53

53 4 0
                                    

Beberapa bulan kemudian ....

Panitia buku tahunan sibuk mempersiapkan segala keperluan berfoto. Latar buat foto, lighting, dan properti harus sudah siap berada di aula SMA 1 Jaya Bangsa. Billy sedang menata hiasan sesuai dengan permintaan teman sekelasnya.

Hari ini jatah kelas 12 IPS 3. Tinggal beberapa kelas lagi yang belum foto. Kelas IPA sudah semua. Meski mau akhir-akhir foto untuk kelas IPS harus maksimal.

“Udah selesai. Sekarang salah satu dari kalian panggil yang kebagian tema colorfull. Mereka lagi menunggu di kelas dua belas IPA satu,” komando pria yang masih memakai seragam putih abu.

Satu pria langsung keluar ruangan. Ia berlari menuruni tangga. Berkat lari seperti macan, pria itu sudah berada di depan pintu. Pintu didorong. “Buat yang tema penuh warna silakan ke atas,” teriak Angkasa—bukan Angkasa SMADA ya. Angkasa keluar dan ke aula lagi.

Yang kebagian tema itu langsung bersiap untuk ke atas. Kalau yang belum masih asyik berhias supaya tampil menawan. Tema kelas 12 IPS 3 kali ini terang gelap. Semua murid dibagi beberapa kelompok untuk menentukan mana yang gelap mana yang terang.

Filosofi dari tema ini adalah sifat manusia. Ada yang ceria dan ada pula yang tidak ceria. Dalam tema yang penuh warna ada kelompok yang membawa topeng. Maksud dari itu adalah manusia itu pintar menyembunyikan kesedihan hati dengan tawa dan candanya.

Gerhana, Tama, Billy, Jo, dan 2 wanita kedapatan warna gelap. Baju mereka adalah kaus dan celana hitam. Bagian dada dipasang pelindung dada, kedua telapak tangan dipakaikan sarung tangan hitam, bagian lutut juga ada pelindung, dan untuk kaki menggunakan sepatu model bot bertali. Mereka mengambil tema seperti tentara.

Sembari menunggu giliran, Gerhana jalan-jalan keluar. Menyusuri lorong yang mulai gelap. Matahari juga akan berjalan ke arah barat. Kelamaan tadi saat sesi foto individu. Kebanyakan tingkah apalagi yang cewek.

Gerhana menaiki tangga menuju aula. Laki-laki itu menjumpai banyak teman yang sudah antre untuk dipanggil. Gerhana melongok untuk melihat sesi foto. Gaya-gaya heboh dari kelompok yang penuh warna tampak lucu. Mereka banyak properti seperti gitar elektrik warna merah, bunga, dan segala macam hal lucu. Gerhana menarik kursi plastik dan duduk di sebelah Azmi.

Mulut Gerhana mencibir saat melihat apa yang ditonton oleh pria culun yang ambisius. “Kayak Reyhan lu. Nonton anime mulu,” ledeknya.

Kacamata yang melorot dinaikkan lagi. “Iya biarin. Masalah emang? Lagian nonton ini enggak bikin rugi juga.” Kali ini Azmi melawan ejekan Gerhana.

Gerhana meringis karena pintar juga jawaban anak ini. “Ya-ya emang. Siapa yang juga yang bilang rugi. Lagian bagus kok nonton anime daripada nonton YouTube biru.” Kedua tangan ditangkupkan, lalu saling digesekkan. Punggungnya maju mundur dan kepala mengangguk-angguk.

Cowok yang mendapat tema gelap dan sekarang memakai jas hitam tiba-tiba menunjukkan layar.

Gerhana melongo saat melihat apa yang ada di layar. Tidak terduga juga makhluk yang selalu ia usili. “Wah, parah lu! Diam-diam ternyata nonton “Hentai”! Astagfirullah. Tobat wahai anak muda.” Punggung Azmi berulang kali dipukul.

“Lu juga ogeb.” Seseorang menempeleng kepalanya dari belakang. Orang itu menggeret kursi dan duduk di depan Gerhana.

Tak terima ditoyor begitu saja, Gerhana membalas perbuatan orang itu. “Sakit, oncom!” hardiknya kepada Billy.

Billy hanya tertawa. Badan pria itu bergoyang saat merasakan ada getaran di saku celana. Segera ia ambil ponsel dari selipan celana. Senyuman manis mengembang saat melihat nama yang tertera di layar.

Gerhana Untuk Crystal (Udah Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang