Tiga belas

3.9K 292 436
                                    

Vote-nya jangan lupa!

❝Terkadang kebenaran memang semenyakitkan ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

❝Terkadang kebenaran memang semenyakitkan ini.❞

•••

Jessi
Aku besok sama Kayra, jadi kak Danis gak perlu jemput aku. Kita ketemuan aja nanti setelah di Bandung
21.36

Anda
Iya Jess
21.37

Hari ini

Anda
Jess, kita ketemuan dimana? Aku bentar lagi sampai di Bandung
10.00

Setelah mengirim pesan itu, Danis menghembus napas berat. Ia merasa ada tembok pembatas antara dirinya dan Jessi. Entah bagaimana kedepannya pula setelah meluruskan masalah besar ini. Dari keluarga Jessi, bagaimana tanggapan mereka? Mengetahui anak tunggalnya hamil diluar nikah karena dirinya, rasanya ingin Danis memukuli habis-habisan dirinya sendiri, jika itu bisa mengubah keadaaan sekarang.

Lewat kaca spion dalam mobil, Fandi melihat putra sulungnya terdiam menatap kosong jalan raya dari jendela sampingnya. Semula Fandi juga ikut kecewa atas kejadian ini. Tapi Fandi percaya, Danis tidak mungkin melakukan hal keji itu atas keinginan dia sendiri. Penjelasan Danis kemarin malam menangkis segumpal rasa kecewa itu darinya. Berbanding terbalik pada istrinya yang sampai sekarang masih enggan untuk berbicara pada Danis.

Sekarang tugasnya sebagai kepala keluarga menuntun anaknya untuk belajar bertanggung jawab atas kesalahan yang diperbuat Danis. Dan ia juga tidak perduli bagaimana nanti tanggapan keluarga besarnya jika tahu masalah besar ini. Kemungkinan anak sulung yang paling ia banggakan ini akan dipandang rendah pada saudara-saudaranya nanti.

"Jessi sudah mengirim alamat rumah orang tuanya?"

Pertanyaan itu sontak memecahkan keheningan di dalam mobil ini. Danis sedikit tersentak, cepat ia menoleh pada sang Papa. "Jessi belum balas chat aku, Pa."

"Apa orang tua dari gadis itu sudah tahu kita akan ke rumahnya?" tanya Sekar. Nada suaranya terdengar berbeda, seakan emosi yang terpaksa ditahan meski sudah meluap-luap ingin dikeluarkan.

"Aku gak tau, Ma. Jessi gak bilang apa-apa ke aku," jawab Danis pelan. Sejujurnya, ia malu harus menyeret kedua orang tuanya dalam masalah ini. Apalagi jika sudah mengecewakan Mamanya seperti sekarang. Bahkan Danis sudah tidak berani menganggap dirinya anak dari keluarga Mahesa.

Sekar sempat melirik Danis sebentar, sebelum akhirnya ia kembali lagi bersuara. "Kamu tahu Danis, Mama tuh malu harus datang ke rumah gadis itu. Dan Mama juga pusing memikirkan kata-kata apa yang harus Mama utarakan pada kedua orang tua gadis itu. Bahkan untuk meminta maaf atas kesalahan kamu itu nanti kepada mereka, Mama ragu! Takut-takut mereka gak mau memaafkan kamu!"

I'm Promises || ᴋᴛʜ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang