Vote-nya jangan lupa!
❝Mengembalikan kepercayaan ibarat merekatkan kembali gelas yang pecah. Sekalipun nyatu lagi, tetap saja akan ada retaknya.❞
•••
Setelah pembicaraan serius bersama keluarga Danis kemarin, akhirnya kedua keluarga itu mulai berdamai dan segera mengusulkan hari baik pernikahan anak mereka. Tanggal yang sudah dirundingkan sepakat disetujui. Hanya menghitung hari saja pernikahan Danis dan Jessi akan digelar, itu juga karena usul Irvan yang ingin meminta Danis segera bertanggung jawab pada putrinya. Mengenai persiapan pernikahannya, keluarga Mahesa yang akan mengurus semuanya.
Kemarin sore itu juga, Jessi kembali pulang ke Jakarta bersama orang tuanya. Sebab pernikahannya nanti akan digelar di gedung Jakarta. Tempatnya cukup mewah, Fandi sendiri yang mengusulkan. Meski pernikahan ini di dasari oleh pertanggungjawaban, Fandi tidak akan sembarang pada pernikahan anak sulungnya. Apalagi nanti ada keluarga besarnya, para teman-temannya, dan beberapa karyawan kantornya yang turut diundang.
Dan kini, tepat pagi-pagi sekali, setelah Jessi selesai membereskan tempat tidurnya, ponselnya yang ia letakkan di atas nakas berdering. Menarik netranya menatap benda pipih itu, lekas gadis itu berjalan mengambilnya. Tertera nama Kayra di sana, ah rupanya gadis itu. Jessi sedikit mengerutkan kening, tumben sekali Kayra meneleponnya sepagi ini.
Setelah duduk di tepi kasur, barulah Jessi mengangkat telepon Kayra. Darinya cepat bersuara, "Halo Kay, kenapa? Tumben banget pagi-pagi nelepon."
"Gue dari kemarin gak bisa tidur Jess, mikirin lo. Gimana kondisi kemarin? Kondusif aja kan? Gue takut Ayah lo sama bokap Danis baku hantam. Apalagi pas pertama tau lo hamil, Ayah lo kelihatan banget pengen ngehajar si Danis. Takut gue liatnya, Jess."
Mendengar itu, Jessi sedikit menarik sudut bibirnya. Ia tahu, sahabatnya ini begitu mengkhawatirkannya. Bahkan tak pernah lupa menanyakan keadaannya atau bayi dalam kandungannya. Mungkin jika Jessi mengucapkan; Beruntung bisa memiliki sahabat seperti Kayra. Semesta akan bosan mendengar.
Kembali pada pembicaraan Kayra tadi, Jessi cepat menjawab. "Aman Kay. Ayah udah gak semarah itu lagi, dan Bunda juga udah baik-baik aja. Kemarin kami membicarakan tanggal baik untuk pernikahan gue sama kak Danis."
"WHAT?! Ishh lo ngeselin banget sih, kenapa baru bilang sekarang?! Kaget gue pagi-pagi dengernya."
Jessi sedikit menjauhkan ponselnya tepat saat Kayra berteriak, suara gadis itu cukup memekakkan gendang telinganya. "Jangan teriak Kay, sakit kuping gue."
"Sorry. Lo sih bikin gue kaget. Tapi ini serius kalian bakal nikah? Kapan? Jangan bilang kalau sekarang lo, ya!"
"Yakali Kay. Secepatnya, minggu-minggu ini lah."
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Promises || ᴋᴛʜ [END]
Romansa[FOLLOW DULU SEBELUM BACA] Kata orang, menikah itu sesuatu yang paling ditunggu dan diimpikan pada sepasang kekasih. Sesuatu yang menjadi momen paling berharga nantinya. Tapi mengapa untuk sepasang pengantin baru ini tidak? Tak ada senyum ketulusan...