Vote-nya jangan lupa!
❝Selesaikan masa lalumu, dan berdamai dengan dirimu, jangan melibatkan orang lain untuk menjadi pelampiasanmu.❞
•••
Sebuah café yang jaraknya tidak terlalu jauh dari kantor selalu menjadi tempat pertemuan Vano dan Dita. Menghabiskan sisa waktu sepulang dari kantor di sana, di temani oleh dua gelas minuman dingin kesukaan masing-masing. Hari ini nampaknya berbeda, dari Dita sejak tadi cenderung diam, cukup jarang gadis itu seperti ini. Sebelum-sebelumnya, selalu ada kisah menarik yang gadis itu utarkan, sekarang hanya membiarkan kehingan selama beberapa menit mereka berada di café ini.
"Kenapa?"
Kegiatan mengaduk-aduk minuman dengan sedotan Dita hentikan spontan mendengar pertanyaan Vano itu. Ia mendongak dengan tatapan sayu. "Aku mau cerita, tapi takut nanti kamu marah."
Vano sontak mengangkat sebelah alisnya penasaran. "Tentang apa dulu?"
Dita menggigit bibir bawahnya. Sebenarnya ia ragu untuk bercerita, tetapi mulutnya sudah terlajur berkata, "Papa kamu..., kemarin datang temuin aku."
"Ngapain?"
Dita menunduk, sebab bingung memulai dari mana menceritakan kejadian kemarin, dan juga cukup ragu menceritakannya kepada Vano, seolah terkesan mengadu pada lelaki ini. Sedang Vano, nampaknya sudah begitu penasaran. Melihat keterdiaman Dita sekarang, ia lekas bersuara. "Cerita aja Dita."
"Janji nggak marah?"
"Tergantung, tujuan Papa ketemu sama kamu apa dulu."
Membulatkan tekad, akhirnya Dita memberanikan diri untuk bercerita. "Kemarin pas kamu ke Bandung itu, Papa kamu datang ke kantor, mungkin niatnya mau ketemu sama kamu, tapi kamunya nggak ada, Papa kamu malah minta aku buat bicara sebentar. Papa kamu minta aku buat..., jauhin kamu. Dia juga minta aku buat akhiri hubungan kita. Nggak sampai di situ, ada hal lain juga yang bikin aku merasa tertampar oleh kata-katanya."
"Papa bicara apalagi sama kamu, Dita?"
Flashback on
Cek lima ratus juta disodorkan begitu saja oleh Fandi yang saat ini duduk bersampingan dengan Dita. Sedang Dita yang melihat secarik kertas itu di hadapannya mengangkat alis bingung ke arah Fandi, sambil gadis itu berkata, "Maksudnya apa ya, Pak?"
"Saya dengar-dengar Papa kamu lagi sakit, pasti pembiayaan rumah sakit tidak semurah yang dipikirkan, maka itu saya ingin membantu kamu. Lima ratus juta saya rasa cukup untuk ke rumah sakit sewaktu-waktu penyakit Papa kamu kembali kambuh."
Niat baik Fandi itu tidak sepenuhnya Dita mengerti––ralat, ia justru dibuat bingung. Fandi yang sudah jarang berbicara dengannya setelah Vano menikah, tiba-tiba datang membantunya untuk pengobatan Papanya yang memang sekarang lagi sedang sakit. Pasti ada hal tersembunyi dibalik itu semua, bukan?
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Promises || ᴋᴛʜ [END]
Romance[FOLLOW DULU SEBELUM BACA] Kata orang, menikah itu sesuatu yang paling ditunggu dan diimpikan pada sepasang kekasih. Sesuatu yang menjadi momen paling berharga nantinya. Tapi mengapa untuk sepasang pengantin baru ini tidak? Tak ada senyum ketulusan...