47

41 5 0
                                    

Jakarta kalau siang itu lumayan panas. Panas mentari bisa sampai masuk ke dalam ruangan. Kipas-kipas yang menempel di dinding kelas tidak berguna. Belum lagi kelembapan udara sedang rendah sehingga semakin seperti digoreng.

Kemeja putih itu menjiplak karena keringat. Bersyukur hari ini Crystal sedang memakai kaus tipis. Jadi, aman auratnya. Tangan gadis itu sibuk mengipasi diri memakai kipas dari kertas. Tangan satunya sibuk menulis—menyalin PR milik Ara.

“Eh, Crystal, dicari Ayang lu.” Laki-laki berambut kribo baru mau keluar kelas. Adi nama pria itu. Cowok tengil itu meneriaki Crystal dan keluar setelah mengobrol singkat dengan Gerhana yang masih diambang pintu.

Benda bertinta hitam ia taruh kembali ke tempat pensil. Crystal memperhatikan Gerhana yang berjalan mendekat. Ekspresi sebal sengaja dipasang untuk menggoda cowok memakai jaket denim kesukaan.

Gerhana mengambil sembarang kursi. Pria itu duduk di sebelah Crystal. Usi jari telunjuk besar itu mencolek pipi cokelat Crystal. Tidak ada perubahan apa pun dari pacar kesayangannya.

Gerhana menarik kedua telapak tangan Crystal dan menggenggam erat. “Jangan marah, dong. Masa iya karena aku jahil, kamu sampai sebegitunya,” pinta lelaki melas. Wajah lelaki itu seperti anak kecil yang mau menangis karena tidak dituruti beli mainan.

Gadis rambut diikat satu mengulum bibir. Menahan tawa. Mata Crystal melirik ke Ara dan memberi kode buat memfoto wajah menggemaskan Gerhana. Bisa dilihat kalau Ara langsung mengambil ponsel dan diam-diam menjepret Gerhana. Saat sudah selesai, Ara menunjukkan hasil foto. Crystal mengacungkan jempol dan menyuruh untuk kirim ke WhatsApp.

Secepat kilat gadis itu mengubah air muka. Genggaman tangan dilepas paksa membuat lelaki itu menatap nanar. Mata berkaca-kaca itu sungguh menggoda iman untuk tidak tertawa. Namun, Crystal menyerah. Gadis itu tertawa kencang sampai memukul meja.

Gelo dah gelo.” Kirei yang duduk di belakang Ara menyeletuk.

Crystal mengelap air mata yang keluar sedikit. “Bacot lu, Ki. Gua ngakak lihat si Gerhana melas. Kapan lagi si sangar ini mau menangis,” ucap Crystal dengan nada capek.

Gadis itu menoleh ke Gerhana yang masih menunggu. “Iya, iya. Aku bercanda doang, tapi aku masih kesal sama kamu.” Crystal sok merajuk.

“Caranya biar kamu enggak kesal gimana?”

“Minta jajan, Tal,” celetuk Ara meledek.

Crystal menarik sedikit sudut bibir. “Jajanin ya. Lima puluh ribu,” gurau dia.

Gerhana menyugar rambut. “Segitu doang?” Satu alis pria itu naik.

“Wuih, nantangin tuh, Tal.” Rania ikut-ikut.

Tari menepuk pundak Crystal. “Minta lima ratus ribu, Tal.” Saran yang tepat untuk memoroti pacar sendiri.

Saran Tari masuk akal. Tiba-tiba gadis berkulit cokelat tersenyum lebar. Sedikit menakutkan karena ada aura licik. “Dua juta,” putus Crystal tak tanggung-tanggung.

Merasa ditantang, Gerhana mengangguk mantap. “Oke. Nanti pulang sekolah kita beli jajan segitu ya,” tegas pria itu. Ia berdiri, lalu menyugar rambut lagi.

Hati Crystal menjadi tidak enak karena benar dituruti. Gadis itu menarik tangan Gerhana agar duduk lagi. “Enggak usah. Aku bercanda doang.”

“Enggak apa-apa, Yang. Kamu mau aku bawa planet bumi pasti aku kasih.”

Crystal menatap remeh lelaki itu. “Kayak mampu saja,” gumamnya agak keras.

Dengan bangga dada bidang ditepuk. “Mampu dong. Apa pun untuk my beloved girlfriend pasti Abang kasih.” Gombalan maut kembali meluncur.

“Gombal! Tadi aku bercanda doang yang soal dua juta. Lagian aku bukan cewek yang hobi morotin pacar kok. Malah aku merasa enggak enak kalau habis dijajanin cowok. Dulu waktu jalan sama Reyhan, pas cowok itu bayarin aku gantiin lagi. Ya, walau pun bukan pakai uang. Aku belikan dia buku yang buat kado.”

“Kamu sudah lama ya sama Reyhan?” Gerhana mulai kepo.

“Iya. Udah sono ke kelas. Enggak usah mikir aneh-aneh lho!” titah Crystal.

Gerhana mendesah ringan. “Iya aku ke kelas. Nanti pulang sekolah aku jemput sini ya.” Crystal menggeleng membuat kedua ujung alis tebal cowok itu hampir menyatu. “Enggak mau ya pulang sama aku?” lirih cowok itu.

“Enggak gitu. Aku bawa motor, Om. Nanti motor aku bagaimana?”

“Tinggal saja di sekolah,” jawab pria itu enteng.

Pletak

Sebuah tabokan kuat pada lengan kekar itu sampai keluar suara. “Sembarangan! Dimarahi Bapak aku nanti.”

Deretan gigi putih bersih itu tampak saat tertawa. “Iya deh. Nanti kesayangan aku nangis di kamar,” ledek Gerhana.

“Ih, apaan sih.”

“Hahaha. Sudah enggak usah ngambek. Nanti aku kawal aja deh. Seperti biasa.”

Up to you,” balas Crystal.

Gerhana tersenyum tipis dan mengacak poni depan Crystal. “Aku ke kelas dulu. Bye sayang.” Ia berjalan mundur sambil melambaikan tangan.

Crystal membalas lambaian itu. “Bye juga sayang. Semangat ya yang belajar.” Hanya anggukan serta senyuman manis sebagai balasan.

Bye juga sayang. Semangat ya yang belajar.” Perempuan bernama Rania mencibir.

Crystal menoleh ke belakang. “Sirik aja lu.”

“Ih siapa yang sirik.”

“Makannya cepat kasih kepastian si Billy. Kasih kepastian juga sama hati lu. Biar enggak labil.” Semakin senang kalau bisa membalas ledekan Rania. Crystal menggeret kursi.

Rania pura-pura menulis. “Gua masih bingung. Tama cool pakai sweater hitam begitu. Terus Billy teh ganteng, baik, sama perhatian. Lightstick NCT pernah dia kasih ke gua. Padahal mahal.”

“Sudah pilih Billy saja sih,” geram Crystal. “Lagian yang sayang sama lu itu Billy. Lagian Tama juga kayaknya naksir sama cewek di geng Aca-aca nehi-nehi.”

Semua kepala langsung mendekati Crystal. “Mundur. Muka lu pada seram kalau dekat.”

“Siapa sih kok gua penasaran?” Tari penasaran. “Kayaknya dia suka sama lu deh, Ra.” Tari menyampaikan hipotesis.

“Apa-apaan. Enggak mungkin,” elak Ara.

“Siapa sih, Tal?” tanya Rania penuh penasaran.

Crystal berdecak. “Kepo. Lagian Tama bilang jangan kasih tahu siapa-siapa. Intinya ya, Ran, kalau lu enggak mau sakit hati lebih baik pilih Billy,” final Crystal. Gadis itu keluar dari mejanya dan keluar kelas. Ia meninggalkan sahabat-sahabatnya yang diselimuti rasa penasaran.

Bersambung....

Gerhana Untuk Crystal (Udah Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang