Vote-nya jangan lupa!
❝Padahal hanya sesuatu yang sederhana, tetapi berefek besar untuk jantungku yang lemah.❞
•••
Fyi, sebenarnya Jessi itu gadis yang cengeng. Apapun yang terjadi dalam hidupnya, selalu ada tangisan yang ikut menyertai. Seperti kemarin, hadiah pemberian Danis rupanya ada titik air mata juga yang keluar. Terharu katanya. Entah dalam rangka kebahagiaan, atau kesedihan, pokoknya kurang kalau tidak ada air matanya itu.
Apalagi tentang perpisahan, sudah jangan dikira-kira lagi air matanya berapa kali berjatuhan. Ini mengenai Ayah dan Bundanya pulang pagi ini tepat pukul sembilan. Di depan apartemen, mobil milik Irvan sudah siap melaju, tetapi sudah sekitaran setengah jam belum juga kelar-kelar peluk erat tak berujung dari Bunda Wenny dan juga Jessi.
Itulah membuat Irvan bersandar di samping mobil, menunggu betul-betul selesai pelukan itu. Jika ditanya apakah Irvan berat meninggalkan Jessi? Tentu saja iya. Namun jika sikapnya sama seperti istrinya ini, sama saja membuat Jessi akan sedih ditinggalkan. Ia tidak ingin air mata putrinya semakin deras mengalir selepas lambaian tangan perpisahan mereka.
"Ingat ya Jessi apa kata Bunda tadi, nggak boleh dilanggar, nanti Bunda marah!" Pelukannya sudah selesai, tetapi Wenny kembali lagi berbicara.
"Iya Bundaaa."
"Iya iya aja kamu! Ingat nggak kata Bunda apa?"
"Nggak boleh begadang, makan harus teratur tiga kali sehari tapi boleh lebih, kalau kurang jangan. Terus jaga kesehatan, mandi dua kali sehari, kata Bunda wajib padahal Jessi tuh malas banget––"
"Tuh kan mau ngelanggar aja!"
"Nggak Bunda, Jessi bercanda doang, hehe."
Irvan yang melihat interaksi dua perempuan penting dalam hidupnya itu terkekeh. Sudah menjadi hal biasa tentang perdebetan kecil dari istri dan putrinya, yang selalu sumber masalahnya tentang kepentingan dari Jessi.
Setelah diyakini putri tunggal mereka baik-baik saja ditinggalkan lagi, keduanya dengan berat hati memasuki mobil. Kaca mobil terbuka lebar, menampilkan wajah kedua orang tuanya yang tersenyum hangat untuknya. Lambaian tangan tanda perpisahan mereka, lagi.
"HATI-HATI BUNDA, AYAH! JESSI SAYANG KALIAN!"
Mobil hitam itu sudah mulai hilang dari pandangan Jessi. Ia menunduk sesaat, hanya menumpahkan sedikit kesedihannya. Tidak bisa dikatakan baik-baik saja jika berpisah dengan orang tua. Ini berat sebenarnya, tetapi Jessi mengingat kembali cita-cita yang harus ia gapai.
"Aduh Jessi, cengeng banget sih!"
***
Langkah besar milik seseorang baru saja keluar dari kantor. Beberapa orang yang berpapasan dengannya lantas menunduk hormat. Bukan tanpa alasan, lelaki berperawakan tinggi, dengan outfit jas yang apik ditubuhnya itu adalah seorang anak dari pemilik perusahaan besar ini. Dia adalah Danis. Lelaki yang sering menjadi bahan perbincangan hangat oleh karyawan-karyawan perempuan di perusahaan Papanya ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Promises || ᴋᴛʜ [END]
Romance[FOLLOW DULU SEBELUM BACA] Kata orang, menikah itu sesuatu yang paling ditunggu dan diimpikan pada sepasang kekasih. Sesuatu yang menjadi momen paling berharga nantinya. Tapi mengapa untuk sepasang pengantin baru ini tidak? Tak ada senyum ketulusan...