"Duke dan Duchess sudah dalam kereta untuk berangkat kemari."
"Sudah dalam perjalanan, ya ...."
Informasi yang dia dapat dari kehidupan sebelumnya, Duke adalah seorang yang dingin dan tak acuh terhadap siapa pun.
Sedangkan Duchess ... Dia bagai mawar beracun. Wajahnya benar-benar menggambarkan sebagai antagonis dalam sebuah karangan fiksi! Dia memang cantik, namun sangat gila dan menyebalkan.
Duchess, yang merupakan 'Ibu tiri' suaminya, begitu hebat memanfaatkan Aiden.
Dia memberikan Noel menjadi pelayan pribadi, untuk memata-matai Aiden, dan melatih tata krama secara keras dan ketat.
Saat anaknya telah sempurna, Duchess akan mengekpos Aiden kepada publik sebagai 'Anak Duke yang tampan dan sempurna'.Yahh, memang dia gila. Kecantikannya itu sia-sia.
"Aiden, kau sudah siap, kan?" Tilly mengetuk pintu kamar.
"Uhm, masuklah."
Saat memasuki kamar, Tilly langsung disambut dengan Aiden yang tersenyum manis. Pakaiannya begitu rapi dan rambutnya tersisir ke belakang.
"Ayo keluar, Duke dan Duchess sudah ada di halaman kastil." Tilly mengulurkan tangannya.
"Iya,"
Mereka berjalan dengan berpegangan tangan menuju halaman untuk menyambut Duke dan Duchess.
"Salam kepada yang mulia Duke dan Duchess ...." Tilly menunduk sambil mengembangkan gaunnya.
Duke sangat tampan! Rambutnya hitam sama persis seperti rambut suaminya. Bagai sebuah duplikat Aiden versi dewasa.
Duchess yang berdiri tegak itu memiliki aura yang begitu menekan. Dia memiliki rambut berwarna biru bergelombang. Ekspresi dingin di wajah mulus itu tak menganggu kecantikannya.
Ah, benar-benar seperti pemeran antagonis dalam cerita fiksi.
"Aiden, sudah lama tidak bertemu." Duke menunduk menyapanya, namun tak ada emosi yang dapat ditangkap dari sana.
Dia tidak rindu anaknya?
Dengan cemas Tilly menoleh melihat respon Aiden. Namun ternyata, lelaki itu hanya mengangguk tanpa emosi juga.
"Lama tidak bertemu juga Ayah, Ibu."
Suaminya, dia ... Benar-benar berbeda saat ini. Wajahnya datar, seperti orang lain!
"Mari duduk di ruang tamu," Tilly tersenyum ramah, "Saya sudah menyiapkan teh dan makanan pendampingnya."
Duke dan Duchess sama sekali tidak keberatan untuk pindah ruangan. Mereka berjalan bersama, tapi ada atmosfer suer mencekam yang datang entah dari mana.
Tilly mempercepat langkah berusaha untuk sampai di ruang tamu secepat mungkin.
"Perang dengan kerajaan barat, dilaksanakan dua minggu lagi," Duke membuka suara tepat setelah duduk di kursi tamu, "Kaisar telah mengakui kemampuanmu dalam strategi, kau harus berkontribusi dalam perang ini."
Pria itu terus berbicara dengan rokok yang menyala. Asap itu mengepul di sekitar ruang tamu yang jendelanya tidak terbuka. Tolong, apakah duke tak tahu jika anak kecil begitu sensitif dengan asap rokok?
"Uhm, baik, Ayah." Aiden hanya mengangguk bagai boneka.
Duchess tersenyum, "Kau selalu menjadi anak yang berbakti, nak. Perang dengan kali ini diperkirakan sebagai perang utama dan akhir dari segala permusuhan dua Kekaisaran. Maka dari itu, Aiden, kau harus 'rajin berlatih'."
Eh?
"Aku dengar.. Sikap rajinmu menghilang akhir-akhir ini."
Duchess mengetahui keadaan di kastil?
"Itu terjadi semenjak kau menikah ... Ada apa ini, nak? Apa kau diganggu dengan istrimu?"
Sensasi intimidasi datang bersamaan dengan tajamnya tatapan yang diberikan Duchess kepada Tilly.
"Tidak," Pada akhirnya Aiden menunjukkan emosi di wajah. "Jangan salahkan istriku untuk ini."
"Oh? Sepertinya kau sangat mencintai Istri kecilmu, ya." Duchess menyeringai.
Aiden mengangguk, "Persis seperti yang anda katakan."
Tiba-tiba suasana menjadi canggung, tidak ada yang perlu dibicarakan lagi karena Aiden sudah setuju untuk ikut berperang.
"Ehem," Tilly berdeham. "Saya dan para koki telah membuat resep baru untuk makanan pendamping teh, apakah Duke dan Duchess berminat untuk mencicipinya?"
Duke mengangguk, "Tentu."
"Kalau begitu, saya izin mempersiapkan makanan tersebut sekarang."
"Silakan."
Tilly beranjak dari kursinya. Dalam hati gadis itu mengoceh maaf karena harus meninggalkan Aiden seorang diri. Tenang saja, ini demi sebuah kue yang akan menjadi topik pembicaraan baru!
Menunduk, Tilly izin mengundurkan diri dari pembicaraan.
Jika ini dulu di kehidupan pertama, Tilly tidak peduli debgan kedatangan duke dan duchess. Gadis itu hanya berdiam di kamar, tidak menyambut apa pun dan bersikap tidak ada.
Mengabaikan ingatan kehidupan yang awal, Tilly semakin mempercepat langkahnya menuju Dapur. Gadis itu harus cepat karena Aiden sendirian di ruang tamu, takut-takut duchess akan membunuhnya atau apa.
Namun tiba-tiba, sebuah tangan menarik lengannya menuju sudut kastil yang gelap.
"Hei!" Tilly memberontak marah, siapa yang menganggunya seperti ini?
"Hai, nona kecil."
Suara ini ....
"Akhirnya Duchess memberikan tugas yang sesuai untuk menghukum dirimu!"
Apa? Suara super familar ini ... Noel!
Pria tua itu menyeringai, membuat tubuh kecil Tilly begidik, "Apa yang kau mau?"
"Kau telah mengacaukan rencanaku, walau hanya sekali, tapi sudah membuatku kesal berkali-kali!" mata Noel itu melotot, "Tentu saja aku harus bergerak untuk mengurusmu, kan?"
Apa yang akan pria tua ini lakukan padanya? Di mata Noel, Tilly hanya seorang gadis mungil yang tak tahu kehidupan luar, kan?
Tidak mungkin Noel membunuhnya ....
"Aku akan membunuhmu, di sini, dari suruhan yang mulia Duchess."
Apa?
Pelayan tak tahu malu dan Duchess ini gila!
KAMU SEDANG MEMBACA
[END-TERBIT] Get Married with Monster
FantasyPerjodohan Tilly dan Aiden adalah monokrom, bak air tenang hingga Julian datang. Tiba-tiba membuat Aiden mengusulkan proposal perceraian. Tilly dimabuk amarah, gadis itu yakin penyebabnya adalah Julian. Segala cara Tilly lakukan demi membunuh nyawa...