Vote-nya jangan lupa!
❝Pergi artinya hilang, menyerah artinya kalah. Lantas, apakah mundur artinya berakhir?❞
•••
"Awhh!! Sakit, Jess..., pelan-pelan dong kompresinya," pekik Vano dikala Jessi kembali mengompres pipinya yang memar akibat tonjokan Bima malam itu.
"Ini aku udah pelan-pelan, Vano! Kamunya diam aja, jangan banyak gerak kenapa sih! Lagian juga, udah tau mau ditonjok sama Bima, malah nggak menghindar, kan jadi gini," omel Jessi, sambil kembali mengompres pelan pipi kanan Vano meski sesekali lelaki itu meringis kesakitan.
Kronologi kenapa jadi bisa memar di pipi Vano itu sudah diceritakan oleh lelaki itu. Dimana malam kemarin Vano yang memang menyerahkan diri kepada Bima yang sudah diselimuti amarahnya. Jessi yang mendengar sempat terkekeh pelan, apalagi ditambah alasan Vano yang ingin ditonjok Bima karena begitu merasa bersalah terhadap dirinya.
"Ya, kalau gue menghindar, mending gue gak usah samperin Bima malam itu. Lagian juga ini memar biasa aja, hal kecil padahal––AWW!! Jess, kok lo teken pipi gue?!" ucapan Vano sontak terpotong ketika Jessi yang sepertinya begitu sengaja menekan memar di pipi kanannya.
"Maaf, nggak sengaja," ujar Jessi seraya menyelipkan senyum jahilnya.
Fyi, hubungan mereka sudah mulai membaik setelah Vano benar-benar tulus meminta maaf dengan Jessi. Ditambah lagi dengan peluk menenangkan yang diberikan Vano untuk Jessi, jujur saja Jessi sempat speechless atas perlakuan Vano itu. Berkat itu juga, keduanya lebih dekat jika dibandingkan hari-hari sebelumnya. Bahkan sekarang saja dengan inisiatif Jessi sendiri yang berbaik hati mau mengompres memar di pipi Vano.
"Udah. Mending kamu tidur aja sana," titah Jessi usai perempuan itu mengompres pipi Vano, lalu kemudian bangkit berdiri yang membuat Vano angkat pandang memperhatikan. "Aku mau ke supermarket dulu, ya? Belanja bahan makanan, udah pada habis."
Sebelum menjawabnya, Vano ikutan berdiri yang membuat Jessi mengangkat alis, bertanya-tanya. "Gue anterin."
"Eh gak usah, kamu kan katanya mau istirahat. Udah, kamu manfaatin waktu luang kamu nggak ke kantor ini untuk beristirahat aja," tolak Jessi.
"Kalau gue biarin lo berangkat sendirian, lo kenapa-napa nanti gue juga yang repot. Gue juga nggak bakal tenang tidur di rumah, sementara bumil ceroboh kaya lo keluar sendirian," balas Vano, dengan sedikit mengatai Jessi.
"Terserah kamu ajalah. Aku bilang enggak pun kamu juga tetap maksa mau ikut," pasrah Jessi. Semenjak tinggal bersama Vano, Jessi jadi tahu sifat lelaki itu yang sangat keras kepala.
"Tapi aku mau ganti baju sebentar," kata Jessi yang dihadiahi anggukan singkat dari Vano. Hingga lekas perempuan itu berjalan menuju kamarnya untuk berganti pakai. Sementara Vano berjalan keluar rumah, untuk menunggu Jessi di dalam mobilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Promises || ᴋᴛʜ [END]
Romance[FOLLOW DULU SEBELUM BACA] Kata orang, menikah itu sesuatu yang paling ditunggu dan diimpikan pada sepasang kekasih. Sesuatu yang menjadi momen paling berharga nantinya. Tapi mengapa untuk sepasang pengantin baru ini tidak? Tak ada senyum ketulusan...