04

88 9 0
                                    

Kediaman keluarga Pradipta tidak hening sejak kedatangan si kembar. Suara bariton dua laki-laki mengguncangkan rumah megah nuansa cokelat muda. Gerhana dan Graha sedang berebut sate potongan roti bakar cokelat. Mata kedua lelaki itu berkilat beradu kebencian.

Wanita memakai daster biru menutup majalah. “Gerha, Graha. Sudah. Bagi dua saja rotinya.” Suci menengahi. Gerhana mengambil roti dan menaruh di atas piring. Badan tinggi turun dari sofa dan membungkuk. Mengambil penggaris yang jatuh di lantai.

Dengan teliti lelaki itu mengukur roti bakar. “Lu lihat. Gua sudah pakai penggaris. Jadi, jangan komplain.” Cowok kaus hitam memberi peringatan. Graha hanya menatap malas dan menunggu potongan kue. Iseng cowok keluar terakhir dari sang kembaran menggeser pisau sehingga bagiannya banyak.

“Kok lu gede banget.” Graha tak terima.

“Adil, Coy. Lu enggak lihat tadi gua ukur pakai penggaris.” Potongan itu langsung dimasukan ke mulut supaya tidak direbut oleh kakak kembar. Muka Graha merah padam menahan kesal. Dia menyambar roti dan memakannya pelan-pelan.

Mata hitam tidak lepas menatap kesal lelaki yang saat ini sedang meledek dengan wajah menyebalkan. Satu tangan bergerak membentuk kepalan dan dikodekan akan memukul. Gerhana malah bangkit dan berjalan mundur. Tentu wajah jelek itu masih terpasang bahkan sekarang indra pengecap dikeluarkan.

Awas lo gua balas. Bibir lelaki kaus biru menyeringai.

☆☆☆

Geng Broken Flower tengah membentuk membentuk konferensi meja kotak di barisan nomor 2. Mereka membicarakan siapa pun orang yang ada di SMA 1 Jaya Bangsa. Tak terkecuali inti geng Bima Sakti. Paling semangat membahas adalah Rania. Gadis itu selalu bercerita tentang Tama.

“Tama itu lucu banget tahu,” seloroh perempuan pakaian rapi tanpa ada kusut sedikit pun.

Nasi uduk diaduk-aduk. “Biasa menurut gua,” komentar Ara.

“Tapi dia paling kewel di Bima Sakti. Lucu emes. Apalagi kalau dia pakai sweater gambar kelinci warna hijau mint. Aaaa.”

“Ih, kok lu mau sama kumpulan anak nakal?” tanya Crystal.

Rania sedikit memajukan tubuh ke pembatas meja. “Lu buka mata, Crys. Tama itu tinggi, kulitnya eksotis, rahang dia tegas, dan senyum dia itu manis banget mengalahkan manisnya gula.” Gadis itu mendeskripsikan hiperbola.

“Iya terserah.” Crystal menyudahi obrolan.

“Crystal. Lu dipanggil orang!” Jali yang baru masuk kelas berteriak. Kepala gadis dengan tone kulit berbeda dari teman-temannya ditinggikan. Segera dia berdiri saat tahu siapa orang di depan pintu.

Orang itu menyodorkan satu kotak warna kuning. “Ada titipan dari Reyhan buat lu. Dia malu mau kasih sendiri.” Kotak diambil.

Benda kotak diintip. “Dalam rangka apa Reyhan kasih ini?” tanyanya.

“Pajak ulang tahun dari dia.”

“Pakai malu-malu segala,” kekeh Crystal. “Tolong bilangin ke Reyhan ya, Bel. Bilangin makasih.”

Belva tersenyum dan mengangguk. “Kalau begitu gua ke kelas dulu. Masih ada tugas dari Bu Eva. Dada Crystal.” Perempuan mata sipit itu mundur sambil melambaikan tangan. Ketika sosok Belva sudah masuk baru perempuan yang hatinya berbunga-bunga masuk.

Dia duduk dan mengambil ponsel. Memfoto kotak itu. Mulutnya tak henti-henti menahan senyum. Foto itu diedit sedemikian rupa. Crystal merasa hasil editan sudah bagus dan mulai ia unggah.

Iseng jari lentik mengetuk layar dan melihat isi SG Reyhan. Kado pemberian dia kemarin di-upload dan diberi caption yang membuat Crystal perlu oksigen sekarang. Pipi dia merona bagai kepiting rebus. Gadis itu menenggelamkan wajah pada lipatan tangan.

Di bawah meja kedua kaki tidak bisa berhenti mengentak-entak lantai. Jantung melompat karena hal itu. Perempuan itu mengangkat ponsel dan melihat caption dari lelaki wibu.

 Perempuan itu mengangkat ponsel dan melihat caption dari lelaki wibu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Perempuan yang sedang salah tingkah mencolek teman sebangku sejak kelas 10. “Ra, lu harus lihat ini.” Malu-malu dia menunjukkan layar ponsel. Ekspresi Ara berubah senang dan membuat rasa heboh pada diri Crystal melonjak ke langit.

“Balas-balas. Sama-sama ganteng, begitu.”

“Kagak ah. Gengsi. Masa gua bilang begitu,” tolak perempuan dengan jam tangan hitam.

“Lihat lagi, dong.” Crystal membiarkan sahabatnya melihat sampai puas. Gadis itu berlari ke luar menuju toilet. Ingin bersembunyi sekaligus menenangkan diri. Aw, Reyhan tanggung jawab lu bikin meleyot!

Bersambung ....

Halo jangan lupa buat vote dan komen
 

Gerhana Untuk Crystal (Udah Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang