Lisa pov
"lisa"
Ucap seseorang wanita saat melihat siapa yang sedari tadi mengetuk pintu rumah nya. Wanita itu sedikit terkejut karena kedatanganku yang mungkin dia tidak berfikir bahwa aku akan datang.
"sore eomma. Apakah jennie ada?" tanyaku sopan setelah membungkukkan badan untuk memberi salam pada wanita yang lebih tua didepanku ini.
"emm, jennie belum pulang lisa." jawab eomma singkat, tapi dia sedikit berfikir dengan jawabannya. Aku dapat melihat sorot mata nya yang terlihat ragu.
"benarkah?" tanyaku penasaran.
"ya, ada yang perlu eomma sampaikan pada jennie?"
Pertanyaan eomma jennie membuat ku sedikit berfikir dan terdiam. Aku ingin sekali masuk ke dalam untuk memastikan tetapi eomma tidak berniat untuk menyuruh masuk seperti biasa nya jika aku berkunjung. Situasi ini makin aneh untuk ku, karena biasa nya eomma akan menyuruh ku masuk walau belum ada jennie dirumah dan aku akan menunggu di kamar jennie. Apa eomma juga berubah seperti anak nya, mengapa dia seperti itu juga.
"sampaikan saja pada nya bahwa aku ingin bertemu eomma. Apa eomma punya nomor ponsel jennie? Nomor lama nya tidak dapat dihubungi beberapa minggu terakhir ini." aku mengeluarkan ponsel ku. Tapi ucapan eomma menghentikan ku untuk mengetik sesuatu.
"eomma tidak tau bahwa nomor nya tidak dapat dihubungi lisa. Akan eomma sampaikan pesan mu jika dia pulang nanti, mungkin dia bersama oppa nya sedang pergi ke suatu tempat."
Eomma menjelaskan, tapi aku tau bahwa bukan itu yang sebenarnya. Eomma masih terlihat kaku dan ragu dengan ucapannya sendiri. Suasana kami canggung tidak seperti biasa. Apa semua orang dirumah jennie sudah berubah dalam hitungan hari, apa masalah mereka hingga aku dibuat bingung seperti ini. Apa aku membuat kesalahan, seharus nya mereka bicara jika aku salah bukan.
Aku menyimpan kembali ponselku ke dalam tas, tidak ada guna nya. Eomma juga tidak mau memberikan nomor jennie yang aku yakin dia pasti tau. Jennie sangat dekat dengan eomma nya.
"baiklah, klo begitu lisa pamit eomma. Lisa berharap bisa bertemu jennie. Terima kasih, lisa pulang dulu."
"hati hati lisa."
Setelah mendengar ucapan terakhir eomma jennie, dengan berat hati aku meninggalkan rumah itu. Perasaanku makin berkecamuk. Aku ingin marah, tapi entah marah dengan siapa. Aku sedih, aku bingung dan pikiranku semakin dibuat kacau dengan perubahan jennie. Dia tidak hanya menghilang dari pandanganku tetapi dia mencoba menghilang dari hidupku, itu sangat memyakitkan.
Aku melajukan motorku perlahan menuju rumah. Aku ingin mengeluarkan semua emosi yang tertahan sejak tadi. Aku harus mengeluarkan bebanku sedikit, rasa nya dada ku sesak, sangat sesak hingga aku merasa tidak dapat lagi menahannya.
Air mata ku mulai mengalir di pipi. Aku rasakan hembusan angin yang menjadi dingin karena mengenai pipiku yang basah. Dan aku tidak peduli lagi dengan suara isakanku.
Aku sampai dirumah yang selalu sepi ini. Keadaan semakin sepi saat jennie menghilang dan aku tidak betah berada disini. Kenangan bersama nya sangat lekat, aku tidak pernah bisa tidur dengan tenang tanpa memikirkan nya.
Akhirnya aku langsung bergegas ke kamar tanpa menoleh ke sekitar. Aku membanting pintu kamar dengan keras kemudian aku menghempaskan tubuhku ke atas kasur. Wajahku langsung tertutup bantal dibawahku dan aku menangis sejadi jadi nya.
Aku sakit, aku merasakan sakit. Aku belum tau apa apa tapi ini sangat melukai hati ku. Melihat semua hal berubah, aku berfikir bahwa aku melakukan kesalahan. Tapi apa? Kenapa jennie tidak bicara. Apa dengan menghindariku akan menyelesaikan masalah.