Tiga puluh

4.5K 334 519
                                    

Vote-nya jangan lupa!

❝Kisah ini tentang kamu dan dia yang tidak direstui semesta

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

❝Kisah ini tentang kamu dan dia yang tidak direstui semesta. Kemudian tentang aku dan kamu yang disatukan semesta dengan cara dipaksa.❞

•••

Gelap malam perlahan mulai berganti, sang mentari malu-malu kembali menunjukkan jati diri. Embun di pagi hari bertumpuk di dedaunan hijau. Kicaun burung mulai terdengar, menyorak gembira di penjuru atas. Di salah satu rumah yang terbilang besar, alat-alat dapur terdengar samar-samar. Aroma masakan menyeruak, menimbulkan senyum simpul dari wanita yang sudah berkutat di dapur beberapa menit yang lalu.

Dari ambang pintu seseorang berjalan mendekat. Dia tidak lain adalah Vano––yang saat ini mengenakan jas rapi di tubuhnya. Ini hari pertama Vano menjadi CEO di perusahaan Papanya. Rasanya begitu gugup. Bahkan Vano saja sampai sepuluh kali mengganti jas hanya karena tidak cocok baginya.

Atas aroma parfum menyengat milik Vano itu, Jessi sontak menoleh ke belakang, mendapati sosok Vano yang ternyata sudah ada di belakangnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Atas aroma parfum menyengat milik Vano itu, Jessi sontak menoleh ke belakang, mendapati sosok Vano yang ternyata sudah ada di belakangnya. Wanita itu tersenyum canggung sembarinya melihat penampilan rapi Vano saat ini. "Aku buatin ayam masak kecap, kita sarapan dulu ya? Kamu nggak akan terlambat kan ke kantornya?"

Setelah mengatakan itu, Jessi bergegas membawa masakannya ke meja makan. Mengambil piring untuk ia letakkan nasi dengan porsi sedang, sementara Vano yang melihat Jessi yang begitu telaten menyiapkan sarapan pagi ini terdiam sebentar. Jujur bagi Vano sebenarnya Jessi istri idaman. Pagi-pagi sekali wanita itu sudah berada di dapur, bahkan tidak memperdulikan penampilannya yang cukup berantakan.

Jessi betul-betul berperan baik menjadi istri untuknya, bahkan setelah tahu jika dirinya pun akan berniat meninggalkan wanita itu setelah sembilan bulan. Ayolah Jessi, Vano merasa tidak enak jika seperti ini. Vano juga takut, kata mustahil bahwa mencintai wanita itu justru sebaliknya.

"Vano, ayo duduk sini. Sarapannya udah siap," titah Jessi membuat Vano tersentak dari lamunannya.

Vano mengangguk saja, lalu berjalan ke arah kursi makan. Duduk di sana, tangan kanannya lekas mengambil sendok untuk menyantap masakan yang dibuat Jessi ini. Sudah beberapa hari tinggal bersama Jessi, Vano jadi mengenal masakan Jessi yang terbilang enak, persis seperti masakan yang dibuat Mamanya di rumah.

I'm Promises || ᴋᴛʜ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang