Vote-nya jangan lupa!
❝Langkahku tidak berhenti sampai disini, banyak gunung-gunung yang harus aku daki lagi untuk mencapai keberhasilan.❞
•••
Topi toga wisuda terlempar ke atas udara, meninggalkan kebahagiaan yang tercetak asri di bibir masing-masing. Kelulusan adalah hal yang paling mereka tunggu. Mahasiswa yang menepuh pendidikan selama empat tahun. Lalu, dengan rasa senang bercampur haru dan bangga, semuanya berpelukan bersama teman seperjuangan.
"Finally, hidup gue terbebaskan sama dosen ngeselin itu. I'm very happy, Jess!" lega seorang gadis cantik yang mengutarakan rasa gembira pada sahabatnya yang berdiri di hadapannya itu. Kayra namanya, mahasiswa paling heboh––jurusan Sastra Inggris.
Jessica, gadis yang suka dipanggil Jessi itu memutar bola mata malasnya. Sedetiknya baru gadis itu berucap, "Sampai dosen lo denger, gue mampusin. Mentok paling lo nggak jadi lulus."
"Heh, jangan sampai lah!"
Sedikit informasi, dua gadis itu tidak satu jurusan. Jessi di jurusan Seni Rupa, gadis yang memiliki kelebihan pandai melukis. Sebab itulah, jurusan itu paling cocok untuknya, dan diinginkannya sejak SMA. Sementara Kayra dari jurusan Sastra Inggris. Jangan diragukan lagi pada gadis itu yang lihai jika berbicara bahasa Inggris. Jessi yang pintar pun sering tersaingi oleh Kayra dalam mata pelajaran Bahasa Inggris sewaktu SMA.
Dua gadis itu mulai melangkah lurus, setelah pelepasan topi barusan. Mencari keberadaan keluarga mereka untuk berlanjut pada sesi foto-foto, hal seperti ini patut untuk diabadikan. Di lawan arah, ada seorang lelaki tinggi dengan berpakaian jas berwarna abu-abu, dilapisi baju kaos putih, juga rambut yang tertata rapi. Siapapun yang melihat dipastikan tidak akan berpaling pandang. Dua gadis itu berpapasan dengan lelaki tersebut. Sebelumnya, ada lempar senyum yang terjadi. Sebuah kebetulan untuk lelaki itu bertemu lagi dengan gadis bersurai panjang ini––Jessi.
Kayra memperhatikan, dirinya mengulum senyum melihat kejadian beberapa detik itu. Setelah lelaki itu berlalu, barulah Kayra angkat suara. Dengan menyenggol lengan Jessi lebih dulu. "Kak Danis cakep banget dah pakai jas begitu. Andai aja gue nggak punya pacar, udah gue pepet tuh kak Danis."
"Ucapan lo tadi gue rekam, gue kasih tau sama Arial. Biar pacar lo tau, kalau mata lo itu suka jelalatan sama cowok lain." Jessi memang seperti itu, suka sekali memancing emosi Kayra.
"Cepu lo! Ngelirik bentar doang kok. Di hati gue mah hanya ada Arial aja," kata Kayra sembari menepuk pelan dadanya sendiri. Itu pula membuat Jessi bergidik sebentar.
"JESSI!"
Namanya dipanggil, cepatlah si pemilik nama menoleh ke arah sumber suara itu. Sebenarnya ia sudah tahu siapa orang yang buru saja memangilnya. Dari arah kirinya, sekitar dua meter berjarak, Bunda dan Ayahnya berdiri di sana. Melambai tangan seraya tersenyum lebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Promises || ᴋᴛʜ [END]
Romance[FOLLOW DULU SEBELUM BACA] Kata orang, menikah itu sesuatu yang paling ditunggu dan diimpikan pada sepasang kekasih. Sesuatu yang menjadi momen paling berharga nantinya. Tapi mengapa untuk sepasang pengantin baru ini tidak? Tak ada senyum ketulusan...