PL 2

10K 194 16
                                    

Setelah kami turun dari mobil sudah ada seseorang yang menyambut kami dan memberikan 2 tiket pesawat aku masih bingung dengan semua ini.

"Pak eh pa kita mau kemana . Awan ngak bawa baju ganti lagi"

"Tenang saja. Tugas mu cuma menemani papa selama 14 hari di luar kota papa ada kerjaan disana. semua kebutuhan mu nanti papa tanggung"

"Baik pa" ucapku mengerti.

Sembari berjalan otakku terus berfikir dan mencerna semua ini. Apa mungkin aku sudah dijual ke orang asing ini bagaimana nanti aku pulang. Bagaimana nanti aku kuliah. bagaimana kalau aku di siksa semua pikiran itu sekarang mulai jelas dan membuatku takut.

"Bapak eh papa tidak akan membunuhku kan dan menjual organ organ tubuhku? Tanyaku entah dari mana keluar.

"Jangan ngaco kamu papa tidak sejahat itu.kalaupun nanti kontrak nya habis papa akan kembalikan kamu kesana lagi" ucap papa sambil berjalan menuju ruang tunggu

Saat kami sedang menunggu pesawat tiba tiba ponselku berbunyi. Inilah barang berharga yang aku bawa sekarang beserta uang pemberian boss hermanto tadi.

"Pa awan ijin angkat telpon dulu ya temen awan nelpon dari tadi"

Pak hend yang sedang sibuk membaca kertas kertas tersebut hanya mengangguk . Aku sedikit menjauh dari pak hend dan mengangkat telpon andree.

"Kenapa ndree ?"

"Dimana kamu wan ?"

"Aku lagi kerja ndree . Maaf tidak bisa diganggu"

"Ya udah deh gua tunggu sampai lu pulang ya"

"Iya ndree ada apa sebenarnya?"

"Ngak papa nanti saja. Kalau dirimu udah pulang"

"Ya udah ndree nanti lagi boss ku udah marah cuma liatin aku terus dari jauh "

"Ya udah wan aku tutup. Kerja yang hati hati"

Setelah telpon terputus pak hend menatapku tajam tapi dari kejauhan seakan marah kepadaku.
Akupun kembali menghampirinya

"Telpon dari siapa?" Tanya pak hend tajam

"Dari temen kuliah pa. Ini" sambil aku menunjukkan nama "my brother kampus" di layar hp kecilku ke pak hend

Tatapan mata pak hend seakan meredam dan kemudian fokus kembali ke hpku. Tanpa mengatakan sesuatu.

Ada panggilan suara yang terdengar di seluruh ruang tunggu ini. Pak hend pun berdiri dan merapikan berkas berkas tersebut

"Ayo kita berangkat"

Aku pun ikutan berdiri dan mengekor di belakang pak hend.

Tak berapa lama kami masuk ke pesawat.

Pak hend mengajariku agar tetap tenang dan memasangkan sabuk pengaman di pesawat saat hendak Terbang. Telapak tangannya pun menggenggam erat milikku agar tidak takut sambil tersenyum

Satu jam perjalanan kami memakai pesawat dan kami sampai di kota tujuan kami.
Pak hend masih melakukan hal sama seperti tadi saat pesawat hendak turun.

"Gimana pengalaman naik pesawat wan ?"

"Seru tapi takut."

"Kapan kapan kita lakukan lagi ya wan" ucap pak hend sembali kami berada di mobil menuju hotel

"Apa pa?" Tanyaku takut salah dengar

"Kamu kuliah di jurusan apa?" Jawab pak hend sambil tersenyum entah kenapa senyum nya begitu manis begitu tulus

REUPLOADER PAPAMU LELAKIKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang