Prolog

546 44 1
                                    

"Hai, Bro!" Pria dengan sweater hitam kesayangan mengangkat tangan untuk tos. Tos itu dibalas oleh cowok dengan kemeja flanel. Di bawah pohon 3 lelaki sedang menikmati mi rasa soto. Enak sekali.

"Makan, Ger." Salah satu dari mereka menawari makan. Gerhana mempersilakan dan lelaki itu menyandarkan tubuh pada batang pohon. Wajahnya ditutup menggunakan topi baseball warna senada dengan kaus dalaman.

Jonathan menaruh piring itu dan iseng membuka topi pada wajah Gerhana. "Napa dah lu?" kesal lelaki berwajah Asia.

"Baru datang sudah tidur aja lu."

"Terus gua harus ngapain? Kayang? Sikap lilin? Senam poco-poco?" jawab Gerhana.

Billy yang sedang menunduk menatap layar tersenyum senang. Ada sesuatu yang akan dia lakukan bersama Gerhana, Jo, dan Tama. Langsung saja dia mengomando agar sahabat-sahabat enggak warasnya duduk melingkar.

Sebelum melakukan hal ini sudah dipikir matang. Namun, tidak tahu jikalau ada perusuh yang tidak sejalan dengan otak briliannya. Sebuah botol di sisi kanan dia raih. Disimpan di depan dan siap diputar. Remaja laki-laki sudah tahu pasti apa yang sedang Billy lakukan.

Bagian ujung tepatnya tempat buat tutup mengarah pada cowok hoodie hitam. Jo. Dia menjadi sasaran pertama.

"Truth or dare."

Cowok itu tampak menimbang keputusan. Harus pilih yang tepat supaya tidak menjadi mangsa. "Dare dah." Senyuman aneh dari Billy membuat sekujur tubuh merinding. Pasti ada udang dibalik bakwan kalau cowok dari Jawa sudah begitu.

"Dare-nya lu harus cium sekitar. Boleh pohon, boleh Bos Gerha, boleh Tama, boleh juga Mbak Monik." Kedua alis lelaki itu terangkat.

"Enggak ada yang lain?"

"Enggak cuman itu."

"Buruan, Jo," ledek Tama.

Jo menatap tajam cowok penyuka sweater. Tantangan ini benar-benar membagongkan. Siapa coba yang bakal dia cium? Mau mencium pohon takut dikira gila karena warung ini letaknya strategis dan banyak orang berlalu lalang. Mau mencium Tama nanti dikira gay. Mau cium Mbak Monik, pemilik warung, nanti digebuk warga.

Jo berdiri mendekati pohon. Susah payah saliva dia telan. Mulutnya perlahan maju dan menyentuh benda kasar penuh semut. Satu kali kecup dan Jo langsung lari.

"Parah kali klean. Aku dilihati bapak-bapak dan mungkin dia mengira kalau aku gila. Ho, besok-besok aku balas klean ya," omel cowok kulit sawo matang berbahasa Medan.

Semua hanya tertawa dan permainan berlanjut. Botol itu masih juga bergerak ke kanan ke kiri membuat takut. Ya. Botol itu berhenti dan mengarah pada Gerhana.

"Dare," jawabnya yakin.

"Mantap. Lu harus memacari salah satu siswi kelas 12 IPA 2," final Tama.

Billy mengode agar jangan kasih tantangan itu. Tidak baik menurutnya kalau harus menjadikan perempuan bahan taruhan. Tama yang ngeyel pura-pura tidak tahu kode dari lelaki topi merah. Dia tetap menyuruh Gerhana melakukan itu.

"Jangan IPA 2 lah. Lu tahu sendiri mereka susah ditaklukkan. Terutama yang namanya Crystal. Dia selalu mengejar Rehan, si Cowok Cupu itu."

Tama mendekat dan memegang pundak ketua perkumpulan anak SMA. "Justru itu. Lu harus buat dia jatuh cinta sama orang lain. Habis itu sudah lu bisa tinggalin, tapi kalau mau lanjut pacaran silakan." Gerhana diam memikirkan hal ini. Yang benar saja temannya malah mengajak hal buruk. Jujur ini sulit.

"Lemah lu! Masa kalah sama kembaran lu si Graha. Dia aja berani memacari 5 wanita dalam seminggu."

Tidak terima dengan kata lemah membuat lelaki itu mengulurkan tangan. Tama membalas uluran itu dan menjabatnya. "Oke gua terima!" tegas lelaki mata hitam.

"Fine. Dalam waktu 30 hari harus bisa jadiin itu cewek pacar lu. Kalau tidak bisa ya siap-siap motor lu jadi milik gua."

"Tapi kalau gua menang?"

"Lu dapet Lamborghini dari gua," ucap Tama.

"Dapat duit dari gua lima juta," timpal Jo.

"Dapat PR gratis dari gua." Billy akhirnya ikutan.

"Gua pastiin semua hadiah dari lu pada bakal jadi milik gua."

Bersambung ....

Tes ombak dulu gess

Say hi dong

Next gak?

Kalau next jangan lupa vote dulu

Thank you

Gerhana Untuk Crystal (Udah Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang