Vote-nya jangan lupa!
❝Atas dasar apa aku berani menyukaimu saat kau adalah senja dan aku hanyalah penikmatnya.❞
•••
Bunyi alarm di atas nakas mengusik tidur Vano yang saat ini masih meringkuk nyaman di balik selimut tebalnya. Rasanya berat sekali untuk sekedar membuka mata, namun bunyi alarm juga sudah terlanjur mengganggu tidurnya, dengan terpaksa akhirnya lelaki itu bangkit duduk, lalu tangannya meraih alarm untuk ia matikan, sambil melihat jarum jam yang sudah menunjukkan pukul tujuh pagi.
Dengan wajah khas bangun tidur, Vano berjalan keluar dari kamar. Sepasang matanya menyipit menyesuaikan cahaya yang terbilang lebih terang dibanding kamarnya yang sengaja dimatikan lampu itu. Satu tangannya juga spontan mengacak asal rambutnya yang sudah tidak tertata rapi itu.
"Akhirnya bangun juga kamu."
Suara itu membuat Vano sedikit tersentak, lalu menoleh ke samping kanan, dimana ada Jessi yang berjalan menghampirinya––dengan berpakaian celana training dan jaket abu-abu. Vano sempat mengerutkan kening melihatnya, belum sempat pula ia bersuara, dari Jessi sudah lebih dulu berkata. "Kamu udah aku bangunin dari tadi, aku ketok-ketok pintu kamar kamu, tapi kamunya nggak bangun-bangun. Hari ini emangnya kamu nggak ke kantor?"
Sambil menggaruk rambutnya, Vano menggeleng pelan. "Enggak, ini hari Minggu, gue mau istirahat dulu." Setelah menjawab pertanyaan Jessi itu, Vano balik melempar pertanyaan juga. "Btw, lo mau kemana?"
"Aku mau joging. Katanya joging bagus buat Ibu hamil," jawab Jessi dengan semangat.
Ketika Jessi sudah ingin berpamitan untuk joging pagi ini, Vano sontak berucap, "Tunggu! Gue mau ikut."
"Bukannya kamu mau istirahat?" tanya Jessi.
Lantaran pertanyaan itu juga, Vano tanpa banyak berpikir lekas menjawab, "Gue udah lama nggak joging. Daripada rebahan aja, mending gue ikut sama lo."
Bukan hal buruk juga jika Vano ikut dengannya, membuat Jessi langsung mengangguk setuju. "Yaudah cepetan kamu siap-siap, aku tunggu di ruang tamu."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Promises || ᴋᴛʜ [END]
عاطفية[FOLLOW DULU SEBELUM BACA] Kata orang, menikah itu sesuatu yang paling ditunggu dan diimpikan pada sepasang kekasih. Sesuatu yang menjadi momen paling berharga nantinya. Tapi mengapa untuk sepasang pengantin baru ini tidak? Tak ada senyum ketulusan...