12

64 5 0
                                    

“Oi, Oi, Oi. Dengerin Abang Billy mau ngomong.” Tama memukul papan tulis berkali-kali. Semua murid dengan malas memperhatikan pria tengil berciri khas sweater hitam. Kondisi kelas mulai kondusif. Billy maju ke tengah.

Guys, empat hari lagi sekolah kita ada acara tujuh belasan. Nah, di sini gua sebagai ketua kelas yang baik, ganteng, dan soleh diminta untuk mendata siapa saja yang mau ikut lomba. Ada yang bersedia?” Satu telapak tangan diangkat.

Krik-krik

Seperti biasa. Kalau ada pengumuman seperti pasti langsung pada pura-pura sibuk. Tidak bisakah sehari kelas 12 IPS 3 menghargai siapa saja yang bicara di depan. Billy mendengus kesal. Laki-laki baju salah satu sisi kemeja masuk dan lainnya dibiarkan di luar menggebrak papan tulis.

Satu anak di pojok mengangkat tangan. “Lombanya apa aja, Bro?” tanya Edi.

Jari tangan lelaki itu menggulir layar bening. “Banyak, Bro. Ada tarik tambang, makan kerupuk, masukin paku dalam botol, tumpengan, hias motor. Untuk tumpengan nanti kita diskusikan di grup,” jelas Billy.

Satu tangan lelaki jaket hitam kulit bersandar pada papan tulis. “Buruan. Mau pada lomba apa? Jangan sampai gua tunjuk secara acak,” sela Gerhana tidak kalem.

“Jangan sampai kelas kita kalah sama sebelah. Mereka sudah pada daftar dan hampir semua muridnya ikut.”

Pria tangan dibalut dasi abu-abu ikut-ikutan. “Gua hitung sampai tiga. Kalau enggak ada yang mau, terpaksa kita tunjuk.” Jo memukul sekali meja pakai penggaris.

Satu murid mulai angkat tangan. “Gua sama Doni ikut makan kerupuk,” ucap Edi gugup.

Billy segera mencatat itu pada gawainya. “Yok apalagi?”

“Gua hias motor deh,” ucap Angkasa.

“Gua, Jo, Tama, lu, sama terserah siapa lagi, ikut tarik tambang,” beo Gerhana.
Satu persatu nama-nama peserta mulai dicatat. Banyak antusias dari kelas IPS setelah digebrak semangatnya oleh Gerhana. Mereka ikut bukan semangat, tapi takut jika menjadi santapan empuk cowok memiliki mata tajam. Dari luar memang terlihat lebih kalem, tapi ketika tahu dia marah. Wah, dunia hancur!

“Terima kasih buat yang sudah berpartisipasi. Silakan lanjutkan aktivitas kalian. Dadah.” Billy keluar diikuti Gerhana, Jo, dan Tama. Nama teman yang ingin ikut lomba harus segera ia setorkan kepada Bu Eva selaku PJ lomba tahun ini.

☆☆☆

Pelan-pelan sekotak nasi goreng cinta dikeluarkan dari dalam tas. Aroma nasi goreng sangat sedap padahal baru dibuka sedikit. Crystal dengan percaya diri akan diterima makanan ini oleh si Dia.

Sekarang waktunya menghubungi Belva. Beruntung wanita itu segera menjawab telepon.

“Kenapa, Crystal?”

“Ke kelas gua. Gua mau titip sesuatu buat RCA.”

“Apaan itu?”

“Makanan. Mau kan ke sini?”

“Mau, kok. Belva segera ke sana.”

“Oke. Gua tungguin di depan.”

Panggilan diputus. Crystal bangkit dan berjalan ke pintu sambil memegang kotak nasi warna merah. Senyumnya tidak pernah turun karena dia harus senang untuk memberikan ini kepada gebetannya.

“Buat siapa itu, Tal,” goda perempuan duduk di depan bernama Nanda.

“Kepo.”

Nanda tersenyum meledek. “Buat Mas R?” tebak wanita kacamata kotak. Crystal mengangguk. Senyum menyebalkan Nanda semakin terlihat. Namun, Crystal masa bodo.

Gerhana Untuk Crystal (Udah Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang