18

54 5 0
                                    

“Tal, gua suka sama lu.”
Bagai kilat di langit kecepatan menoleh gadis surai hitam. “Hah? Gimana?” Sungguh masih belum masuk ke otak ucapan cowok topi hitam.

“Hah?” Bukannya menjawab malah balik ha he ho. “Enggak lupain. Gua lupa tadi bilang apa,” sungkan lelaki itu. Gerhana memalingkan wajah sambil meringis pelan.

“Iya. Gua kira lu suka sama gua.”

“Hahahaha. Geer banget lu.” Dari samping jari jempol dan telunjuk memencet hidung mancung ke dalam Crystal.

“Sakit,” kesal perempuan itu. Mata Crystal berbinar saat alat pancing mulai bergerak. Langsung dan cepat langsung ditarik. Sinar mata semakin terang saat melihat seekor ikan nila di dapat. Segera ikan itu dipindah ke ember biru. “Asyik. Dapat ikan.”

Makhluk bersirip itu sudah tewas di dalam ember karena kehabisan oksigen. Netra hitam cowok jangkung lurus menatap benda bulat warna putih yang terpasang pada tiang saung pemancingan. “Sudah jam dua belas. Makan yuk, habis itu kita pulang atau ke mana dulu,” ajak Gerhana. Crystal mengangguk dan mengikuti langkah pelan Gerhana.

☆☆☆

Empat lelaki biang rusuh sedang berisik di meja paling belakang. Gendang-gendang meja, mengobrol, dan jahil melempari kertas kepada Azmi, cowok kacamata bingkai hitam kotak dan berambut cepak disisir ke samping. Azmi adalah cowok paling unik di kelas 12 IPS 3.

“Woi, anak IPA nyasar. Pinjam buku tulis kau dong.” Jonathan menaikkan satu kaki kanan ke atas bangku cokelat. Azmi menoleh dan menggeleng pelan.
“Wah, berani lu sama kita,” timpal cowok sweater hitam. “Sikat enggak, Ger?” Gerhana hanya menaikkan kedua alis.

Cowok itu bangkit dan menghampiri meja nomor 3. “Gua bawa dulu.” Satu kali usaha buku tulis merah direbut. Gerhana menggulung buku dan memukul sekali ke meja penuh tulisan ‘Anak IPA kesasar’.

“Nanti gua balikin.”

Sampai di bangku, inti dari geng Bima Sakti membuat lingkaran. Mengerubungi Gerhana yang mulai membuka pulpen gel kesukaan seribu umat. Serius dan buru-buru 3 pasukan cowok kacu pramuka di kepala menulis semua catatan.

Pak Burhan selaku guru matematika wajib telah usai menulis. Guru yang telah mengabdi selama 14 tahun membuka kacamata dan mengelap dengan tisu yang ada di atas meja.

“Perhatian semua. Sekarang masukkan buku catatan, buku paket, dan ponsel kalian. Tas kalian bawa ke depan. Bapak akan mengadakan post test.”

“Kok dadakan, Pak!” protes seluruh murid.

“Enggak dadakan. Kan, dari awal masuk saya pernah bilang kalau kita pasti akan ada post test. Maka dari itu kalian harus belajar supaya enggak kaget.” Guru itu duduk. “Sekarang cepat bawa tas kalian ke depan dan siapkan kertas selembar.”

Semua murid menuruti perintah itu. Satu persatu mereka mengumpulkan tas di depan. Gerhana mengambil tengah-tengah dari buku. Kemudian, cowok itu menutup tas dan menyuruh Azmi untuk taruh ke depan.

“Untuk post test kali ini sangat mudah. Saya akan mengulang pelajaran kelas 10. Hanya ada 3 soal saja.”

“Tiga soal pasti beranak kan, Pak.” Cowok kalung salib menyeletuk dari belakang.

“Jangan sok tahu kamu Jo. Sudah sekarang kalian dengarkan soal nomor satu,” final Pak Burhan.

Tangan-tangan sudah siap di atas meja masing-masing. Mata para murid mulai fokus menatap guru yang sedang membaca skrining buku tebal. Pak Burhan membacakan soal tentang pertidaksamaan nilai mutlak. Semua murid mencatat soal buru-buru.

Gerhana Untuk Crystal (Udah Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang