukankah dia putri haram dari Marquis Nystrom? Yang menikah dengan Duke kecil bukan?"

"Benar, artinya dia membunuh ayah mertuanya sendiri."

"Dasar gila ...!"

Tilly berdiri di tengah-tengah aula, dikelilingi banyak bangsawan yang menjilat keluarga Duke Zionne.

Tentu saja banyak yang datang, Duke of Zionne adalah keluarga bangsawan yang menjadi tangan kanan Kaisar sejak Kekaisaran dibangun.

Keluarga bangsawan terhormat.

Di depan Tilly, terdapat meja panjang yang berisi beberapa kursi untuk para hakim. Gadis itu dipandangi banyak orang seolah menjadi tontonan yang lucu. Hinaan yang hampir sama seperti sebelum eksekusi terdengar kembali, itu akan membuat Tilly terguncang jika ia datang tanpa rencana. 

Tilly menghela napasnya, menenangkan diri. Kali ini bukanlah eksekusi penggal, ia tak akan menemui hal buruk itu lagi. Tidak apa-apa.

Julian dan Duchess duduk di samping kanan sebagai saksi.

Melihat sekitar, Julian berbisik pelan kepada Duchess. "Di mana Aiden? Aku mendapat informasi jika ia datang bersama Tilly."

"Ah.. Benar juga, di mana?"

Salah satu hakim yang nampak memiliki posisi tertinggi akhirnya memulai persidangan.

"Tilly Nystrom, sebagai tersangka utama dalam pembunuhan berencana Duke of Zionne."

Hakim mulai berbicara tentang permasalahannya secara lebih rinci, ia juga menyebutkan Julian dan Duchess sebagai saksi di tempat kejadian.

Tilly menggigit kuku dengan wajah gemetar, "Bukan saya pelakunya. Saya hanya diajak oleh Nona Julian untuk datang ke Taman!"

Julian berdiri dari tempat duduknya, "Saat itu saya hanya ingin mengajak Nona Tilly menuju Taman, saya tidak tahu jika Nona Tilly membawa pistol dan menembak Duke!"

"Benarkah?" Tilly, dengan wajah gemetar, mulai bersikap berani. "Saya hanya ingin beristirahat, lalu anda tiba-tiba mengajak saya ke Taman. Bukankah itu aneh?"

"Tidak. Bisa saja anda memanfaatkan saya yang mengajak anda ke Taman saat itu."

"Memanfaatkan?"

"Ya, memanfaatkan situasi untuk membunuh Tuan Duke."

Dalam sekilas, nampak Tilly yang menahan senyumannya. "Apakah anda ingat gaun apa yang saya pakai malam itu?"

Julian mengerutkan keningnya, "Gaun tidur."

"Benar, tidak ada saku besar yang dapat menyembunyikan pistol dalam gaun tidur."

"A-anda menyembunyikan tangan kiri anda!" Gadis rambut merah muda itu, ia gelagapan.

Hakim menoleh, "Itu berbeda dengan kesaksian yang anda berikan. Nona Julian berkata, jika, Nona Tilly pergi ke Taman dengan pistol di sakunya."

"Itu-"

Tilly memotong perkataan Julian, "Di mana pistol tersebut?"

"Para tim tidak menemukan di tempat kejadian, ada dugaan jika anda yang membawa pergi pistol tersebut." Balas sang Hakim.

"Tidak, saya tidak membawanya."

".... Lalu?"

Ceklek

Tiba-tiba saja pintu ruang persidangan terbuka, nampak beberapa pria dan Aiden yang berada di barisan paling depan.

"Mohon maaf mengganggu persidangan ini. Saya datang dengan barang bukti, yaitu pistol tersebut." Ucap Aiden yang menggegerkan seluruh bangsawan yang datang.

"Apa?"

Aiden mengangkat sebuah kantong putih, "Saya baru saja menemui Tuan Count dan meminta menyelidiki Kastilnya. Kami menemukan Pistol ini di Kamar Nona Julian."

Julian berteriak, "Itu hanya pistol lainnya!"

"Tidak, tidak. Aku ingat, di bagian kanan pistol tersebut terdapat sebuah tanda burung merpati emas. Bukankah begitu, Duchess?" Tilly melepas senyumannya.

Duchess hanya menelan ludah dan menjawab, "B-benar."

"Duchess!" Julian menoleh dengan wajah terkhianati, situasi dalam persidangan telah terbalik.

Aiden melangkah mendekati meja Hakim, ia memberikan pistol yang berada di dalam kantong putih. "Silakan."

Memang benar, dalam kantong tersebut, terdapat pistol dengan tanda burung merpati emas di bagian kanan.

Berbalik, Aiden menatap istrinya. "Saya juga menemukan pemimpin ksatria saya, Demian, terkapar penuh luka siksaan di penjara Kastil Count Cheldon."

Tilly tersentak, "Apa?"

[END-TERBIT] Get Married with MonsterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang