Vote-nya jangan lupa!
❝Ternyata Tuhan sebaik itu. Mengambil satu sosok paling berharga bagiku, namun juga mendatangkan sosok lain yang mewarnai hidupku.❞
•••
Tak terasa kini Rafa sudah genap tujuh bulan, anak kecil itu pula sudah mulai belajar merangkak. Perkembangan Rafa dari lahir sampai sekarang tidak terlewati sedikitpun oleh Jessi. Rasa-rasanya Jessi masih tidak percaya, bahwa dirinya sekarang sudah menjadi seorang Ibu. Bisa merawat anaknya sampai sejauh ini, Jessi betul-betul bersyukur sekali.
Dulu ia sempat ragu untuk membesarkan anaknya ketika Danis sudah pergi meninggalkannya, sebab ia takut tidak bisa menjadi orang tua terbaik untuk anaknya nanti––terlebih lagi, ia masih belum punya persiapan untuk memiliki anak sedini itu. Namun itu semua cepat tertepis, ketika Tuhan menyatukannya pada ikatan pernikahan dengan Vano. Rasa ingin mempertahankan anaknya timbul dalam dirinya. Setidaknya dengan adanya Vano, anaknya punya figur Ayah nanti.
Kali ini Jessi ingin berterimakasih dengan Danis, karena lelaki itu sudah menitipkannya dan anaknya pada sosok laki-laki yang tepat––Vano. Meski adanya kekurangan, Jessi siap melengkapinya. Jessi pula belajar dari tiap kejadian––tak ada yang perlu disesali lagi. Jalani apa yang sudah terjadi, untuk menuju ke puncak kebahagiaan itu.
Berkelana pada pikirannya memang kerap membuatnya hanyut begitu saja. Ketika mendengar bunyi oven tanda kue di dalam sana matang, Jessi akhirnya berjalan menuju sana, meninggalkan anaknya sebentar yang duduk di kursi bayi sambil memakan biskuit khusus bayi.
Aroma strawberry dari kue itu menyeruak ketika nampannya sudah Jessi keluarkan dari oven. Sedikit penasaran dengan rasanya, Jessi mencicipi sedikit. "Enak, enak. Pasti Vano suka."
Hari ini niatnya Jessi akan ke kantor Vano untuk mengantarkan kue, juga bekal makan siang yang ia buat nasi goreng spesial. Dipikir-pikir, ia terlalu bosan berada di rumah terus, sebab itulah sekarang mendadak ingin menemui suaminya di kantor. Ini kejutan, Vano sendiri pun tidak tahu.
Setelah semuanya beres, Jessi bersama Rafa yang berada di dalam gendongnya, berjalan keluar menemui supir pribadinya. Mengetahui tujuannya sekarang, Pak Andi––supir pribadi Jessi langsung menjalankan mobil menuju kantor Vano. Tak memakan waktu banyak, mobil tersebut sampai ditujuan. Jessi turun, dibantu Pak Andi yang membawa paper bag berisikan bekal juga kue yang ia buat itu.
Suasana dalam kantor mendadak hening ketika langkah Jessi sudah berada di sana. Cukup terkejut dengan kedatangan istri dari pemimpin perusahaan mereka. Namun itu semua cepat ditepis, dengan cepat menyapa sopan Jessi saat ini.
"Selamat siang Ibu Jessi..."
"Iya siang..."
Jessi tersenyum hangat melihat satu persatu karyawan yang ada menatapnya senang. Langkahnya semakin percaya diri menuju ruang pribadi suaminya itu. Ketika sampai di depan pintunya, Jessi lebih dulu mengetuk pintu. Hingga berselang beberapa detik, suara dari dalam memintanya masuk membuat Jessi cepat membuka pintu tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Promises || ᴋᴛʜ [END]
Romance[FOLLOW DULU SEBELUM BACA] Kata orang, menikah itu sesuatu yang paling ditunggu dan diimpikan pada sepasang kekasih. Sesuatu yang menjadi momen paling berharga nantinya. Tapi mengapa untuk sepasang pengantin baru ini tidak? Tak ada senyum ketulusan...