"Tentang perang nanti saja, bagaimana dengan hasil tabib? Kehamilanmu?"
Tilly menggeleng, "Jawab pertanyaanku. Kau yang memimpin pasukan depan?"
"Ya." Aiden tidak ragu menjawab, seolah tak takut dan yakin kemenangan.
Namun, wajah tanpa ragu itu semakin membuat gundah, Tilly meremas jemarinya sendiri, "Pergilah sekarang."
"Aku kemari untuk melihat hasil—"
"Pergi sekarang, suami. Kau sudah memprovokasi kerajaan barat dengan menggagalkan senjatanya, mereka akan bertindak cepat."
"Kau lebih penting dari pada negara ini, aku tidak peduli."
Tilly meluncurkan tetes air mata pertamanya, ia mendekat dan memukul dada bidang Aiden dengan keras. Aiden sudah mengenakan pakaian baja yang rapat, pukulan itu hanya membuat jemari Tilly memerah.
"Aku akan di sini bersama Putri Yelena, menunggu kau pulang." Suaranya serak, nampak tak kuasa melanjutkan tiap kata terucap.
Hati Aiden ikut mengeras, sakit rasanya, seperti akan segera berpisah selamanya. Lengan berlapis besi itu dengan lembut memegang jemari merah istrinya, dicium lembut, penuh kasih sayang.
"Aku berharap hasil tabib sesuai yang aku pikirkan."
Tilly mengangguk berat, "Segera pulang, bawa kemenangan dan aku akan memberimu berita baik."
"Aku akan pulang untuk kamu, istriku."
***
Aiden menaiki kuda gagah dan berada di garis terdepan, ia membusungkan dadanya seolah tak kenal takut. Semangatnya membara, suaranya lantang, siap membawa kemenangan untuk dibawa pulang.
"MAJU PASUKANKU!" Teriak Aiden dengan menodong pedang tanpa sarung ke udara.
Ribuan ksatria maju dengan kuda ditunggangi, begitu semangat dan suara percikan antar pedang memenuhi pendengaran. Amis darah telah tercium, teriakan tragis juga semakin banyak.
Ini pemandangan yang sangat familiar bagi Aiden. Namun, kali ini dia begitu gugup.
Perang akhir.
Aiden segera berlari ke tengah pertempuran dan bertarung dengan musuh, melindungi gerbang depan.
Ia menemukan George, Kaisar barat, datang dengan kecepatan penuh ke arahnya. Aiden segera menghindar.
George dan Aiden menjauh dari lingkaran pertempuran, mereka saling beradu senjata. Dengan cepat Aiden berhasil menjatuhkan pedang lawannya.
Lelaki itu berharap, George akan memasang wajah cemas. Tetapi yang diharapkannya tidak muncul, Kaisar barat malah memasang senyuman tak wajar.
Wushh!
Tiba-tiba George memberi serangan api yang keluar dari tangannya. Aiden terkejut dan berteleportasi ke arah samping.
Api itu membakar 4 pohon besar sekaligus.
"Bajingan!" Umpat Aiden dengan melotot kesal.
George juga memasang wajah terkejut, "Teleportasi? Kau?" ia mendongak, "Hei! Penyihir kecil?!"
Aiden menyipit waspada, tampak ada suatu firasat tidak enak muncul dari dalam.
Kaisar barat itu menyeringai, "Aku menemukan lawan yang pantas."
Dengan sekilat cahaya tajam yang muncul, begitu juga darah amis terbuang ke mana-mana.
Crasssh!
Di sisi lain, dalam Kastil, Putri Yelena pergi ke sana ke mari dengan kebingungan. Ia sibuk merawat Tilly yang mulai demam.
Para pelayan sudah pergi ke ruang aman bawah tanah, hanya menyisakan Tilly dan Yelena yang menunggu kemenangan di gerbang sana.
Setelah kepergian Aiden untuk memimpin pasukan, Tilly ambruk ke lantai karena pusing melanda. Badannya panas, tubuhnya menggigil tak karuan. Untuk berdiri rasanya tak mampu, bahkan mengucapkan satu kata pun ia mengaku tidak bisa.
"Kau seperti ini karena mencemaskan suamimu, ya? Percaya saja padanya, kakak-kakakku juga pasti akan menjaga Duke."
"Putri ... " Tilly sekuat tenaga mengucap katanya.
Yelena dengan sabar mendekat, "Panggil aku Yelena saja. Ada apa?"
"Perasaanku sangat tidak nyaman, aku tidak tahu kenapa tetapi sungguh membuat mual." Air mata Tilly turun lagi, sudah berkali-kali ia menangis sehingga matanya membengkak merah.
Berinisiatif menenangkan, Putri tersenyum dan membuka mulutnya. Namun tiba-tiba saja ada suara gerbang Kastil terbuka paksa.
Mereka berdua terdiam kaku, siapa yang datang? Musuh? Apakah gerbang depan kalah?
"Tunggu di sini, aku akan melihatnya." ujar Putri Yelena lalu meninggalkan Tilly sendirian dalam kamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END-TERBIT] Get Married with Monster
FantasyPerjodohan Tilly dan Aiden adalah monokrom, bak air tenang hingga Julian datang. Tiba-tiba membuat Aiden mengusulkan proposal perceraian. Tilly dimabuk amarah, gadis itu yakin penyebabnya adalah Julian. Segala cara Tilly lakukan demi membunuh nyawa...