17

67 6 0
                                    

Awan putih dan langit biru mendukung rencana seorang pria berpakaian santai yang menarik mobil biru kesayangan. Oh senang sekali hatinya saat ingin mengajak perempuan paling beda diantara yang lain pergi bersama. Gerhana menyalakan mesin dan menunggu sesaat. Kedua tangan menengadah–berdoa–semoga orang tua gadis itu sedang ada urusan. Telapak tangan diusap ke wajah. Kemudian Gerhana tancap gas menuju rumah Crystal.

Jalanan yang lengang membuat cowok kaus putih garis-garis biru sampai pada pukul 11.00. Tepat waktu. Segera Gerhana memencet bel. Butuh ekstrak tenaga untuk memanggil makhluk satu ini. Pasalnya sudah 5 kali tetap tidak menyahut.

Gerhana menyandarkan punggung lebar ke pagar hitam. Jam tangan geser lurus dengan pandangan mata. Laki-laki tinggi besar mendengus sebal. Baru teringat kalau ada ponsel. Cowok itu bergegas menelepon Crystal. Nah, panggilan dijawab.

“Halo. Lu di rumah enggak?”

“Iya. Gua di rumah. Kenapa?”

“Buka pintunya dong. Panas banget. Lama-lama mateng gua di depan rumah lu.” Gerhana mengipasi diri dengan mengibaskan kaus.

“Biarin aja lu mateng”

“Buru dih buka. Gua dobrak nih.”

“Yeu. Sabar gua otw.”

“Ya.”

Gerhana mematikan ponsel. Dua lutut merosot ke bawah dan Gerhana duduk beralaskan semen. Cowok itu membuka aplikasi catatan dan menuliskan list.

Hal yang bikin cewek baper
-kasih bunga ✅
-bujuk saat disakiti mantan✅
-ajak main supaya enggak galau (belum)

“Woi. Ngapain lu ada di rumah gua?” Gerhana tersentak saat muncul gadis celana jeans panjang dan kaus putih. Buru-buru aplikasi itu ditutup. Crystal melihat gerakan mencurigakan itu langsung menaruh atensi ke layar Gerhana. Sempat dia melihat tulisan-tulisan, tapi tidak bisa dibaca. Gerhana memalingkan wajah, lalu membuang napas.

“Gua mau ajak lu main.”

“Main?” beo gadis itu, “gua enggak boleh keluar sama Mama gua. Apalagi sama cowok,” sambung Crystal setelah ingat dengan peraturan di keluarganya.

Gerhana mengangguk seadanya. “Nanti gua izin ke nyokap lu lewat WA.Buruan siap-siap. Lima menit lagi kita berangkat.” Bahu Crystal diputar oleh telapak tangan besar supaya masuk ke dalam lagi. Gerhana masuk ke mobil karena tak tahan panas. Gerhana mengelap wajah dengan tisu.

Tidak lama kemudian seorang gadis kardigan hijau tentara keluar dan menutup pagar. Poni perempuan itu terbang karena angin. Rambut diikat ekor kuda juga bergoyang. Gerhana melongo saat melihat penampilan sederhana Crystal. Benar-benar beautiful!

Gerhana langsung turun dan berlari mengelilingi mobil. Pintu bagian penumpang dekat sopir ia buka dan membiarkan gadis kardigan hijau masuk. Sudah dipastikan nyaman di dalam mobil, Gerhana mengelilingi mobil dan masuk. Cowok itu memutar kunci sehingga deru mesin terdengar. Persneling digerakkan dan mobil melaju.

☆☆☆

Suasana pedesaan di restoran dan pemancingan sangat terasa. Pohon-pohon kelapa melambai ke kanan ke kiri menimbulkan rasa sejuk. Alunan musik Sabilulungan masuk sopan ke telinga. Crystal menghirup udara segar sambil merentangkan kedua tangan.

“Suka?” Ia kaget saat pria memakai bucket hat hitam bersuara. Crystal tersenyum dan mengangguk. Cowok itu duduk di tepi kolam sambil menaruh umpan.

Crystal turut duduk di sebelah kiri cowok itu. Dirinya hanya melihat gerakan memancing yang dilakukan Gerhana. Lelaki ini sangat lihai dalam melemparkan umpan sehingga lumayan sampai ke tengah. Butuh kesabaran untuk bisa dapat sebuah ikan.

Sepuluh menit berlalu, tapi kail tidak kunjung bergerak. Gerhana mulai menguap dan salah satu tangan disandarkan ke belakang. Kedua kaki diturunkan, lalu digoyang-goyang. Gerhana menoleh ke perempuan yang sedang melihat lurus tempat pemancing yang kosong.

Spesial hari ini Gerhana menyewa restoran sekaligus tempat pemancingan. Menyuruh kepada pemilik restoran untuk mengosongkan tempat ini. Gerhana tidak ingin waktu PDKT dengan perempuan kardigan hijau berponi samping.

“RP. Itu gerak-gerak,” pekik Crystal ketika melihat kail naik turun.

“Jangan berisik, Tal.” Santai tapi cepat alat pancing diangkat. Gerhana merengut kecewa karena bukan ikan yang didapat, melainkan sendal jepit karet warna hijau lusuh.

Crystal cekikikan melihat hal itu. “Sabar. Baru dimulai. Nanti juga dapat,” ucapnya sembari mengelus pundak yang dilapisi jaket.

“Mau coba?” tawar pria itu.

“Boleh.” Gerhana bangun dan pindah ke belakang. Crystal duduk di tempat Gerhana sambil mengaitkan makanan ikan. Dari belakang kedua tangan besar melingkar dan memegang tangan Crystal yang mendadak gemetar.

Embusan napas pria itu mengenai leher. Seketika badan Crystal membeku. Baru pertama kali dia seperti ini. Crystal deg-degan parah akan hal itu. Di belakang sana, Gerhana hanya senyum-senyum karena merasakan degupan jantung Crystal. Lelaki itu menggerakkan tangan mulus sawo matang ke belakang dan melempar ke depan. Pancingan sampai di titik yang tak jauh seperti Gerhana tadi.

“Santai. Kayak mau ujian MTK saja,” kekeh laki-laki kaus putih garis-garis biru.

“Iya. Sorry, I'm the type of person who likes to be nervous. Moreover, you are very close to me.”

Tahu kalau Crystal tak nyaman, maka cowok bertubuh besar mundur–memberi jarak. Ketika badan kekar itu mundur, rasa gugup pada diri gadis tersebut memudar. Gerhana berpindah tempat ke sebelah kanan Crystal.

Gua kira lu biasa saja. Ternyata luar biasa. Lu beda banget sama orang. Kalau orang ketemu gua pada alay, lu malah nervous, batin Gerhana memuji.
Poni samping milik Crystal turun dan menutupi wajah. Sedikit ragu tangan berurat mengulur dan menyelipkan ke belakang telinga.

“Tal, gua suka sama lu.”

Bersambung ....

Gerhana Untuk Crystal (Udah Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang