44. Pembicaraan Penting

29.1K 5K 54
                                    

"Ayo pergi, istriku. Kita akan segera bertemu dengan Julian, dandanannya pasti sudah selesai."

Countess mengangkat alisnya, "Kenapa? Biarkan saja dia datang ke sini bersama Delic, ksatrianya."

"......" Count diam beberapa detik, lalu menatap Aiden. "Duke kecil, saya ingin berbicara dengan anda, jika berkenan ... Mari masuk ke ruang tamu sebentar."

"Ah!" Countess mengangguk dengan wajah ceria, "Saya juga hampir lupa. Saya dan suami memiliki hal penting yang harus dibahas bersama anda, Duke kecil."

Aiden membuang nafas tanpa minat, "Apakah sangat penting?"

"Benar, agaknya sedikit tidak sopan jika penerus Duke satu-satunya menolak. Kita akan berbicara di ruang tamu, hingga tidak ada siapa pun yang menguping."

Menyenggol lengan suaminya, Tilly berbisik pelan. "Ayo ikut saja, tidak ada salahnya, kan? Akan sulit jika kita membuat hati Count kesal."

".... Baik, saya akan ikut bersama istri saya." Aiden menggenggam tangan Tilly.

Countess menurunkan alisnya. "Sayang sekali, Duke kecil. Pembicaraan ini hanya akan saya tujukan kepada anda seorang."

"Tidak ada rahasia di antara istri dan saya. Kami sudah menikah, istri saya tidak akan menganggu pembicaraan."

Di belakang Countess, Count menatap Aiden dengan tajam. "Duke kecil, mohon pahami situasinya. Kami akan membahas masalah politik. Istri anda, seorang anak haram, tidak akan tahu-menahu tentang ini."

Tilly tersentak mendengar hinaan Count secara terang-terangan, hinaan ini adalah hinaan yang sudah lama tak didengarnya.

'Sudah lama aku tak mendengar hinaan ini. Hehe, kenapa di kehidupan pertama aku sakit hati dengan kata-kata tak berbobot ini ya?'

Di sisi lain, Aiden mengerutkan keningnya dalam. "Anda menghina istri saya? Kalau begitu untuk apa saya ikut pembicaraan?"

"Tidak, saya mohon pahami situasinya, Duke kecil."

Memang benar jika gelar duke jauh lebih tinggi dari gelar Count, apalagi menjadi bangsawan tangan kanan kaisar.

Namun ... Entah kenapa Kaisar memberikan bantuan dan dukungan besar pada keluarga Count. Di depan Count, Duke tidak bisa melawan jauh.

'Suami tidak bisa menolak pembicaraan ini.'

"Tidak apa, suami. Ikut saja, saat ini kita tak bisa melawan." Tilly berbisik lagi dengan lirih.

Gadis itu tahu betul posisi keluarga Duke di depan keluarga Count saat ini.

Aiden dengan beraninya mengusir Julian beberapa tahun lalu, karena Count masih belum terlihat berkembang. Dan selama mereka dewasa, keluarga Count telah meninggikan reputasinya.

Dukungan Kaisar, Wilayah yang aman, dan para Ksatria yang kuat, menjadi bukti bahwa Count telah berusaha keras menunjukkan taringnya di dunia politik.

"Baiklah, ayo lakukan dengan cepat." Aiden berbalik menatap istrinya, "Tunggu aku?"

Tilly mengangguk riang, "Tentu saja! Aku akan menunggu di sini."

Pria dengan rambut hitam itu tersenyum manis, "Baik ..."

Menatap kepergian tiga manusia yang menjauh, Tilly berputar arah dan menatap sepotong kue di atas piring. "Suami pergi dari sisiku, rasanya langsung hampa."

"Nona, saya masih di sini." Demian mengangkat tangan kanannya dengan wajah datar.

"Oh? Hahaha, aku melupakanmu!"

Sejak kapan dirinya menjadi seorang yang mengandalkan Aiden? Sejak kapan rasa kasih yang besar ini tumbuh?

"Padahal di kehidupan pertama, aku sangat sering sendirian di tengah-tengah pesta. Sendirian ... Penuh dengan cibiran dan hinaan dari bangsawan lain."

Tilly benar-benar berhasil mengubah takdirnya, kini hinaan secara terang-terangan tidak ada lagi.

"Yahh ... " Gadis itu terkekeh perlahan, "Kecuali Count yang terhormat tadi."

"Count terhormat apa?" Suara gadis kecil yang begitu familiar mengetuk indra pendengaran Tilly.

Ia menoleh, dan hampir menjatuhkan piring di tangannya.

"Kak Cessia?"

[END-TERBIT] Get Married with MonsterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang