Tiga puluh satu

3.9K 335 490
                                    

Vote-nya jangan lupa!

❝Tuhan tahu untuk siapa cinta mu tertuju, tapi Tuhan jauh lebih tahu siapa yang terbaik untukmu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

❝Tuhan tahu untuk siapa cinta mu tertuju, tapi Tuhan jauh lebih tahu siapa yang terbaik untukmu.❞

•••

Sepasang sepatu mengkilap bergerak tak karuan di atas lantai putih dengan rasa kegugupan yang mendominasi. Seorang lelaki gagah tengah duduk di sofa ruang tamu––di dalam rumah keluarga Mahesa. Ia menautkan jemarinya, seraya kepalanya menunduk menunggu si pemilik rumah ini datang menemuinya––Pak Fandi tentunya.

Hingga derap langkah seseorang menarik atensinya. Lelaki itu angkat pandang, ada senyum sapa darinya kepada Fandi sekarang. Pria itu segera duduk, mengangkat alis seolah bertanya tanpa berkata pada tamunya sekarang.

"Maaf Pak mengganggu waktu istirahatnya. Saya ke sini hanya ingin berbicara sebentar dengan Pak Fandi, mengenai kantor."

"Kalau mengenai kantor kamu bisa bicara langsung dengan Vano. Bukan kah kamu sudah tahu bahwa Vano sekarang sudah menjadi pemimpin di perusahaan saya?"

Lelaki itu, Dimas––sekretaris pribadi Fandi dengan sopan kembali bersuara, "Bukan begitu Pak. Saya ingin bertanya, apa masa jabatan saya sebagai sekretaris di perusahaan Bapak sudah berakhir? Sebab, kemarin Pak Vano membawa seorang perempuan yang katanya sekretaris pribadinya. Tapi, bukannya Pak Fandi bilang kalau saya akan tetap menjadi sekretaris di perusahaan Bapak, meskipun Pak Vano sekarang yang menjadi CEO-nya."

Cukup terkejut Fandi mendengarnya, pria itu juga dengan cepat menyahut. "Saya tidak diberitahu Vano sebelumnya jika posisi kamu akan digantikan oleh orang lain. Siapa perempuan itu?"

"Namanya Anandita Junaira. Bapak mengenalnya?"

Untuk kedua kalinya Fandi kembali dikejutkan. Tentu saja nama perempuan itu tidak asing di telinganya. "Dita?"

Dimas sedikit bingung melihat mimik wajah Fandi yang terbilang syok setelah dirinya memberitahu nama perempuan itu. Ditambah lagi melihat Fandi yang bergegas mengambil ponsel, dan menelepon seseorang. Keheningan beberapa saat, hingga setelahnya Fandi bangkit berdiri dengan memasukkan kembali ponsel pria itu ke kantong celana.

"Kamu tenang saja, saya tidak memecatmu di perusahaan saya," ujar Fandi yang sudah berdiri. Membuat Dimas juga ikutan berdiri dengan senyum sumringah mendengar bahwa dirinya tidak di pecat dari perusahaan itu.

"Apa posisi saya masih tetap sama, atau akan tetap digantikan oleh perempuan itu?"

"Tentang itu, akan saya kabarin kamu nanti. Saya mau keluar, ada urusan."

Tanpa mendengar jawaban Dimas lagi, Fandi berlalu meninggalkan ruang tamu untuk keluar dari rumahnya. Tentu tujuannya sekarang akan ke kantor. Menemui Vano, sekaligus memastikan apa benar Dita sekarang menjadi sekretaris pribadi Vano.

I'm Promises || ᴋᴛʜ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang