Vote-nya jangan lupa!
Dinginnya air pantai menyadarkan Jessi dari lamunannya. Sempat ia tenggelam dari berbagai cerita lama yang sudah ia tutup––menjadi kenangan tersendiri untuknya di masa kini ataupun mendatang. Secarik senyuman terbit, dikala sang mentari malu-malu tenggelam dipermukaan laut pantai.
Seperti biasa, senja datang menyapa langit, meski nanti akan pergi lagi meninggalkan langit tanpa rasa bersalah. Namun senja tidak ingkar janji, tetap datang lagi untuk menemani langit walau sebentar––itu sudah cukup mewarnai langit jingganya. Dari sana Jessi belajar, langit yang setia menunggu senja, akan tetap mendapat jatah bahagia tersendiri. Sama sepertinya, sudah berkali-kali diberi lika-liku kehidupan oleh Tuhan, tetap Tuhan juga yang memberi bahagia untuknya.
Tiba-tiba sepasang kaki berhenti di samping tempatnya, lalu ikut duduk, dimana saat ini Jessi tengah duduk di atas pasir pantai. Perempuan itu menoleh, melihat sang suami saat ini tersenyum ke arahnya. "Cantik Jess..."
Sebelah alis Jessi terangkat, sebab bingung kata cantik yang Vano ucapkan. "Maksud kamu senja cantik?"
Vano beralih pandang pada mentari yang sudah setengah tenggelam di sana. Bertepatan dengan itu, bibirnya kembali bergerak untuk melontarkan kembali kata-kata. "Iya, senja cantik, langit beruntung di temani senja setiap sorenya. Tapi sayang, langit tetap kalah dari ribuan keberuntungan itu."
"Kenapa?"
"Karena langit cuman menikmatinya sesaat. Langit juga kalah sama aku."
"Kok bisa?"
"Langit punya senja yang hanya menemaninya setiap sore, sedangkan aku punya kamu, yang menemani aku setiap hari, setiap saat, sampai tua nanti. Dan satu lagi, senja kalah sama kamu. Senja memang cantik dan nyaman dipandang banyak orang, tapi kamu definisi level tertinggi dari kata sempurna."
"Manusia nggak ada yang sempurna Vano..."
"Aku tahu. Tapi bagi aku, kamu sempurna. Ciptaan Tuhan yang paling berharga yang harus aku jaga."
Vano selalu tahu titik kelemahan Jessi. Setiap penuturan lelaki itu akan selalu menimbulkan rona kemerahan di pipinya, juga ribuan kupu-kupu yang beterbangan dalam dirinya. Itu bukan sebuah gombalan, bagi Jessi apa yang dikatakan Vano untuknya sebuah kata cinta yang disembunyikan dari dalam bait kata-katanya.
Semakin menuju malam, angin semakin berhembus kencang menyejukkan pantai ini––membuat helaian rambut Jessi semakin beterbangan kesana-kemari. Sialnya, itu justru membuat Jessi terlihat semakin cantik di mata Vano.
"Cantik Jess. Kali ini kata cantiknya khusus buat kamu, bukan buat senja, ataupun yang lain."
Padahal sudah melewati tahun ke tahun hidup bersama Vano, tapi tetap saja untuk mengontrol detak jantungnya setiap Vano memujinya, Jessi tidak bisa. Menyembunyikan rasa salah tingkah itu, Jessi menoleh ke belakang––mendapati sang dua anak yang asyik membuat istana pasir.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Promises || ᴋᴛʜ [END]
Romance[FOLLOW DULU SEBELUM BACA] Kata orang, menikah itu sesuatu yang paling ditunggu dan diimpikan pada sepasang kekasih. Sesuatu yang menjadi momen paling berharga nantinya. Tapi mengapa untuk sepasang pengantin baru ini tidak? Tak ada senyum ketulusan...