53. Menyerahkan Diri

28K 4.1K 48
                                    

"Eum, tolong ... Tolong lebih kencang."

"Apa? Istri yakin?"

"Ya, tolong gosok rambut bagian kiri lebih kencang, itu masih sangat basah."

Aiden tersenyum, "Baiklah." Ia menggeser handuk di genggamannya sedikit ke kiri, lalu mulai menggosoknya lagi.

"Suami, kau sangat berbakat mengeringkan rambut seseorang." Tilly memejamkan matanya merasa nikmat, pijatan lembut namun terasa dari suaminya begitu juara.

"Bisakah itu disebut bakat?"

"Tidak juga." Tilly tertawa, ia berputar badan dan berhadapan dengan suaminya. "Kita juga harus merancang rencana."

"Rencana ..."

"Iya, kita tidak bisa bersembunyi selamanya. Aku adalah buronan, hidupku tidak akan bisa tenang."

"Benar, kita juga harus membuktikan pelaku yang sebenarnya."

"Itu akan sedikit sulit, sudah hampir dua minggu kita menghilang. Mereka mungkin telah putus asa mencariku, dan jika aku kembali ... Mereka akan menyudutkanku sebagai pelaku bagaimanapun caranya."

Aiden mencium dahi istrinya, "Itu benar, mereka terlalu lelah mencari istri selama dua minggu. Kita harus kembali dengan rencana."

Gadis itu mengangguk, ikut mencium kening suaminya dengan berjinjit tinggi. "Tidak sedih?"

"Sedih?"

"Ayahmu meninggal di tangan pelaku busuk."

"Hemm, sudah dua minggu, baru menanyakan itu sekarang?"

Tilly tertawa, "Terlalu banyak bermesra, istri cantik ini sampai lupa."

"Ayo pikirkan rencana sekarang." Ucap Aiden sembari menggendong istrinya menuju kursi.

"Rencana pertama, serahkan diri ke pengadilan."

***

Julian mengetuk jemarinya di atas meja mewah, menatap tajam beberapa lelaki dengan pakaian serba hitam. "Bagaimana?" Tanya gadis itu.

"Maaf, mohon maafkan. Kami tidak berhasil menemukan jejak Nona Tilly di. manapun."

"Dasar tidak berguna!" Julian melempar cangkir berisi teh panas tepat ke kepala salah satu lelaki berbaju serba hitam.

"Jangan temui aku sampai kalian menangkap Tilly!" Lanjut ia dengan penuh emosi.

"Baik!" Setelah para lelaki serba hitam membalas serempak, mereka menghilang terbang secepat angin.

Kini hanya tersisa Julian yang masih menenangkan emosinya, "Di mana sebenarnya, Tilly? Kau kira bisa kabur dariku? Sialan itu..!"

Menggigit kuku jemari manis, "Aiden juga menghilang. Jangan-jangan mereka pergi berdua? Kalau begitu, bukankah sekarang mereka sedang .... "

"Aakhh!" Julian kini melempar teko berisi teh yang penuh, "Memikirkan itu membuatku kesal!"

"Aiden tidak boleh berlama-lama dengan Tilly, dia harus tetap bersamaku. Jika tidak, ayah akan marah ...!"

"Mengesalkan, di mana gadis biadab itu pergi? Ukh, bagaimana ini, bagaimana?!"

Seorang pelayan datang dari pintu depan dengan wajah ketakutan, menemui Julian di saat marah sama saja mencari mati. Namun pelayan itu memiliki sebuah informasi penting.

"Permisi, Nona ..."

Julian memicingkan matanya, "Beraninya datang di saat seperti ini?"

Pelayan itu nampak masih sangat muda, dia ketakutan. "M-maafkan saya, namun ada informasi penting dari pengadilan, Nona."

"Pengadilan?"

"Itu, N-Nona Tilly, beliau menyerahkan diri ke pengadilan pagi ini."

Julian membuang segala ekspresi kesalnya, "Apa?" Bingung rasanya.

"Info yang diedarkan, akan ada sidang resmi sore ini, sidang dilaksanakan dengan cepat karena ini adalah kasus Tuan Duke."

"Tunggu, kenapa Tilly menyerahkan dirinya tiba-tiba?"

"Mohon maaf, saya pun masih tidak mengerti. Nona juga dimohon datang pada sidang sore ini sebagai saksi di tempat kejadian." Pelayan itu menjawab dengan tenang.

"Apakah Duchess juga diundang?" Tanya Julian.

"Benar, Nona. Duchess diundang sebagai saksi di tempat kejadian."

Julian kembali menggigit kukunya, "Dia pasti punya rencana, apa yang direncakan? Tunggu, apakah Aiden bersama Tilly?"

Pelayan mengangguk, "Benar, namun kondisi Tuan Aiden nampak tidak baik. Beliau masih terlihat sakit-sakitan."

"..... Baiklah, ayo pergi ke sidang sore ini."

Kenapa Tilly menyerahkan dirinya?

Aiden masih sakit? Benarkah?

Apa yang direncakan?

Julian sangat kebingungan, ia harus waspada sekali untuk menjalani hari- harinya.

[END-TERBIT] Get Married with MonsterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang