Vote-nya jangan lupa!
❝Kalau saja aku tahu akhirnya bakal sesakit ini, lebih baik dari awal kita tidak perlu bertemu.❞
•••
"Jadi, lo kenapa?"
Entah sudah keberapa kalinya, tisu Jessi lempar dengan sembarang arah di dalam kamarnya. Gadis itu menghela napas pelan, kemudian mencoba menetralisikan keadaannya sekarang. Ia beralih pandang menatap Kayra yang sudah menunggu jawabannya.
Sebenarnya cukup memakan waktu lima belas menit akhirnya Kayra bisa memberanikan diri bertanya perihal keadaan Jessi sekarang. Lalu dengan rasa penasarannya, Kayra mendengarkan serius sahabatnya itu siap menjawabnya.
"Gue habis nonton drakor, Kay. Dramanya sad ending, makanya gue nangis. Liat deh." Tangan Jessi meraih laptop yang memang tak jauh dari tempatnya sekarang. Lalu memperlihatkan drama Korea yang sedang ia tonton saat ini.
Bukan tanpa alasan lagi jika sekarang Kayra tercengang mendengar jawaban Jessi itu. Tangannya mulai terangkat, lalu mendarat tepat di lengan kanan Jessi cukup kencang. Rasanya ia menyesal sempat kasihan pada keadaan Jessi tadi.
"Kurang ajar lo, ya! Gue pikir lagi kenapa-napa! Cuman drama doang lagi, alay banget lo!"
Tidak ada respon lagi dari Jessi, gadis itu tengah mengusap lengan kanan habis tamparan Kayra barusan. Ada senyum tipis sehelai benang yang ia tunjukkan melihat Kayra masih mengomelinya. Memang seperti ini tujuannya, tidak perlu Kayra tahu yang sebenarnya. Waktunya belum tepat, bahkan Jessi pula belum siap menceritakan yang sejujurnya.
Untuk malam itu, Jessi mencoba melupakannya. Tolong, bantu Jessi untuk tidak mengungkit kenangan buruk itu lagi.
"Terus kenapa lo tinggalin gue di party kemarin? Gak diangkat lagi telepon gue. Gue nyariin lo tau!"
"Soal itu maaf, ya. Kemarin itu gue udah pusing banget Kay, gak suka tempat kaya gitu. Makanya gue pulang duluan, hehe."
"Dasar! Tau gitu kan kita bisa pu––"
"Udah! Gak usah bahas itu lagi, Kay. Udah berlalu juga. Gimana kalau kita makan-makan aja? Di dapur gue udah banyak stok mie. Gas buat?"
"Cih! Tau banget lo kalau gue bakal luluh masalah mie. Huh, yaudah gas cepat!"
***
Setelah berjam-jam berada di unit apartemen Jessi, akhirnya Kayra memutuskan untuk pulang. Dapur yang semula berisikan begitu banyak makanan kini habis tak tersisa. Kayra––gadis itu nampak kekenyangan sampai-sampai untuk berjalan keluar saja tertatih-tatih.
"Ini perut gue buncit banget gak sih, Jess?"
Jessi mengangguk di samping Kayra, mereka sudah berdiri tepat di depan pintu utama. Sebelum membuka pintunya, Jessi menyempatkan diri untuk berbicara lagi pada sahabatnya itu. "Lumayan kelihatan kaya bumil."
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Promises || ᴋᴛʜ [END]
Romance[FOLLOW DULU SEBELUM BACA] Kata orang, menikah itu sesuatu yang paling ditunggu dan diimpikan pada sepasang kekasih. Sesuatu yang menjadi momen paling berharga nantinya. Tapi mengapa untuk sepasang pengantin baru ini tidak? Tak ada senyum ketulusan...