Dua puluh sembilan

3.5K 302 261
                                    

Vote-nya jangan lupa!

Vote-nya jangan lupa!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

❝Jangan ikuti aku. Jangan pura-pura bahagia. Itu keahlian ku, bukan keahlian mu.❞

•••

Entah kebetulan atau bagaimana, setelah Jessi pulang dari kantor usai acara peresmian Vano sebagai CEO di perusahaan Papanya, hanya hitungan beberapa menit, Kayra datang berkunjung ke rumah barunya ini. Sebelumnya Kayra memang sudah diberitahu Jessi dimana alamat rumah barunya ini, maka itulah Kayra datang tanpa memberitahu, sebagai tanda kejutan. Di ruang tengah suara dua perempuan itu terdengar nyaring saling bersahutan. Entah apa yang dibicarakan, namun nampaknya begitu menarik untuk mereka yang memang sefrekuensi.

"Keponakan gue sehat-sehat aja, kan? Udah jalan berapa sih lo?" tanya Kayra, setelah topik sebelumnya telah usai mereka bicarakan. Tangan kanan gadis itu mengambil segelas es jeruk yang sebelumnya Jessi buat untuknya. Menyeruputnya, sambil menunggu jawaban dari Jessi.

"Sehat kok. Kalau usia kandungan gue belum genap satu bulan," jawab Jessi.

"Lo ada check up belum?" tanya Kayra lagi, yang justru dihadiahi gelengan pelan dari Jessi.

Cukup terkejut Kayra mengetahuinya. Lekas gadis itu berkata, "Kok belum? Lo harus check up Jess, meski kandungan lo belum satu bulan. Periksa kandungan itu wajib hukumnya!"

"Belakangan ini gue cukup sibuk, nggak ada waktu buat check up ke dokter," jawab Jessi jujur. Memang seperti itu keadaannya. Setelah mengetahui dirinya hamil, tak lama ia ditinggal pergi oleh Danis. Lalu beberapa harinya menikah dengan Vano. Coba pikirkan, adakah terselip waktu luang untuknya ke rumah sakit memeriksa kandungannya?

Maafin Bunda ya sayang, Bunda akhir-akhir ini memang belum ada waktu.

Jessi mengusap perut ratanya dengan tatapan sendu. Ia jadi merasa bersalah dengan anaknya. Kedepannya Jessi akan mengharuskan dirinya memprioritaskan anaknya dibanding hal-hal lainnya.

Untuk hal ini sebenarnya tidak terlalu fatal, maka itulah Kayra tidak terlalu marah besar pada Jessi terhadap keponakannya yang belum diperiksa itu. Menyandarkan punggungnya, Kayra kembali bersuara. "Si Vano nggak ada inisiatif kah buat ngajak lo ke rumah sakit untuk cek kandungan lo?"

"Dia jauh lebih sibuk dari gue, Kay. Sekarang juga udah ngurus perusahaan Papanya. Gue nggak mau terlalu membebani dia."

"Ya tetap aja, lo kan istrinya, jadi apapun keperluan lo menjadi tanggung jawab dia, apalagi tentang kehamilan lo."

Jessi tahu itu. Tapi sayangnya, prioritas Vano bukan tentang dirinya, tetapi tentang cintanya––Dita. Bahkan terbukti sekarang, Vano lebih memilih menemui Dita dibanding istirahat di rumah. Jessi tahu diri, maka mulai sekarang ia akan berusaha melakukan hal pribadi sendiri. Seperti check up, mungkin tidak perlu lelaki itu yang menemani.

I'm Promises || ᴋᴛʜ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang