Sebelas

4.1K 293 430
                                    

Vote-nya jangan lupa!

❝Aku tahu kesalahanku, tapi menganggap ku sesempurna itu, justru mereka yang salah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

❝Aku tahu kesalahanku, tapi menganggap ku sesempurna itu, justru mereka yang salah.❞

•••

Di ruang tamu keluarga Mahesa berkumpul, itu dikarenakan Danis yang meminta. Dua putra Mahesa duduk bersampingan di sofa yang berpisah dengan Fandi. Pria yang menyandang sebagai kepala keluarga itu berdeham, memecahkan keheningan, sebab Danis yang meminta mereka semua berkumpul tengah menunduk tanpa ekspresi.

"Ada apa, Nis, kamu minta kita semua kumpul kaya gini? Ada yang pengen dibicarain?"

Jujur saja, Danis betul-betul takut untuk berbicara, tak jauh-jauh tujuannya sekarang perihal Jessi. Ia tidak bisa menebak bagaimana tanggapan kedua orang tuanya jika tahu ia tengah menghamili anak orang. Mungkin pukulan tidak akan sebanding dengan perbuatan buruknya ini.

"Pa, Ma, sebelumnya Danis mau minta maaf..."

"Danis, berbicara yang benar. Kamu kenapa? Kenapa jadi minta maaf seperti ini? Kamu ada buat salah?" Fandi to the point. Melihat gerak-gerik Danis sekarang, ia dapat menebak jika ada suatu masalah besar yang berat untuk putranya itu sampaikan.

"Iya, Danis buat salah, Pa. Dan bikin kalian kecewa." Danis kembali lagi menunduk. Mati-matian ia menahan air mata yang ingin meluruh. Di sampingnya, Vano menatap bingung. Sebenarnya kakak laki-lakinya ini tengah melakukan kesalahan apa?

"Katakan, apa itu?"

"Danis menghamili anak orang."

"Danis..., anak Mama gak mungkin kaya gitu. Kamu jangan bercanda Danis, Mama gak suka dengernya!"

"Maaf Ma..."

Danis lantas menjatuhkan diri ke lantai, lalu bersujud tepat di depan kaki Mamanya––Sekar. Menumpahkan air matanya yang tertahan sejak tadi. Sesaat hening, dari mereka semua masih merasa tidak percaya oleh pernyataan Danis barusan. Namun melihat Danis sekarang, rasa-rasanya mustahil lelaki itu tengah berbohong.

"Berdiri kamu." Nadanya berubah, Sekar menatap datar ke depan. Tidak memperdulikan isakan nyaring dari Danis yang tengah bersujud di kakinya. Ia kecewa.

Perlahan Danis menurut. Ia berdiri dihadapan Mamanya, tepat saat itulah Sekar ikut serta berdiri. Mengikis jarak di antara mereka berdua. Dada Danis seketika berdegup kencang. Jika sudah wanita itu marah, seisi rumah tidak akan berani berbicara sedikit pun.

Namun kali ini, Danis mencoba memberanikan diri untuk berbicara kembali dengan Mamanya. "Maaf bikin Mama kecewa––"

Plak!

"MAMA GAK PERNAH DIDIK KAMU SEPERTI ITU DANIS! KAMU ANAK BAIK YANG MAMA KENAL! KENAPA JUSTRU BIKIN MAMA KECEWA SEPERTI INI!"

Sekar menarik kuat kerah baju Danis. Air matanya mengalir begitu deras. Dunianya runtuh mendengar kejujuran putra sulungnya ini. Rasanya seperti mimpi buruk. Ia tidak pernah membayangkan akan seperti ini.

I'm Promises || ᴋᴛʜ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang