Vote-nya jangan lupa!
❝Mencintaimu seperti air laut, pasang surut akan selalu ada. Tapi apa kamu tau? Air laut tidak pernah berubah rasa.❞
•••
Sekarang sudah H-3 menuju resepsi pernikahan Jessi dan Vano. Semua persiapan pernikahan berjalan sempurna, hanya menunggu hari pernikahannya saja yang akan digelar di gedung mewah yang berada di Ibu kota ini. Dan menunggu tiga hari kedepannya itu bagi Jessi terbilang sangat cepat. Sebab ia masih ditelan rasa ketidakpercayaan akan hidup bersama dengan seorang lelaki si pemilik mata tajam, yang bahkan ia tidak pernah akrab sebelumnya.
Di kamar Jessi termenung memikirkan itu semua, bersama Kayra yang memang dari kemarin sudah menginap di apartemennya. Alasannya, karena ingin turut membantu persiapan pernikahan sahabatnya ini. Di atas kasur dua gadis itu duduk berhadapan, jarak kosong di antara mereka tersusun beberapa undangan yang tersisa, juga undangan sebelumnya yang tertera nama Daniswa Putra Mahesa.
"Undangan pernikahan yang ada nama Danisnya ini gue buang aja, ya? Nggak ada untungnya juga lo simpan terus semua undangan ini. Yang ada malah memenuhin isi kamar lo aja."
Jessi sedikit tersentak mendengarnya. Sontak ia langsung mengambil satu undangan pernikahan yang tertulis namanya dan Danis itu dari tangan Kayra. "Jangan. Sayang dibuang, Kay."
Kayra sempat tercengang mendengarnya. "Stop! Move on, Jess! Dengan lo menyimpan semua undangan ini, sama aja lo membiarkan luka lama itu nggak sembuh-sembuh. Pliss, fokus sama pernikahan lo sekarang."
Pertahanan Jessi runtuh detik itu juga. Air matanya mengalir tanpa bisa dicegah. "Nyatanya hati gue masih ingin undangan ini yang dibagikan, bukan undangan yang tertera nama Vanonya, Kay!"
Kayra sedikit maju mendekati Jessi. Ia daratkan kedua tangannya di pundak sahabatnya. Tatapan serius darinya membuat Jessi terdiam sejenak. "Coba yakinkan hati lo, lo mau lanjut sama pernikahan ini atau enggak."
"Gue bingung, Kay. Tapi gue masih ingat perkataan kak Danis di mimpi gue, kalau kak Danis mempercayai Vano menjaga gue dan anaknya. Dia meyakinkan gue kalau semua akan baik-baik aja jika gue bersama Vano nanti."
Perlahan, kedua tangan yang memegang pundak Jessi itu terlepas. Kayra mendengar baik penuturan Jessi barusan, ia paham atas kebingungan sahabatnya ini. "Awalnya gue ragu pas tau kalau Vano mau menikahi lo, karena gue tahu, Vano punya Dita, mereka pacaran juga sudah lama. Tapi saat gue denger dari cerita lo kalau Vano ke sini bersama orang tuanya untuk serius menikahi lo, gue sedikit percaya kalau dia nggak main-main atas permintaan terakhir kakaknya itu."
"Soal Dita, lo jangan pikirin. Kalau Vano emang udah serius mau mengabulkan permintaan terakhir Danis, artinya dia udah memilih, antara lo sama Dita. Dan pilihannya adalah lo, dia mau menikah sama lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Promises || ᴋᴛʜ [END]
Romans[FOLLOW DULU SEBELUM BACA] Kata orang, menikah itu sesuatu yang paling ditunggu dan diimpikan pada sepasang kekasih. Sesuatu yang menjadi momen paling berharga nantinya. Tapi mengapa untuk sepasang pengantin baru ini tidak? Tak ada senyum ketulusan...