34

42 5 0
                                    

Menyenangkan! Malam ini Crystal bisa berleha-leha karena para guru sedang tidak resek. Mungkin mereka pengertian kepada murid-murid yang dibebani tugas yang banyak. Crystal merebahkan tubuh di kasur empuk dengan sprei motif bunga. Gadis menggulir layar pipih yang menampilkan berbagai konten video.

Gelak tawa menggema pada ruangan tidak terlalu luas. Dinding pada kamar ini dipasang wallpaper motif bunga warna merah muda. Sejajar dengan kasur bagian bawah ada lemari kaca warna putih ditambah sentuhan hitam untuk bagian tepi. Kamar ini memiliki AC dan ada dua rak putih menempel di dinding, khusus untuk menyimpan novel. Tepat di bawah rak dan di samping lemari ada meja belajar yang biasa digunakan untuk membaca novel atau mengerjakan tugas.

Badan mungil itu berguling-guling karena capek tertawa. Ketika lagi asyik tiba-tiba sebuah panggilan video masuk. Crystal menatap datar layar. Ia tidak suka diganggu dan ini melanggar permintaan dia tadi sore. Karena enggan membuat keributan di hari pertama jadian, alhasil gadis itu mengangkat panggilan. Sebelumnya ia merapikan rambut dan mengatur mimik wajah agar ceria.

“Halo, My Beloved Girlfriend.” Gerhana melambaikan tangan ke kamera. Dalam pangkuannya ada sebuah gitar warna cokelat. Cowok itu sedang duduk di balkon sepertinya. Soalnya terlihat pemandangan sekitar kompleks rumah dia.

Gadis kuncir cepol bangkit dan duduk di meja belajar. HP disandarkan pada dinding. “Halo juga. Ngapain sih telepon malam-malam? Nanti ketahuan Mama gua gimana?” Belum apa-apa sudah mengomel.

“Emang kamar kamu ada di samping kamar ortu kamu?”

“Enggak. Kamar gua ada di lantai dua.”

“Yaudah enggak bakal ketahuan.”

Crystal mendengkus karena cowok yang baru dia terima menjadi kekasih tadi sore sangat bebal. “Tetap saja, RP! Mama gua itu suka tahu-tahu muncul,” geram gadis itu.

Laki-laki di seberang sana membetulkan posisi duduk. Gitar yang hanya dipeluk, sekarang sedikit diangkat dan diposisikan agar nyaman. “Malam ini aku mau nyanyi buat kamu,” ucap cowok itu.  

“Mau nyanyi lagu apa? Melukis senja?” tebak wanita itu asal.

“Sok tahu.”

Persetan melihat gadisnya hendak mengomel, Gerhana justru mulai memetik dan nada indah mulai keluar. Pandangan pria itu bukan lagi fokus ke layar, melainkan menatap gitar untuk menghayati.

Alunan instrumen gitar membius gadis manis itu. Ia bertopang dagu sembari menatap kagum layar. Pria yang hanya memakai singlet hitam terlihat cool dengan gitarnya itu.

“Hanya diaaa ....”

Seketika mulut Crystal menganga karena lagu yang akan dibawakan Gerhana bukan lagu romantis, melainkan dangdut. Ekspektasi Crystal tadi adalah cosplay tokoh utama wanita pada film romantis yang akan dinyanyikan lagu-lagu syahdu oleh pria. Namun, memang kadang ekspektasi tidak seindah realitas.

Mana Gerhana asyik banget menyanyikan lagu “Pecah Seribu” dari Elvy Sukaesih. Ditambah ada iringan kendang. Crystal menatap pasrah layar ponselnya. Dalam layar mendadak ada banyak orang. Ada Graha yang tiba-tiba muncul dekat sekali dengan layar dan mengatur layar, ada Tama, si penepuk kendang, dan Jo sedang joget-joget di belakang Gerhana.

Hanya dia yang ada di antara jantung hati."

"Tempat bermanja, tempatnya rindu."

"Tempat curahan hati yang damai”

Suara bariton bersatu sehingga menjadi semakin heboh. Gadis memakai setelan kaus pendek dan celana panjang geleng-geleng kepala. Semakin lama dinikmati, maka semakin merasa lucu juga.

“Kamu teleponan sama siapa?” Suara berat yang sangat familier di telinga membuat jantung lompat. Penuh rasa panik sambungan telepon diputus sepihak. Crystal membalik ponsel sehingga layar mencium meja.

Sebisa mungkin tenang supaya Papa tidak curiga. “Cherry telepon,” ucap Crystal spontan. Dalam hati membaca doa supaya aman.

Ilham menelisik anak gadisnya. Mencari apakah ada kebohongan atau tidak. “Dia ngapain telepon segala. Wong rumahnya cuman depan rumah kita.”

“Mager kali dia.” Masih ada perasaan was-was.

Ilham menghampiri pintu. “Kamu tidur! Jangan main HP terus! Besok sekolah,” titah pria tinggi yang memiliki tone kulit sawo matang.

“Iya, Pa.” Setelah pintu ditutup barulah Crystal menghela napas lega. Gadis itu mengangkat ponselnya dan menyalakan. Seketika meringis karena mendapat 1000 spam chat dari pacarnya. Buru-buru ia balas kemudian gadis itu menuruti kata Papanya.

Bersambung....

Gerhana Untuk Crystal (Udah Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang