25

67 4 2
                                    

“Argh! Gua pusing banget.” Suara geraman dari seorang pria membuat kelas yang tadi hening menjadi ramai. Kursi belakang yang tadi tidak dipedulikan malah menjadi pusat perhatian seluruh murid kelas 12 IPS 3.

Gerhana mencoret-coret buku bergaris. Menuliskan daftar apa saja untuk persiapan menembak Crystal. Lelaki itu sudah mencoba membuat puisi juga, tapi tetap saja aneh saat dibaca.

Jonathan berjalan sambil membawa satu botol minuman teh. Laki-laki itu menghampiri bosnya dan memajukan kepala untuk membaca isi tulisan Gerhana. “Ampun dah. Kau cuman mau menembak pura-pura saja pakai ribet seperti ini. Mending kau kasihkan dia bonbon sudah senang.” Seenak jidat lelaki Medan itu mengejek.

“Tahu lu. Wah, jangan bilang lu menyelam sambil minum air. Menembak karena TOD padahal memang mau.” Suara gelak tawa menggelegar Tama lagi-lagi mengundang tatapan aneh para murid. Tidak bisakah anak IPS 3 untuk bodo amat jika ada keributan?

Pria memakai jaket bomber hitam menatap kesal kedua makhluk dari planet lain ini. Mana mungkin dong seorang cowok memberikan permen doang buat menembak perempuan. Malu sama bocah kelas 5 SD yang memberikan bunga dan cokelat mahal kepada wanitanya. “Jangan aneh-aneh deh,” ucap Gerhana tidak suka.

Jari telunjuk berulang kali mengetuk meja kayu. Kedua bola mata bergerak ke kanan ke kiri untuk mencari ide. Tiba-tiba pria rambut kecokelatan tersenyum lebar saat ada pencerahan di dalam otak. Dia mengambil ponsel dan segera mencatat idenya.

☆☆☆

Efek panas terik sangat dahsyat membakar kulit. Wajah menjadi merah-merah dan keringat pun membanjiri bagian belakang seragam. Siang ini guru bahasa Indonesia mengajak seluruh siswa untuk belajar di luar. Jenuh belajar terus di dalam kelas.

Kelas 12 IPA 2 duduk membentuk sebanyak 6 lingkaran. Satu lingkaran berisi 6 murid. Mereka khusyuk mendengar penjelasan tugas dari guru mereka. Meski panas menyengat, guru bahasa Indonesia tetap semangat menjelaskan.

“Kalian boleh mencari sumber berita yang ada di internet, lalu kalian buat teks editorial. Masing-masing kelompok membuat satu teks saja.” Bu Husna memberi arahan agar tidak terjadi salah paham. Semua murid mengangguk paham.

“Sampai sini ada pertanyaan?” tanya guru memakai jilbab panjang.

“Tidak, Bu,” jawab sebagian murid.

“Baiklah kalau tidak ada pertanyaan, kalian boleh berpencar.”

Tanpa bicara semuanya bangkit dan mencari tempat. Crystal dan gengnya memilih duduk di depan mushola karena tempat itu teduh. Selain itu, di area depan mushola juga ada kelas lain yang belajar di luar.

Mata cokelat tua Crystal menyapu seluruh area. Gadis itu refleks menyikut manusia yang ada di sampingnya. “Ra, ada Kenzo tuh,” ujar gadis itu sambil menunjuk memakai alis. Ara langsung menegakkan tubuh dan menatap ke arah koridor kelas di depan mushola.

Netra Ara dan Kenzo bertubrukan. Sama-sama saling memandang selama 45 detik. Ara mengangkat tangan dan memberi lambaian kepada cowok berpakaian rapi. Tidak lupa gadis itu memberi senyuman hangat. Kenzo hanya menatap datar dan kembali mengalihkan pandang. Laki-laki itu langsung menuliskan tugas.

Crystal mengusap pundak sahabatnya. Memberikan semangat agar tidak sedih. Gadis itu membuka tempat pensil, lalu mengambil benda panjang bertinta hitam. Huruf demi huruf mulai tampak di atas kertas polio. Ia menuliskan nama anggota.

“Coi, mau apa ini beritanya?” tanya Rania berisik.

Suara cempreng sedikit berat itu membuat Ara mendengus. “Berisik banget dah si Rania.”

Gerhana Untuk Crystal (Udah Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang