Vote-nya jangan lupa!
❝Satu kenyataan itu mampu menjatuhkan semua balok domino yang sudah aku susun sedemikian rupa.❞
•••
Kini Jessi sudah sampai di apartemennya. Lantas turun dari taksi setelah membayar. Cukup menguras tenaganya sempat berlari untuk menghindari Danis di apotek itu. Ia mengatur napasnya sejenak, dilihatnya sekitar, takut jika Danis tiba-tiba datang.
Menghindari hal itu terjadi, Jessi cepat-cepat masuk ke apartemen, kemudian bergegas ke unitnya. Sampai di lantai sepuluh, Jessi terkejut saat mendapati Kayra yang berdiri di depan pintu unitnya. Bukan kah gadis itu sudah pulang?
Tidak ingin membuatnya bingung sendiri, Jessi lantas bertanya. "Kok balik lagi, Kay? Ada yang ketinggalan ya barang lo?"
"Iya, dompet gue ketinggalan. Tapi sebelum itu, gue mau tanya, lo ngapain tadi ke apotek?"
Jessi membelalak, terkejut atas pertanyaan itu. Dengan nada pelan, ia mulai lagi bertanya. "Lo ngikutin gue?"
"Gak sengaja gue lihat lo di jalan tadi keluar dari apotek. Niatnya mau manggil lo, tapi lo cepat-cepat gitu naik taksi. Ya namanya gue suka cepat bawa mobilnya, makanya lebih dulu sampainya," jawab Kayra yang dihadiahi anggukan singkat dari Jessi.
"Pertanyaan gue belum lo jawab, Jess. Kenapa lo ke apotek? Terus ini kenapa lagi, muka lo pucat banget. Lo sakit?"
"Nggak, gue ke apotek cuman bel––"
Karena terkesan sangat lama menjawab pertanyaannya barusan, Kayra tanpa banyak berpikir langsung merampas plastik belanjaan Jessi dari apotek itu. Ada beberapa obat dan vitamin. Kemudian, test pack. Kayra mengambilnya perlahan, lalu memperlihatkan kepada Jessi.
"Lo ngapain beli ini, Jess?"
"Ah, ini pasti gue salah ambil. Aduh gue harus ke apotek lagi nih ngembaliinnya, nanti disangka maling lagi gue." Jessi cepat mengambil bungkus test pack itu dari tangan Kayra. Ia terkekeh atas ucapannya itu. Jika dilihat-lihat Jessi seperti berpindah profesi menjadi artis. Lihat, ia pintar sekali berakting dengan mengelabui sahabatnya sendiri.
Tangan Kayra masih menggantung di udara setelah test pack itu diambil oleh Jessi. Tatapannya datar, tidak ada ekspresi apapun menatap Jessi. Sementara Jessi masih mencoba cengar-cengir di hadapannya.
"Niatnya mau sampai kapan bohongin gue kaya gini, Jess?"
Jessi kembali lagi terkejut mendengar pertanyaan Kayra itu. Ingin menjawabnya, Kayra seakan tidak memperbolehkan dulu, dengan gadis itu yang kembali lagi bersuara. "Lo pikir gue sebodoh itu lo bohongin? Gue tahu lo lagi kenapa-napa, bahkan dari lo nangis itu. Lo bilang karena nonton drakor, padahal sorot mata lo udah jelas mengatakan enggak. Jess, lupa ya, kita itu udah lama sahabatan? Gue udah hafal betul sifat lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Promises || ᴋᴛʜ [END]
Romance[FOLLOW DULU SEBELUM BACA] Kata orang, menikah itu sesuatu yang paling ditunggu dan diimpikan pada sepasang kekasih. Sesuatu yang menjadi momen paling berharga nantinya. Tapi mengapa untuk sepasang pengantin baru ini tidak? Tak ada senyum ketulusan...