Part ini cukup panjang, jadi pelan-pelan aja bacanya. Di part ini juga akar masalah dikupas habis!!
Vote-nya jangan lupa!
❝Semua perjalanan hidup adalah sinema. Bahkan lebih mengerikan. Darah adalah darah, dan tangis adalah tangis. Tak ada pemeran pengganti yang akan menanggung sakitnya.❞
•••
Waktu terus bergulir ke depan, tak terasa kini sudah genap dua Minggu tanpa ada kehadiran Jessi di rumah besar Vano. Sepi, sunyi, dan hampa menjadi satu dominan untuk mendeskripsikan tempat tinggal lelaki itu sekarang, juga perasaannya. Rasanya berbeda tanpa kehadiran perempuan itu––si paling ceria yang selalu bisa mengusir kesunyian. Vano merindukannya. Banyak cara yang dilakukannya untuk bisa bertemu Jessi lagi, namun sayangnya selalu percuma. Jessi masih enggan bertemunya untuk sekarang.
Beruntungnya lelaki itu tidak hanyut dalam kekacauannya, ia masih bisa beraktivitas seperti sebelumnya, meski terasa begitu berat. Kewajiban yang harus ia lakukan adalah mengatur perusahaan Papanya. Akhir-akhir ini, Vano sering disibukkan dengan banyaknya tugas di kantor. Namun dari segenap kesibukan itu, nama Jessi tetap selalu berputar dibenaknya. Terus mencari cara bagaimana bisa mendapatkan maaf dari perempuan itu.
Setelah mengancing jasnya dengan rapi, Vano baru melangkah kaki keluar dari kamarnya. Hari ini ia ada meeting dengan klien penting, sebelum jam delapan ia harus sampai di kantor, hingga membuatnya sedikit tergegas. Ketika langkah kaki itu berada di depan pintu kamar Jessi di lantai dua, Vano berhenti sejenak. Tangannya mendarat untuk memutar kenop pintu, seperti sebelum-sebelumnya, lelaki itu memandang sebentar kamar bernuansa putih bersih itu, sembari dalam hatinya berharap suatu saat Jessi kembali ke sini lagi.
"Jess, ayo pulang..."
Terhitung beberapa detik, baru Vano menutup kembali pintu kamar Jessi. Lanjut ia melangkah keluar rumah. Tidak ada acara sarapan pagi. Kepergian Jessi membuat kebiasaan Vano sebelumnya menghilang. Vano merasa tidak sanggup makan sendiri di meja makan itu, bayangan Jessi membuatnya tergulir untuk berlarut bersedih, pun ia tidak terlalu pandai dalam hal memasak. Maka pilihan yang tepat adalah makan diluar untuk mengisi perutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Promises || ᴋᴛʜ [END]
Romance[FOLLOW DULU SEBELUM BACA] Kata orang, menikah itu sesuatu yang paling ditunggu dan diimpikan pada sepasang kekasih. Sesuatu yang menjadi momen paling berharga nantinya. Tapi mengapa untuk sepasang pengantin baru ini tidak? Tak ada senyum ketulusan...