Vote-nya jangan lupa!
❝Di setiap perjalanan pasti ada yang namanya perjuangan, dan suatu saat akan berubah menjadi sebuah pelajaran.❞
•••
Kini sudah terhitung tiga bulan Jessi tinggal di Bandung bersama orang tuanya, keinginan untuk balik ke Jakarta lagi masih menjadi kebimbangan untuknya. Lalu bagaimana dengan Vano? Ah, lelaki itu semakin disibukkan dengan urusan kantornya. Bahkan tak jarang keluar kota, karena bisnis. Namun, dari segenap kesibukan itu semua, Vano tak pernah lupa untuk mampir ke Bandung menanyakan bagaimana keputusan Jessi atas rumah tangga mereka. Vano tidak pernah memaksa, lelaki itu setia menunggu jawabannya. Membiarkan Jessi memikirkan apa yang terbaik untuknya, dan rumah tangga mereka kedepannya.
Bersama Kayra, Jessi selalu diberikan saran positif untuk kelanjutan rumah tangganya. Bahkan tak sekali dua kali Kayra memberitahukan bahwa Vano sedikit demi sedikit mulai berubah lebih baik. Jessi sempat bingung, sahabatnya ini tiba-tiba bersemangat sekali memintanya balik bersama Vano, padahal dulunya tidak pernah seperti ini. Apalagi memujinya. Seperti sekarang, "Jess, lo tau nggak, tiga hari yang lalu Vano ke Amerika, ada pertemuan sama CEO dari perusahaan terbesar di sana. Keren gak sih suami lo? Perusahaannya sekarang juga udah maju banget. Bangga nggak punya suami kaya Vano?"
Jessi hanya menanggapi tersenyum tipis. Sementara tangannya masih setia memegang gagang kereta bayi, melangkah pelan mendorongnya. Dua perempuan itu sedang jalan santai di pagi hari yang cerah ini, sambil membawa jalan-jalan anak Jessi.
Melihat respon biasa saja dari Jessi, Kayra menyenggol pelan lengan sahabatnya itu. "Vano udah berubah Jess. Nggak kaya dulu lagi, gue jamin, soalnya si Dita juga udah nggak ada, nggak bakal mengganggu rumah tangga kalian lagi."
"Iya." Entahlah, Jessi sendiri tidak tahu harus menjawab apalagi. Ia tahu, Vano mulai banyak berubah, itu kata Bundanya langsung. Waktu tiga bulan sebenarnya cukup saja bagi Jessi berpikir mau dikemanakan jalan cerita rumah tangganya ini. Tapi, Jessi masih ingin melihat sampai sejauh mana Vano ingin memperjuangkannya. Kali ini, Jessi benar-benar ingin mencari sosok pendamping yang tulus dengannya dan anaknya.
"Jangan lama-lama berpikirnya Jess, kasihan juga Vano nungguin. Kata Bima nih ya, Vano kalau di rumah tuh jarang banget makan, apalagi sekarang sibuk banget yakan tuh, nggak terlalu ngurusin dirinya sendiri. Nggak kasihan lo?"
Untuk perkataan itu, Jessi mendadak dibuat diam. Kasihan? Ya, tentu saja! Apalagi Jessi tahu, Vano tipikal orang yang tidak perduli dengan kesehatannya sendiri. Ditambah, lelaki itu tidak pandai dalam hal memasak. Entah, mungkin berat badan lelaki itu sudah turun selama tiga bulan belakangan ini.
Langkah mereka tiba-tiba terhenti saat tiga orang ibu-ibu menghampiri mereka. Tangan kanannya membawa kantong plastik berisi sayuran. Pasti habis dari beli sayur-sayuran dari Bibi keliling komplek. Dan jangan lupakan gosip yang tidak pernah tertinggal dari mereka, bahkan terlihat saja ketika tiga ibu-ibu itu menghampiri Jessi dan Kayra, masih ada cibiran tertuju pada orang.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Promises || ᴋᴛʜ [END]
Romance[FOLLOW DULU SEBELUM BACA] Kata orang, menikah itu sesuatu yang paling ditunggu dan diimpikan pada sepasang kekasih. Sesuatu yang menjadi momen paling berharga nantinya. Tapi mengapa untuk sepasang pengantin baru ini tidak? Tak ada senyum ketulusan...