09

67 6 1
                                    

Kucing abu-abu menyebalkan! Melintas tiba-tiba saat lelaki mata tajam melintas dengan si Blubuk. Batu di tengah jalan membuat motor bergoyang. Alhasil Gerhana tidak bisa menyeimbangkan setang dan membelokkan motor ke kiri.
Laki-laki itu jatuh ke selokan. Sekujur tubuh hitam karena lumpur. “Berengsek! Badan gua bau banget.” Aroma menyengat menggelitik hidung. Gerhana segera keluar dari selokan.

Crystal sedang santai mengendarai motor matic hitam. Kedua mata wanita kardigan biru gelap menyipit saat melihat motor yang tidak asing untuknya tiduran di tengah jalan. Kuda besi dipacu lebih cepat.

Dapat dilihat di samping kiri ada cowok sedang menepuk tangan, menghilangkan debu. Cowok itu menjepit hidung karena tidak kuat bau got.

“Kok lu bisa begini, R?’ Helm dilepas.

“Gara-gara kucing,” sungut lelaki penuh lumpur.

Wajah cemong, pakaian hitam semua karena lumpur, rambut lepek, dan ekspresi lucu yang terlukis pada wajah pria garang nan nakal di sekolah membuat perut Crystal tergelitik. Tidak kuat dengan semua ini, tapi gadis kaus merah muda menahan tawa agar lelaki yang sedang duduk sambil menekuk kedua lutut tidak marah.

Mata hitam itu melirik tajam wanita yang tengah menutup mulut dengan satu telapak tangan. “Seneng lihat gua cemong?” tanya cowok itu kesal.

Crystal tertawa pelan. “Lu ikut gua. Nanti gua kasih pinjam baju Papa.” Di belakang lelaki menjulang tinggi mengikuti langkah pelan perempuan surai panjang dihiasi jepitan pita merah muda di belakang. “Stop!” teriak Crystal ketika di depan gerbang hitam.

“Kenapa, sih, Tal?”

Perempuan remaja balik badan. “Gerhana alias RP ... badan lu bau koco. So, lu enggak boleh masuk. Lagian juga di dalam ada orang tua gua. Mereka enggak kasih izin bawa cowok.”

Kedua alis hitam berantakan hampir menyatu. “Lah terus ini gua ganti bagaimana? Di jalan begitu?” Gerhana berkata menyolot.

Terdengar helaan napas dari gadis yang berkacak pinggang. “Enggak dong, Gerhana. Lu nanti ganti di kontrakan sebelah situ.” Sebuah kontrakan petak warna hijau ditunjuk.

“Emang enggak ada yang ngontrak?”

“Enggak. Tenang saja. Calm.” Pagar hitam dibuka. “Lu tunggu sini. Hadap ke rumah gua dan harus tegak sejajar sama pagar. Jangan lari.” Sesaat wanita itu hilang.

Asal menurut saja cowok tinggi rambut jabrik. Kedua tangan lelaki itu menyilang di depan. Berdiri tegak sambil menunggu kehadiran gadis itu. “Aduh, aduh, aduh. Lu gila ya? Masa gua disemprot kayak tanaman.” Kedua tangan mengusap wajah.

Senang sekali wanita itu memainkan selang ke badan Gerhana. Tawanya lepas karena membuat cowok nakal itu kesal. Gerhana berlari ke arah pagar. Satu tangan menarik Crystal hingga gadis itu keluar pagar. Kedua tangan kekar memeluk dari belakang.

“Ih, RP. Badan lo bau! Lepasin, ih,” rengek Crystal karena badannya ikut bau. Padahal dia sudah mandi malah dibuat kotor.

Bukan dilepas malah semakin erat. “Biar sama-sama kotor.” Saat Crystal lengah, selang berhasil direbut. Sekarang giliran Gerhana menyemprotkan badan kecil itu dengan selang hijau.

“Resek. Kenapa malah jadi gua yang mandi?!”

Deretan gigi rapi putih terlihat karena saking lepas tawanya. “Biar impas,” ujarnya.

“Mana ada impas? Gua tadi nyiram biar badan lu enggak bau.”

“Hahaha.” Selang itu diarahkan ke atas kepala. Gerhana menggosok rambut. “Sudah ah. Gua mau mandi dulu. Itu kontrakan dikunci enggak?”

Gerhana Untuk Crystal (Udah Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang