38

41 5 0
                                    

Dapur Mama Suci sudah seperti kapal pecah. Peralatan dapur berserakan di mana-mana. Belum lagi meja makan dekat dapur yang turut berantakan karena tepung. Cangkang telur tergeletak di dekat wastafel.

Suara penggorengan menggema di dalam ruangan monokrom. “Adonan sudah mengembang belum, Gra?” tanya Gerhana yang sibuk buat krim.

Laki-laki berpakaian singlet dan celana merah membuka kain. “Belum. Kayaknya sebentar lagi. Tadi kata Tiktok tunggu satu jam.”

“Tadi kita buat jam tujuh berarti sisa tiga puluh menit,” terka Gerhana.

Si Kembar kembali mengacaukan dapur. Mereka akan membuat masakan lain selain donat. Kali ini mereka akan membuat bakwan goreng. Entah nyambung atau tidak dengan kue yang penting kenyang.

“Astagfirullah! What are you doing? Haduh, dapur Mama malah kalian rusakin.” Seorang wanita dengan daster merah muda memekik heboh. Wajah lelah usai membereskan bunga bersama pembantunya terukir jelas pada wanita berusia 40 tahunan.

Suci menggeser tubuh Graha dan melihat apa yang terjadi. “Kalian mau bikin apa?” tanya Suci penasaran.
Graha memungut cangkang telur dan membuangnya. “Donat, Ma. Buat ulang tahun pacarnya Gerhana,” jawab lelaki itu. Ia menuju wastafel untuk cuci tangan.

Kedua mata Suci membulat mendengar kata ‘pacar’. Wanita itu menghampiri anaknya dan menggoyangkan bahu Gerhana. “Kamu punya pacar? Sejak kapan? Jadian di mana? Kok ada yang mau sama kamu? Kenalin dong!”

Gerhana pusing karena Mama membombardir beragam pertanyaan.
Dengan sabar lelaki itu menurunkan tangan Mama dan menggenggamnya di depan dada. “Benar aku punya pacar. Namanya Aletha Cystal Aditama. Cuman aku panggil dia Aca. Kami baru jadian beberapa minggu lalu. Nanti aku kenalin.”

Mata Suci berbinar. Kesenangan karena ia akan punya teman belanja sekaligus menantu. “Kamu lucu banget. Itu Aca panggilan sayang?”

Gerhana mengulum senyum malu. “Iya. Orang lain panggil dia Crystal. Cuman aku yang bilang Aca,” jawab Gerhana malu-malu.

Gemas mendengar itu membuat Suci refleks menguyel pipi Gerhana. “Ih, lucu banget kamu. Persis kayak Papa yang kasih panggilan sayang buat Mama.”

“Panggilan sayang Papa ke Mama apa?” tanya laki-laki yang mencuci piring sekaligus diam menyimak obrolan ibu dan anak.

“Ada deh. Mau tahu banget nih si Kakak.”

Graha memutar bola mata. Kalau tidak menyebalkan bukan Mamanya. Graha menutup kran, lalu menaruh piring bersih ke rak piring.

“Rencananya mau dirayain di mana?”

Basecamp Bima Sakti. Warung Mbak Monik sudah disewa dan akan disulap menjadi indah,” jelas Graha semangat.
Suci bertepuk tangan gembira. “Mama ikutan ya?” tanya Suci antusias.

“Enggak boleh!” jawab si Kembar kompak. Suci menampakkan wajah sebal karena dilarang untuk bertemu calon mantu.

☆☆☆

Drrttt ... drrttt ...

“Siapa sih siang-siang telepon?” Seorang gadis yang masih nge-bucin sama kasur menggeram kesal. Tangan kanan ia panjangkan untuk meraba nakas dan mengambil sumber pengganggu kegiatan malas-malasan.
Benda pipih itu didekatkan pada telinga. “Halo. Kenapa, RP?” tanya gadis itu malas.

“Kamu bisa keluar enggak. Aku ada di depan rumah tetangga kamu.”

“Hah? Ngapain?”

“Biar enggak ketahuan your father. Aku mau ajak kamu jalan. Buruan siap-siap.”

Crystal lompat dari kasur. Gadis itu membuka lemari dan mencari baju. “Siang-siang begini kamu ajak aku jalan? Panas!” keluh gadis itu.

Tidak ada sahutan dari cowok itu. Hanya suara mesin motor berjalan dan angin yang terdengar. Crystal panik setengah mati karena takut jika cowok itu nekat datang ke rumah. Apa kata orang tuanya ketika tahu dia punya cowok?

“Assalamualaikum, Crystal.” Benar dugaannya. Cowok itu sudah berdiri di depan pagar dengan helm masih menempel di kepala.

Dari atas, ia melihat kalau sang ayah datang menghampiri. Jendela kamar dibuka untuk bisa mendengar percakapan 2 pria di depan pagar.

“Waalaikumsalam. Ada apa kamu cari Crystal?” tanya Ilham galak.

Gerhana berusaha bersikap sopan. “Maaf, Pak sebelumnya. Saya Gerhana. Teman sekolah Crystal. Kedatangan saya ke sini untuk menjemput anak Bapak karena ada tugas dari sekolah,” jelas lelaki jaket hitam sopan.

“Tugas apa?” tanya Ilham.

“Seni Budaya. Saya ditugaskan guru seni untuk membantu murid yang kurang dalam materi seni musik. Beberapa murid sudah saya ajarkan dan ternyata bisa. Maka dari itu guru seni kami mempercayai saya dan beberapa teman saya. Bagaimana, Pak? Bolehkah saya mengajak sebentar anak Bapak?” tanya Gerhana masih sopan.

Ilham mengangguk dan menyuruh pria muda menunggu di teras. Ia masuk ke dalam untuk memanggil putrinya. Gerhana memainkan kunci sambil menunggu kedatangan sang pacar. Lelaki itu mengamati rumah berdesain mewah, tapi masih sederhana. Di langit-langit teras ada tiga kandang burung peliharaan.

Tidak lama Ilham keluar. “Sebentar ya, Mas. Crystal masih dandan.” Bapak satu anak duduk di depan pria muda yang mengangguk.

Gerhana menatap kandang burung. “Bapak suka melihara burung ya?” tanyanya.

“Iya. Saya sudah melihara ini sejak lama.”

Jari jempol Gerhana menunjuk ke arah kandang putih. “Itu burung kenari ya, Pak?”

Ilham mengikuti arah tunjuk jempol besar pemuda. “Iya benar. Kamu tahu dari mana kalau itu kenari?”

“Papa saya suka pelihara juga. Bahkan dulu ada love bird.”

“Oh.”

“Ayo. Aku dah siap.” Dua lelaki itu menoleh ke perempuan yang cantik menggunakan gaun putih selutut berhias bunga-bunga.

Ilham melihat putrinya dari atas sampai bawah. “Kamu mau pakai baju ini? Padahal Mas ini mau naik motor lho, Tal.” Pria berjenggot memberi teguran.

Peka karena pacarnya diomeli, Gerhana merogoh saku dan menelepon seseorang. Tidak lama sebuah mobil BMW putih parkir depan rumah. Seorang pria memakai seragam hitam keluar dan menghampiri bosnya. Gerhana dan Pak sopir saling bertukar kunci.

Gerhana mendekati Ilham dan salim. “Kami pamit dulu, Pak,” pamit Gerhana ramah.

“Kalian jangan pulang malam-malam ya.”

“Siap, Pak. Assalamualaikum.” Gerhana masuk ke dalam mobilnya. Tak lupa jendela sebelah Crystal dibuka.

“Waalaikumsalam. Jaga anak saya.”

“Siap!”

Bersambung....

Hai i'm back. Siap tidak melihat ke-uwuan RP sama Aca? Yok gas vote komennya <3

Gerhana Untuk Crystal (Udah Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang