06

82 8 0
                                    

Tidak biasanya ponsel berisik. Sejak tadi benda pipih itu bernyanyi karena pesan masuk. Crystal yang sedang belajar mulai terganggu fokusnya. Perempuan itu menghela napas dan mengambil benda yang sejak tadi bergetar.

Reyhan


Assalamualaikum crystal
Lagi sibuk ya?
Oh oke deh kalau sibuk
Nanti saja aku ngomongnya

Waalaikumsalam RCA
Kenapa?

Kamu hari Minggu sibuk enggak?

Aku free kok Minggu

Aku mau ajak kamu jalan
Jogging atau sepedaan

Oke deh
Jam berapa?

Jam 06.00 biar enggak panas

Oke

Setelah mendapat pesan singkat, Crystal jingkrak-jingkrak. Asyik setelah sekian purnama akhirnya bisa jalan bersama sang gebetan. Tunggu ada satu masalah. Papa. Dia harus memikirkan cara tepat agar Papa mau mengizinkan keluar.


Crystal mengetuk-ketuk telunjuk ke dagu. Kedua bola mata bergerak ke kanan ke kiri mencari alasan. Gadis itu tepuk tangan sekali saat sudah menemukan ide yang tidak buruk menurut dia. Cherry. Jika pergi dengan perempuan itu pasti akan dibolehkan. Besok langsung gerak cepat meminta izin.

Langit gelap masih belum pergi dari tempatnya. Sang surya juga masih malu-malu menampakkan diri. Gadis remaja masih terbuai di alam mimpi. Selimut kotak-kotak sudah melayang sampai depan pintu. Sayup-sayup kedua mata cokelat tua terbuka. Pupil menyesuaikan cahaya yang masuk ke mata. Crystal menguap lebar karena masih mengantuk. Perempuan itu melangkah gontai ke kamar mandi.

Crystal keluar dengan wajah sudah basah. Mukena menggantung diambil. Khusyuk dan pelan-pelan dia mengerjakan salat subuh. Gadis itu mengambil Al-Qur’an. Alunan indah ayat-ayat Allah memenuhi seantero kamar. Membuat teduh hati siapa pun yang mendengarkan.

Al-Qur’an cover merah ditutup. Gadis itu melepas mukena dan mengembalikan ke tempat semula. Sekarang hari Sabtu. Waktu yang pas untuk kembali malas-malasan. Brutal perempuan rambut sebahu membanting badan ke ranjang.

Brak

“Punya anak gadis satu kerjaannya tiduran melulu!” Alarm pagi sudah berbunyi. Crystal berdecak dan malah fokus ke ponsel. Wanita daster menghampiri dan menyibak selimut.

“Kamu Mama panggil sepuluh kali enggak datang-datang ya! Malah HP teross.”

Perasaan tadi enggak ada suara.

Spatula diangkat tinggi-tinggi. “Lihat itu anak tetangga! Dia masih SMP saja sudah getol bantuan Ibunya. Tadi Mama jalan sehat keliling gang sudah lihat dia menyapu halaman. Kamu yang sudah mau kuliah malah malas-malasan.”

Aura bahagia berganti amarah. Kedua telinga sudah panas jikalau menyebut anak tetangga yang tinggal 5 rumah dari kanan. Bisa tidak satu hari tidak mengomel dan tidak membandingkan dengan anak itu? Bisa tidak kalau membutuhkan sesuatu langsung chat atau to the point.

Grasak-grusuk Merliana memungut bantal dan selimut yang jatuh. Mulut wanita itu tidak berhenti mengoceh, mengomeli, dan membawa dosa Crystal yang sudah lama. Ibu Indonesia itu selalu membahas kesalahan anak yang sudah lampau. Jadi, membuat anak malas.

“Sekarang kamu bantuin cuci piring.”

“Iya.”

Semua cucian piring sudah beres. Crystal merebahkan tubuh di sofa. Televisi menyala, tapi tidak ditonton. Gadis baju kuning malah asyik dengan novel sampul putih gambar burung elang. Ekor matanya menangkap ada piring di atas meja.

Gerhana Untuk Crystal (Udah Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang