Empat belas

3.9K 282 344
                                    

Vote-nya jangan lupa!

❝Sejak hari itu, pembicaraan kita mulai tak searah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sejak hari itu, pembicaraan kita mulai tak searah.❞

•••

Di sekitaran jam satu siang, sang mentari tengah senang-senangnya memancarkan cahaya panas di sebagian permukaan bumi. Awan putih lengkap dengan langit birunya tengah berkumpul di penjuru atas. Sesekali angin sejak berhembus menerbangkan beberapa dedaunan yang terpaksa jatuh dari pohonnya. Dipertengahan hari seperti ini, sebagian manusia lebih memilih mengistirahatkan diri di rumah. Namun berbeda pikir pada sepasang kekasih yang menyusuri jalan menuju taman dengan menggenggam satu es krim di masing tangan.

"Vano, duduk dulu yuk."

Suara lembut milik Dita sontak menghentikan langkah Vano. Genggam tangan darinya belum terlepas, lekas lelaki tinggi itu menoleh pada gadisnya sekedar mengangguk menyetujui ucapan Dita. Lalu sepasang mata tajam itu melihat kursi kosong panjang di tepi jalan, lantas ia membawa Dita menuju sana. Sesampainya, keduanya duduk bersamaan.

"Capek ya?" tanya Vano. Netra tajam yang kerap kali lelaki itu lempar pada semua orang bisa berubah cepat jika berhadapan langsung pada Dita. Tatapan teduhnya pun mampu merenggut atensi Dita sekarang.

Dita sempat menggeleng lebih dulu sebelum menjawab pertanyaan kekasihnya barusan. "Nggak capek kok. Cuman pengen duduk-duduk di sini aja dulu, sekalian ngabisin es krimnya. Tuh lihat, punya kamu aja udah meleleh."

Vano menyengir

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Vano menyengir. Terlalu fokus pada Dita, ia sampai terlupa pada es krimnya yang mulai meleleh sejak tadi. Lekas lelaki itu menjilatnya perlahan pada bagian es krim yang sudah meleleh. Jemarinya bahkan sudah dipenuhi es krim tersebut. Dita sempat terkekeh, seolah tengah melihat anak kecil yang belepotan jika memakan es krim.

"Sini aku bersihin," ujar Dita. Gadis itu mengambil tissu kecil yang ia bawa di dalam tas selempangnya, lalu mengarahkan selembar tissu itu untuk ia bersihkan jemari Vano.

Perlakuan kecil Dita itu rupanya sukses menerbitkan senyum lebar dari lelaki si pemilik mata tajam itu. Sembari dibersihkannya jemarinya sekarang, netra Vano tidak pernah lepas dari Dita––gadis yang bisa mengubah pandang hidupnya yang sempat gelap tak berwarna.

I'm Promises || ᴋᴛʜ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang