7. Kue Setelah Latihan

61.5K 9K 177
                                    

"Itu, ruang makan, adalah tempat di mana Ibu kandungku meninggal tepat di depanku."

"Apa?" Tilly menjadi kaku, "Duchess yang sekarang adalah ibu tirimu?"

"Iya. Ibuku yang... Asli, dia meninggal karena pembunuh bayaran mengincarnya. Dia dibunuh saat kami makan, tepat di depanku, itu di mana aku masih berumur 3 tahun."

"Betapa pilu. Kau pasti sangat ketakutan."

"Iya, aku sangat ... Ketakutan." Aiden gemetar, "Aku yang saat itu masih tidak bisa apa-apa, sangat takut."

"Siapa dalang dibalik ini, aku juga belum tahu. Maka dari itu aku belajar berpedang dengan tekad, hingga dapat membalas dendam Ibuku."

Tilly mengangguk, memeluknya, "Aku akan selalu mendukungmu. Maafkan aku juga karena memaksamu ke ruang makan kemarin."

Hati Aiden menghangat.

"Baik kalau begitu, ayo kita mengganti baju lusuhmu sambil menunggu makanan datang." Gadis kecil itu tersenyum melepas dekapannya.

"Baik? Tapi pembicaraan kita belum selesai."

"Huh, tentang apa lagi ini?"

"Memar di tubuhmu, salah satunya, di pundakmu."

Tilly merasa hal ini tak perlu dibahas, semuanya baik-baik saja. "Tentang it-"

Tok tok tok

Suara pintu terketuk menghentikan ucapan Tilly, "Makanan sudah datang!" Dia berlari ke arah pintu dengan bahagia.

"....."

Tidak perlu dibahas, masalah luka memar Tilly, itu bukanlah apa-apa.

***

"Nona Muda, kenapa anda pergi ke tempat latihan?"

"Aku ingin melihat suamiku berlatih, aku juga membawakan kue untuknya."

Tadi setelah makan berdua, Tilly langsung menuju dapur dan meminta maaf kepada para koki secara terang-terangan. Respon yang Tilly terima juga begitu memuaskan. Lalu, ia akhirnya meminta bantuan para koki untuk membuat beberapa kue.

"Apa? Melihat Tuan Muda berlatih? Itu sangat manis. Silakan lewat sini, Nona Muda." Salah satu ksatria mengarahkan Tilly di dekat lapangan.

Dengan penuh inisiatif, dia memilih tempat teduh di bawah pohon yang cukup sejuk.

"Eh?" Aiden yang sibuk dengan pedangnya, menoleh.

Tilly tersenyum cerah, tangannya melambai ke atas. "Suami!"

"Istri!"

Ah, para ksatria yang belum menikah merasakan hal aneh. Tuan dan Nona mereka masih berumur 9 tahun, dan sudah seakrab ini sebagai pasangan suami istri?

Sungguh, mereka sangat iri. Sedikit kesal juga.

Aiden melanjutkan latihannya, dia nampak begitu tampan. Lengannya yang masih kecil bergerak mengangkat pedang besar.

Dengan ringan mengayuhkan, dan menghunus pada lawan latihan. Keringat menetes di bawah sinar mentari, namun itu membuat pesonanya semakin membara.

Buruk rupa? Mana ada, Aiden tampan sekali.

Selama ini Tilly hanya melihat sisi lemah Aiden. Hingga saat ini, dia terpukau dengan kemampuannya.

Benar-benar pantas disebut sebagai master pedang di masa depan, memang sebuah bakat!

Beberapa saat kemudian, Aiden meletakkan pedangnya dan berlari ke arah Tilly.

"Kenapa istri kemari?"

"Aku ingin melihatmu berlatih, sangat keren!" secara blak-blakan, Tilly memujinya dengan mengacungkan kedua jempol.

"Aku keren?"

"Tentu. Saat kau mengangkat pedang dan mengayunkannya seperti ini, wussshhh, saat itu kau bagaikan pahlawan super."

"Terima kasih." Aiden tertawa seolah telah mendengar candaan.

"Aku serius, lho."

"Baik-baik ...."

Tilly mengangkat keranjang di sampingnya, "Kau tahu apa yang ada di dalam keranjang ini?"

"Apa?"

"Aku membuatnya khusus untukmu."

Aiden terdiam, "Dari baunya yang lezat ... Kue?"

"Wow," Tilly berdecak kagum. "Kau benar! Sangat mengagumkan memiliki indra penciuman yang tajam."

"Haha, itu dibutuhkan saat berperang."

Tilly memberikan satu potong roti padanya, "Baiklah, cicipi ini. Enak?"

Aiden mengangguk santai, mencoba menggigit pelan kue yang dibawa istrinya. "Oh, kau membuatnya sendiri?"

"Iya, dengan bantuan para koki, bagaimana?" Gadis itu menjadi gugup.

"Ini ..." Aiden masih mengunyah, "Hemm ..."

Wah, bocah ini? Apa dia sengaja membuat Tilly menjadi lebih gugup? Dasar tak memiliki hati nurani.

"Ini ... Enak!"

Wajah Tilly menjadi cerah, "Astaga, terima kasih!" Gugupnya sudah hilang.

Saat gadis kecil itu mengambil satu roti lagi, dan memasukkan dalam mulutnya, Aiden membuka suara.

"Istri,"

"Ya?"

"Ayah dan Ibu akan ke kastil ini seminggu lagi."

Tilly terpaku, "Duke dan Duchess?"

"Huum, mereka katanya ingin membicarakan masalah perang dengan Kekaisaran barat."

Diingat ulang, Aiden memang akan berperang tiga minggu lagi. Itu membuat Tilly yang berada di masa lalu semakin salah paham, dia kira Aiden membencinya.

"Kau akan ... Pergi berperang?"

"Aku harus pergi jika diperintahkan oleh kaisar."

Tilly menggenggam tangannya, "Tapi kau masih 9 tahun!"

Dalam perang kali ini, Aiden baru akan kembali setelah 5 tahun. Sekitar di musim dingin.

Itu lama sekali.

"Kaisar telah mengakui kemampuanku. Jadi, aku harus pergi sebagai orang yang berkemampuan."

"Aku akan sangat sedih,"

"Perang tidak akan lama, mungkin hanya sekitar... 3 bulan?"

Itu memang benar, kebanyakan perang paling lambat dilaksanakan selama 7 bulan. Namun perang kali ini, begitu lama hingga 5 tahun lamanya.

Saat itu lah, Aiden menemukan Julian.

"Entah kenapa aku merasa resah." Gumam Tilly.

Aiden mendekatkan telinganya, "Kau berbicara sesuatu?"

"Tidak,"

[END-TERBIT] Get Married with MonsterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang